Naik 68,55%, PTBA Bukukan Laba Bersih Rp12,56 Triliun di 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan pertumbuhan laba bersih di sepanjang 2022 lalu. Perseroan mengantongi laba bersih sebesar Rp12,56 triliun, naik 68,55% dari raihan tahun 2021 lalu yang sebesar Rp7,90 triliun.
Berdasarkan laporan, pendapatan PTBA juga tumbuh 45,70% menjadi Rp42,64 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp29,26 triliun. Secara rinci, pendapatan segmen batu bara tercatat sebesar Rp42,09 triliun dan pendapatan lainnya sebesar Rp3,41 triliun.
Sementara itu, beban pokok pendapatan perseroan naik menjadi Rp24,68 triliun, dari sebelumnya Rp15,77 triliun. Begitupun dengan beban umum dan administrasi perseroan yang tercatat naik menjadi Rp2,39 triliun, serta beban penjualan dan pemasaran tercatat sebesar Rp953,12 miliar.
Hingga akhir Desember 2022, total nilai aset PTBA tercatat sebesar Rp45,35 triliun, tumbuh 25,56% dari posisi akhir Desember 2021 yang sebesar Rp36,12 triliun. Adapun, liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp16,44 triliun dan ekuitas sebesar Rp28,91 triliun.
Saat ini, PTBA tengah berfokus mewujudkan visi menjadi perusahaan energi dan kimia yang peduli lingkungan. Adapun, transformasi tersebut dilakukan untuk mendukung target Net Zero Emission di 2060, juga sebagai upaya dalam meningkatkan kontribusi dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Tiga strategi khusus tersebut antara lain, peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Di mana, perseroan sejauh ini telah membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bandara Soekarno-Hatta yang bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero).
Selain dengan Angkasa Pura II, PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan-jalan tol. Kemudian, PTBA juga tengah menjajaki potensi kerja sama pengembangan PLTS di lokasi operasional Semen Indonesia Group (SIG).
Strategi kedua yakni, dengan hilirisasi batu bara dan pengembangan industri kimia dengan menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, sebagai area untuk pengembangan bisnis. Hilirisasi yang dilakukan perseroan yaitu proyek Coal to DME (Dimethyl Ether) sebagai bentuk komitmen perusahaan atas terbitnya Perpres Nomor 109 Tahun 2020 yang ditandatangani pada 17 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo.
Terakhir, strategi Carbon Management Program yang mengintegrasikan target pengurangan karbon dalam operasional pertambangan. Dalam hal ini, perseroan telah memiliki serangkaian program untuk memangkas emisi karbon. Mulai dari mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar fosil menjadi elektrik, sistem menerapkan pelaporan produksi secara real time dan daring, hingga reklamasi untuk memulihkan lahan bekas tambang.
Berdasarkan laporan, pendapatan PTBA juga tumbuh 45,70% menjadi Rp42,64 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp29,26 triliun. Secara rinci, pendapatan segmen batu bara tercatat sebesar Rp42,09 triliun dan pendapatan lainnya sebesar Rp3,41 triliun.
Sementara itu, beban pokok pendapatan perseroan naik menjadi Rp24,68 triliun, dari sebelumnya Rp15,77 triliun. Begitupun dengan beban umum dan administrasi perseroan yang tercatat naik menjadi Rp2,39 triliun, serta beban penjualan dan pemasaran tercatat sebesar Rp953,12 miliar.
Hingga akhir Desember 2022, total nilai aset PTBA tercatat sebesar Rp45,35 triliun, tumbuh 25,56% dari posisi akhir Desember 2021 yang sebesar Rp36,12 triliun. Adapun, liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp16,44 triliun dan ekuitas sebesar Rp28,91 triliun.
Saat ini, PTBA tengah berfokus mewujudkan visi menjadi perusahaan energi dan kimia yang peduli lingkungan. Adapun, transformasi tersebut dilakukan untuk mendukung target Net Zero Emission di 2060, juga sebagai upaya dalam meningkatkan kontribusi dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Tiga strategi khusus tersebut antara lain, peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Di mana, perseroan sejauh ini telah membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bandara Soekarno-Hatta yang bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero).
Selain dengan Angkasa Pura II, PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan-jalan tol. Kemudian, PTBA juga tengah menjajaki potensi kerja sama pengembangan PLTS di lokasi operasional Semen Indonesia Group (SIG).
Strategi kedua yakni, dengan hilirisasi batu bara dan pengembangan industri kimia dengan menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, sebagai area untuk pengembangan bisnis. Hilirisasi yang dilakukan perseroan yaitu proyek Coal to DME (Dimethyl Ether) sebagai bentuk komitmen perusahaan atas terbitnya Perpres Nomor 109 Tahun 2020 yang ditandatangani pada 17 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo.
Terakhir, strategi Carbon Management Program yang mengintegrasikan target pengurangan karbon dalam operasional pertambangan. Dalam hal ini, perseroan telah memiliki serangkaian program untuk memangkas emisi karbon. Mulai dari mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar fosil menjadi elektrik, sistem menerapkan pelaporan produksi secara real time dan daring, hingga reklamasi untuk memulihkan lahan bekas tambang.
(nng)