OJK Dorong Keamanan e-Banking

Selasa, 15 September 2015 - 10:05 WIB
OJK Dorong Keamanan e-Banking
OJK Dorong Keamanan e-Banking
A A A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis penetrasi jasa electronic banking akan terus meningkat di tengah lesunya perekonomian masyarakat.

Untuk itu, otoritas terus menjaga perkembangan produk dan layanan e-banking serta keseimbangan antara kebutuhan masyarakat terhadap produk dan aktivitas perbankan yang semakin kompleks. DeputiKomisionerPengawas Perbankan 1 OJK Irwan Lubis mengatakan, pihaknya selalu menjaga prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam kerangka pengawasan secara mikro terhadap masing-masing individu perbankan, serta sekaligus melindungi kepentingan nasabah industri perbankan dan masyarakat.

”Namun, kasus penyalahgunaan sistem e-banking tahun lalu nilainya mencapai Rp37 miliar. Kami mengimbau nasabah dan perbankan berhatihati dalam melakukan transaksi electronic banking, terutama menggunakan kartu kredit,” ujar dia saat konferensi pers di Jakarta kemarin. Dia mengungkapkan, dalam beberapa periode terakhir jumlah nasabah, frekuensi, dan nilai transaksi e-banking di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, sepanjang tahun lalu kerugian dari penyalahgunaan electronic banking paling banyak melalui transaksi kartu kredit.

”Total kerugian (dari penyalahgunaan electronic banking ) Rp37 miliar sepanjang 2014 dari total Rp6,44 triliun. Sebesar 73% berasal dari kartu kredit, baik dari nilai dan frekuensi,” paparnya. Secara umum frekuensi penggunaan meningkat mulai dari 3,79 miliar pada 2012, 4,73 miliar pada 2013, dan 5,69 miliar pada 2014. ”Sedangkan volume penggunaan juga turut meningkat mulai dari Rp4.441 triliun pada 2012, Rp5.495 triliun pada 2013, dan Rp6.447 triliun pada 2014,” ujarnya.

Demikian pula dengan channel yang digunakan juga semakin beragam. Ke depannya, sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat (less-cash society), jumlah nasabah, frekuensi, dan nilai transaksi electronic banking tersebut akan semakin mendominasi transaksi perbankan. Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, Nelson Tampubolon mengatakan bahwa beberapa bank sering mengalami aksi phising dan marak diberitakan media massa.

Lebih lanjut dia mengatakan, meskipun teknologi berkembang pesat, fraud juga ikut berkembang. Namun, pencuri lebih pintar sehingga bank maju selangkah, tetapi pencuri maju dua langkah untuk membobol bank. ”Saya melihat perkembangan teknologi membawa risiko bagi industri perbankan,” ujarnya. Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengakui jika kejahatan perbankan atau fraud, yang terjadi mengalami peningkatan. Hal ini lantaran transaksi di Mandiri juga mengalami peningkatan.

”Sekarang cenderungnya naik. Karena transaksi kita juga naik. Sekarang Mandiri sudah mulai kena (fraud ) karena sekarang transaksi kita sudah mulai tinggi,” sebut Budi dalam kesempatan yang sama. Kendati demikian, Budi meyakini jumlah fraud masih sekitar 0,1% dari jumlah transaksi. Fraud e-banking tidak bisa dihilangkan, Bank Mandiri mengklaim telah meminimalisasi fraud dan mematok maksimal fraud 10 bps dari total nilai transaksi.

Hafid fuad
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7448 seconds (0.1#10.140)