UE Mesti Waspada, China Bisa Sedot Pasokan Gas Global di 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Energi Internasional (IEA) mengeluarkan peringatan kepada Uni Eropa (UE) terkait kemungkinan persaingan sengit memperebutkan pasokan gas alam dengan China. Pemulihan ekonomi China bakal memicu persaingan ketat di pasar energi global dan mendorong harga gas alam kembali ke level yang tidak berkelanjutan bagi Eropa.
IEA dalam laporannya yang dikutip Russia Today Rabu (1/3/2023) menyebutkan, persaingan ini tidak terjadi pada tahun lalu, sejalan dengan turunnya konsumsi gas karena aktivitas industri yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi yang lamban di China akibat pembatasan terkait Covid dan melonjaknya harga energi.
Pada saat yang sama, musim dingin yang tidak ekstrem di Eropa, disertai dengan langkah-langkah penghematan energi yang diambil oleh otoritas UE, serta masuknya pasokan gas alam cair (LNG) dalam volume yang belum pernah terjadi sebelumnya, sukses membantu Eropa melewati musim dingin.
"Kenaikan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya juga menyebabkan penurunan permintaan gas Eropa sebesar 13% karena pemerintah merespons dengan cepat dengan kebijakan darurat, industri mengurangi produksi, dan konsumen mematikan termostat," ungkap IEA.
LNG menjadi pengganti utama gas asal Rusia di UE setelah negara itu memangkas pasokan karena sanksi Barat. Nilai perdagangan LNG global mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2022, sebanyak dua kali lipat, menjadi USD450 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Blok Eropa adalah pendorong utama di balik lonjakan permintaan LNG, dengan pertumbuhan kargo sebesar 63% tahun lalu.
Namun, IEA memperingatkan bahwa tahun ini kondisi bisa berbeda, kendati harga gas alam telah turun dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu sejalan dengan meningkatnya permintaan LNG di Asia, khususnya dari China, setelah Beijing mencabut pembatasan Covid.
Para peneliti memperkirakan bahwa permintaan LNG China dapat melonjak 10% tahun ini. IEA memperkirakan, peningkatan permintaan baru di negara-negara Asia bisa mencapai 35% jika harga terus turun dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan pulih dengan cepat.
"China adalah faktor yang sangat tidak diketahui untuk tahun 2023. Jika permintaan LNG global kembali ke tingkat sebelum krisis, itu akan mengintensifkan persaingan di pasar global dan pasti akan mendorong harga naik lagi," tegas Direktur Pasar dan Keamanan Energi IEA, Keisuke Sadamori.
Dia menambahkan bahwa skenario ini bersama dengan kemungkinan pemotongan pasokan gas lebih lanjut oleh Rusia menimbulkan kekhawatiran, khususnya bagi pembeli di UE.
IEA dalam laporannya yang dikutip Russia Today Rabu (1/3/2023) menyebutkan, persaingan ini tidak terjadi pada tahun lalu, sejalan dengan turunnya konsumsi gas karena aktivitas industri yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi yang lamban di China akibat pembatasan terkait Covid dan melonjaknya harga energi.
Pada saat yang sama, musim dingin yang tidak ekstrem di Eropa, disertai dengan langkah-langkah penghematan energi yang diambil oleh otoritas UE, serta masuknya pasokan gas alam cair (LNG) dalam volume yang belum pernah terjadi sebelumnya, sukses membantu Eropa melewati musim dingin.
"Kenaikan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya juga menyebabkan penurunan permintaan gas Eropa sebesar 13% karena pemerintah merespons dengan cepat dengan kebijakan darurat, industri mengurangi produksi, dan konsumen mematikan termostat," ungkap IEA.
LNG menjadi pengganti utama gas asal Rusia di UE setelah negara itu memangkas pasokan karena sanksi Barat. Nilai perdagangan LNG global mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2022, sebanyak dua kali lipat, menjadi USD450 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Blok Eropa adalah pendorong utama di balik lonjakan permintaan LNG, dengan pertumbuhan kargo sebesar 63% tahun lalu.
Namun, IEA memperingatkan bahwa tahun ini kondisi bisa berbeda, kendati harga gas alam telah turun dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu sejalan dengan meningkatnya permintaan LNG di Asia, khususnya dari China, setelah Beijing mencabut pembatasan Covid.
Para peneliti memperkirakan bahwa permintaan LNG China dapat melonjak 10% tahun ini. IEA memperkirakan, peningkatan permintaan baru di negara-negara Asia bisa mencapai 35% jika harga terus turun dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan pulih dengan cepat.
"China adalah faktor yang sangat tidak diketahui untuk tahun 2023. Jika permintaan LNG global kembali ke tingkat sebelum krisis, itu akan mengintensifkan persaingan di pasar global dan pasti akan mendorong harga naik lagi," tegas Direktur Pasar dan Keamanan Energi IEA, Keisuke Sadamori.
Dia menambahkan bahwa skenario ini bersama dengan kemungkinan pemotongan pasokan gas lebih lanjut oleh Rusia menimbulkan kekhawatiran, khususnya bagi pembeli di UE.
(fai)