Program Ganjar Nginceng Wong Meteng Berhasil Turunkan Angka Kematian Ibu Lebih 50%
loading...
A
A
A
BALIKPAPAN - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo berhasil menurunkan angka kematian ibu (AKI) lebih dari 50%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jateng, pada 2021 kasus AKI berjumlah 1.011 kasus dan turun 526 kasus menjadi 485 di tahun 2022.
"Deteksi kita itu satu, sebelum ibu hamil. Kalau saat ini seluruh Ibu di Jawa Tengah dicek satu per satu, rutin berobat, rutin diperiksa, kalau ada kelainan diobati, mesti ada yang merawat, dan seterusnya," kata Ganjar usai ditemui di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (22/2/2023).
Ganjar menjelaskan, capaian ini tidak terlepas dari program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) yang telah digagas sejak 2016. Melalui program ini, Ganjar menyebut ibu hamil sangat diperhatikan untuk mencegah resiko-resiko yang ada.
Dia menjelaskan, program 5Ng memungkinkan pemerintah untuk memantau ibu hamil dalam empat fase penting, yakni fase sebelum hamil lalu fase hamil, kemudian fase persalinan, hingga fase nifas.
Di fase pertama, kata Ganjar, pemerintah melalui Pemprov, Pemkot, maupun Pemkab akan memberikan sosialisasi dan pemahaman pada ibu tentang perencanaan serta kecukupan gizi sebelum masa kehamilan.
Memasuki fase kedua, pemerintah akan mendeteksi, mencatat, dan melaporkan setiap kehamilan untuk memantau serta memfasilitasi pemeriksaan rutin ibu hamil agar ibu dan kandungannya selalu dalam kondisi sehat. Kemudian apabila sudah memulai fase ketiga, Ganjar menjelaskan bahwa ibu yang melahirkan akan didampingi, dipantau, dan dikawal sampai melahirkan dengan baik. Di fase terakhir, kata Ganjar, pemerintah memberi asuhan keperawatan pasca persalinan.
"Jateng Gayeng Ngiceng Wong Meteng. Apa itu Pak Ganjar? Kita mesti perhatian pada ibu hamil. Suaminya antarkan periksa rutin. Kalau kandungannya bermasalah, maka periksanya harus makin rutin lagi, sehingga didampingi dokter atau bidan," kata Ganjar.
Di samping menurunkan AKI, Ganjar menyebut program ini akhirnya berhasil menimbulkan efek domino yang membuat angka stunting turun drastis hingga 50% dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Berdasarkan perhitungan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jateng berada di angka 24,4%, setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3%. Persentase kembali turun pada 2020 menjadi 14,5%, kemudian pada 2021 turun menjadi 12,8%, dan terakhir pada 2022 di angka 11,9%.
"Deteksi kita itu satu, sebelum ibu hamil. Kalau saat ini seluruh Ibu di Jawa Tengah dicek satu per satu, rutin berobat, rutin diperiksa, kalau ada kelainan diobati, mesti ada yang merawat, dan seterusnya," kata Ganjar usai ditemui di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (22/2/2023).
Ganjar menjelaskan, capaian ini tidak terlepas dari program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) yang telah digagas sejak 2016. Melalui program ini, Ganjar menyebut ibu hamil sangat diperhatikan untuk mencegah resiko-resiko yang ada.
Dia menjelaskan, program 5Ng memungkinkan pemerintah untuk memantau ibu hamil dalam empat fase penting, yakni fase sebelum hamil lalu fase hamil, kemudian fase persalinan, hingga fase nifas.
Di fase pertama, kata Ganjar, pemerintah melalui Pemprov, Pemkot, maupun Pemkab akan memberikan sosialisasi dan pemahaman pada ibu tentang perencanaan serta kecukupan gizi sebelum masa kehamilan.
Memasuki fase kedua, pemerintah akan mendeteksi, mencatat, dan melaporkan setiap kehamilan untuk memantau serta memfasilitasi pemeriksaan rutin ibu hamil agar ibu dan kandungannya selalu dalam kondisi sehat. Kemudian apabila sudah memulai fase ketiga, Ganjar menjelaskan bahwa ibu yang melahirkan akan didampingi, dipantau, dan dikawal sampai melahirkan dengan baik. Di fase terakhir, kata Ganjar, pemerintah memberi asuhan keperawatan pasca persalinan.
"Jateng Gayeng Ngiceng Wong Meteng. Apa itu Pak Ganjar? Kita mesti perhatian pada ibu hamil. Suaminya antarkan periksa rutin. Kalau kandungannya bermasalah, maka periksanya harus makin rutin lagi, sehingga didampingi dokter atau bidan," kata Ganjar.
Di samping menurunkan AKI, Ganjar menyebut program ini akhirnya berhasil menimbulkan efek domino yang membuat angka stunting turun drastis hingga 50% dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Berdasarkan perhitungan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jateng berada di angka 24,4%, setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3%. Persentase kembali turun pada 2020 menjadi 14,5%, kemudian pada 2021 turun menjadi 12,8%, dan terakhir pada 2022 di angka 11,9%.