Eks Petinggi BI Wanti-Wanti, Jangan Terlena dengan Data Perbankan yang Tersaji
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Gubernur Bank Indonesia sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan keberadaan bank-bank sakit akan membahayakan ketahanan sektor keuangan Indonesia di tengah ancaman resesi akibat Covid-19.
Darmin mengatakan, secara umum berbagai indikator penting perbankan memang terlihat masih sehat. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) misalnya, masih berada di sekitar 22% pada Mei lalu. Kemudian rasio kredit bermasalah juga, meski naik dari sekitar 2% menjadi sekitar 3%, tetapi masih di level aman. Pertumbuhan kredit walaupun melambat dari sekitar 5% menjadi sekitar 3%, tetapi tetap tumbuh positif. ( Baca juga:Juragan BI Sawer Rp633 Triliun ke Perbankan Nasional )
Kalau melihat indikator tersebut, menurut Darmin, ketahanan sektor perbankan masih kuat. “Persoalannya, indikator-indikator tersebut adalah indikator agregatif, dia tidak menggambarkan setiap bank yang ada di dalamnya,” ujar Darmin hari ini dalam webinar terkait ketahanan sektor keuangan di Indonesia oleh Iconomics.
Tanpa menyebut jumlah dan nama bank, Darmin mengatakan saat ini ada sejumlah bank dalam kondisi sakit. “Saya kira sangat berisiko membiarkan bank tetap hidup padahal sakit. Bank sakit yang dibiarkan hidup itu seperti orang yang berdiri hampir tenggelam sampai di bibir. Kalau begitu tinggal ada gangguan kecil, tenggelam dia,” ujarnya.
Darmin menjelaskan, saat dirinya menjadi Gubenur BI, pengawasan bank masih berada di bawah BI. Saat itu banyak instrumen yang bisa digunakan BI sehingga tidak ada satu pun bank yang dalam kondisi sakit. “Kalau kita bisa membangun situasi seperti itu di dalam jaring pengaman sektor keuangan, maka kita tidak perlu terlalu khawatir,” ujarnya.
Darmin mengatakan, secara umum berbagai indikator penting perbankan memang terlihat masih sehat. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) misalnya, masih berada di sekitar 22% pada Mei lalu. Kemudian rasio kredit bermasalah juga, meski naik dari sekitar 2% menjadi sekitar 3%, tetapi masih di level aman. Pertumbuhan kredit walaupun melambat dari sekitar 5% menjadi sekitar 3%, tetapi tetap tumbuh positif. ( Baca juga:Juragan BI Sawer Rp633 Triliun ke Perbankan Nasional )
Kalau melihat indikator tersebut, menurut Darmin, ketahanan sektor perbankan masih kuat. “Persoalannya, indikator-indikator tersebut adalah indikator agregatif, dia tidak menggambarkan setiap bank yang ada di dalamnya,” ujar Darmin hari ini dalam webinar terkait ketahanan sektor keuangan di Indonesia oleh Iconomics.
Tanpa menyebut jumlah dan nama bank, Darmin mengatakan saat ini ada sejumlah bank dalam kondisi sakit. “Saya kira sangat berisiko membiarkan bank tetap hidup padahal sakit. Bank sakit yang dibiarkan hidup itu seperti orang yang berdiri hampir tenggelam sampai di bibir. Kalau begitu tinggal ada gangguan kecil, tenggelam dia,” ujarnya.
Darmin menjelaskan, saat dirinya menjadi Gubenur BI, pengawasan bank masih berada di bawah BI. Saat itu banyak instrumen yang bisa digunakan BI sehingga tidak ada satu pun bank yang dalam kondisi sakit. “Kalau kita bisa membangun situasi seperti itu di dalam jaring pengaman sektor keuangan, maka kita tidak perlu terlalu khawatir,” ujarnya.
(uka)