Juragan BI Sawer Rp633 Triliun ke Perbankan Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memastikan kondisi likuiditas dan suku bunga pasar uang tetap memadai ditopang oleh strategi operasi moneter Bank Indonesia.
Gubenur BI Perry Warjiyo mengatakan telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp633,24 triliun. Rincian quantitative easing tersebut terdiri dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp462,4 triliun.
“Longgarnya kondisi likuiditas tecermin pada rendahnya suku bunga pasar uang antar-bank (PUAB), yaitu di sekitar 4% pada Juni 2020. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga juga tetap besar, yakni 24,33% pada Mei 2020,” jelas Perry di Jakarta, kemarin (16/7/2020). ( Baca juga:Bank Indonesia Pangkas Lagi Suku Bunga Acuan Menjadi 4% )
Kata dia, likuiditas yang memadai serta penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) berkontribusi menurunkan suku bunga perbankan. Serta sejalan dengan penurunan suku bunga PUAB, rerata tertimbang suku bunga deposito dan kredit modal kerja pada Juni 2020 menurun dari 5,85% dan 9,60% pada Mei 2020 menjadi 5,74% dan 9,48%.
"Pertumbuhan besaran moneter M1 dan M2 pada Mei 2020 juga meningkat menjadi 9,7% (yoy) dan 10,4% (yoy)," jelasnya.
Dirinya berharap, ekspansi moneter BI yang sementara ini masih tertahan di perbankan dapat lebih efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan percepatan realisasi anggaran dan program restrukturisasi kredit perbankan.
"BI tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif sejalan dengan bauran kebijakan yang telah diambil sebelumnya, serta bauran kebijakan nasional, termasuk berbagai upaya untuk memitigasi risiko di sektor keuangan akibat penyebaran Covid-19," tandasnya.
Gubenur BI Perry Warjiyo mengatakan telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp633,24 triliun. Rincian quantitative easing tersebut terdiri dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp462,4 triliun.
“Longgarnya kondisi likuiditas tecermin pada rendahnya suku bunga pasar uang antar-bank (PUAB), yaitu di sekitar 4% pada Juni 2020. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga juga tetap besar, yakni 24,33% pada Mei 2020,” jelas Perry di Jakarta, kemarin (16/7/2020). ( Baca juga:Bank Indonesia Pangkas Lagi Suku Bunga Acuan Menjadi 4% )
Kata dia, likuiditas yang memadai serta penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) berkontribusi menurunkan suku bunga perbankan. Serta sejalan dengan penurunan suku bunga PUAB, rerata tertimbang suku bunga deposito dan kredit modal kerja pada Juni 2020 menurun dari 5,85% dan 9,60% pada Mei 2020 menjadi 5,74% dan 9,48%.
"Pertumbuhan besaran moneter M1 dan M2 pada Mei 2020 juga meningkat menjadi 9,7% (yoy) dan 10,4% (yoy)," jelasnya.
Dirinya berharap, ekspansi moneter BI yang sementara ini masih tertahan di perbankan dapat lebih efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan percepatan realisasi anggaran dan program restrukturisasi kredit perbankan.
"BI tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif sejalan dengan bauran kebijakan yang telah diambil sebelumnya, serta bauran kebijakan nasional, termasuk berbagai upaya untuk memitigasi risiko di sektor keuangan akibat penyebaran Covid-19," tandasnya.
(uka)