BPS Ungkap Penyebab Maraknya PHK di Industri Manufaktur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik ( BPS ) Margo Yuwono mengungkapkan alasan utama penyebab banyaknya pemutusan hubungan kerja ( PHK ) yang terjadi di industri manufaktur, khususnya tekstil. PHK terjadi di industri tekstil akibat penurunan permintaan pasar global dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
"Penurunan permintaan pasar global ini sebagai dampak ancaman resesi di AS," ujar Margo dalam rilisnya, Senin (6/2/2023).
Sementara itu, BPS mencatat industri makanan dan minuman yang mengambil andil terbesar pada industri manufaktur mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan didukung oleh peningkatan bahan baku pertanian dan peningkatan produksi CPO dan CPKO.
"Hal ini juga didukung dengan tingginya permintaan luar negeri," ungkap Margo.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, akar permasalahan PHK karena situasi pasar global. Karena perekonomian dunia sedang melambat, maka berdampak pada sejumlah negara tujuan yang terkontraksi.
Dia mencatat bahwa industri yang paling banyak melakukan PHK adalah industri yang mengandalkan ekspor. "Dengan adanya resesi, maka permintaan global pun menjadi anjlok," tandas Susiwijono.
"Penurunan permintaan pasar global ini sebagai dampak ancaman resesi di AS," ujar Margo dalam rilisnya, Senin (6/2/2023).
Sementara itu, BPS mencatat industri makanan dan minuman yang mengambil andil terbesar pada industri manufaktur mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan didukung oleh peningkatan bahan baku pertanian dan peningkatan produksi CPO dan CPKO.
"Hal ini juga didukung dengan tingginya permintaan luar negeri," ungkap Margo.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, akar permasalahan PHK karena situasi pasar global. Karena perekonomian dunia sedang melambat, maka berdampak pada sejumlah negara tujuan yang terkontraksi.
Dia mencatat bahwa industri yang paling banyak melakukan PHK adalah industri yang mengandalkan ekspor. "Dengan adanya resesi, maka permintaan global pun menjadi anjlok," tandas Susiwijono.
(uka)