Mencari Kebutuhan Lewat Online Kian Masif

Sabtu, 18 Juli 2020 - 11:10 WIB
loading...
Mencari Kebutuhan Lewat...
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Pola belanja masyarakat dari offline ke online masih masif. Perubahan ini seiring gencarnya industri startup yang menawarkan penghematan waktu dalam berbelanja.

Selain efesiensi dalam berbelanja, kepopuleran e-commerce Tanah Ai mampu manaikkan tingkat konsumerisme sebagian besar orang. Bukan hanya penduduk dengan tingkat ekonomi menengah atas, yang tergolong di tingkat menengah dan menengah ke bawah juga ikut terpengaruh.

Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf memperkirakan dalam beberapa tahun kedepan tingkat pertumbuhan e-commerce akan terus sampai angka USD82 miliar pada tahun 2025.

Seorang mahasiswa bermana Fitri (21) mengakui berbelanja online mampu menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhannya. Fitri bahkan bahwa lebih sering mencari berbagai kebutuhan di toko online bukan karena mengikuti tren semata, tetapi karena kebutuhan dan praktis. "Lebih senang berbelanja di toko online karena cepat dan praktis. Soal kualitas, pintar-pintar kita memilih saja,” katanya. (Baca: Kini Giliran UMKM Pertanian yang Akan Digarap Secara Digital)

Soal harga, Fitri merasa tidak jauh berbeda dengan harga barang yang ada di supermarket atau toko konvensional. Keuntungan dari berbelanja online hanya terletak pada efisiensi waktu saja. Tetapi efisiensi waktu amat berharga ditengah kesibukan kegiatan sehari-hari.

Biasanya, Fitri berbelanja di toko online untuk membeli barang-barang konsumtif. Seperti tas, sepatu, pakaian, serta barang-barang yang sering dipakai harian.

Senada dengan Fitri, Ratih (25) juga mengakui mulai suka berbelanja produk di toko online beberapa tahun belakangan. Hanya saja, rutinitas berbelanjanya tidak terlalu sering dan masih lebih senang berbelanja secara langsung.

"Kadang-kadang saya mulai suka belanja di online karena bisa pesan juga yang sesuai dengan selera. Biasanya membeli sepatu atau baju yang memang bisa di sesuaikan dengan keinginan (cutom),” akunya.

Terlebih selama pandemi virus corona semakin mendorong masyarakat menggunakan platform digital dalam melengkapi kebutuhan sehari-harinya. Kegiatan mencari kebutuhan melalui startup pun telah menjadi tren tersendiri. (Baca juga: Kominfo Optimistis Tahun 2024 akan Hadir Tiga Startup Unicorn)

Amelia, pengamat belanja, gaya hidup, dan mode menilai berbelanja melalui startup kini jadi euforia. Tetapi fenomena tersebut hanya sesaat saja. Masyarakat yang melek teknologi dan memahami media sosial pasti akan memanfaatkan belanja online

"Tetapi saya rasa euforia mencari barang kebutuhan melalui platform digital hanya sesaat saja, terlebih lagi saat ini momentnya memang tepat dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jadi belanja melalui online sadang 'naik daun'kembali. Menurut saya, bagaimana pun belanja ya esensinya harus melihat produk barangnya ada, bisa kita raba dan rasakan. Kalau di online hanya bisa melihat gambar seperti di foto atau majalah,"ujar wanita yang biasa disapa Miss Jinjing.

Menurut Amelia ada sensasi tersendiri saat kita berbelanja langsung ketimbang secara online. Jika berbelanja secara langsung pembeli bisa merasakan dan mencoba sendiri barang yang diinginkan, sedangkan berbelanja secara online, harus banyak mencari referensi dan detail melihat keterangan barang yang ingin dibeli.

"Sudah banyak startup lokal yang menawarkan produk fashion berkualitas dan bisa bersaing dangan brand ternama. Jadi tidak perlu keluar negeri untuk mencari busana yang sedang tren,"tambahnya.

Salah satu startup lokal yang menawarkan item fashion berkualitas adalah localbrand.co.id, Hijup, dan Berrybenka. "Beberapa startup ini bisa menjadi jembatan untuk mempromosikan karya desainer Tanah Air ke mancanegara. Jadi tujuaannya bukan hanya untuk jualan saja, tetapi juga bisa menjadi memperkenalkan produk buatan dalam negeri,” tutur Amel. (Baca juga: Sekutu Netanyahu Tolak Aneksasi Tepi Barat)

Tingginya minat masyarakat yang mencari segala kebutuhannya melalui platform digital juga ditegaskan peneliti center of digital society (CfDS) Tony Seno. Menurut dia, selama masa pandemi ini memang terjadi peningkatan transaksi digital di kalangan masyarakat. Terlebih lagi, saat diberlakukannya PSBB.

"Dengan adanya covid-19 ini maka kita lihat masyarakat semakin sering berbelanja secara online. Tingginya angka konsumsi masyarakat secara digital ini diproyeksi akan terus terjaga hingga masa pandemi covid-19 berlalu,"jelas Tony.

Meningkatnya transaksi berbelanja digital ini, kata Tony sesuai dengan riset McKinsey & Company. Yakni 34 persen orang Indonesia mengakui adanya peningkatan belanja makanan secara daring.

Kemudian, masih mengacu ke riset McKinsey & Company, 30 persen orang Indonesia juga mengatakan mencari kebutuhan dasar secara daring mengalami peningkatan. (Lihat videonya: Pemulung Bawa Uang Rp7 Juta Hasil Jual Bansos Covid-19)

"Berbelanja kebutuhan yang lain semakin sering dilakukan secara online. Perubahan behavior ini kelihatannya setelah kita melewati covid dan ini angkanya bisa mencapai 72 persen," papar dia.

Tony menambahkan, saat ini pertumbuhan e-commerce dalam negeri sedang dalam masa pesatnya, banyak pemain lokal yang berpotensi besar dan produk yang dijual tidak kalah berkualitas. Terbukti, beberapa e-commerce lokal terkenal hingga keluar negeri. Survei perusahaan konsultan pemasaranMarkPlus,Inc menunjukkan transaksi belanja ritel secara daring atau online meningkat hingga enam kali lipat dari 4,7 persen menjadi 28,9 persen selama masa pandemi Covid-19. (Aprilia S Andyna)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1675 seconds (0.1#10.140)