Daftar Negara Berkembang yang Diterpa Krisis Utang, Indonesia Termasuk?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumlah negara berkembang yang berisiko mengalami krisis utang menjadi sorotan ketika para gubernur bank sentral, menteri keuangan dan pemimpin politik menggelar pertemuan musim semi Kelompok Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Inflasi yang membengkak, meningkatnya biaya pinjaman dan penguatan dolar membuat pembayaran kembali pinjaman menjadi lebih mahal bagi puluhan negara berkembang, mendorong beberapa di antaranya ke default pada tahun lalu.
Berikut daftar negara-negara yang menghadapi krisis utang atau telah gagal membayar pinjaman internasional.
- MESIR
Ekonomi Mesir yang sangat bergantung pada pariwisata mengalami pukulan keras saat Pandemi Covid-19 melanda, ditambah serta melonjaknya harga pangan dan energi, membuatnya kekurangan dolar dan berjuang untuk membayar utang yang meningkat.
Kairo mengamankan paket pinjaman baru dari IMF senilai USD3 miliar pada bulan Desember dengan berkomitmen pada mata uang yang fleksibel, peran yang lebih besar bagi sektor swasta dan berbagai reformasi moneter dan fiskal.
Pembatasan impor dan mata uang telah membebani aktivitas ekonomi, dan kekurangan mata uang asing terus berlanjut meskipun ada tiga devaluasi yang cukup besar sejak Maret 2022 yang mengurangi separuh nilai pound. Inflasi Mesir saat ini berada pada level tertinggi lebih dari lima tahun di atas 30%.
- EL SALVADOR
El Salvador menyelesaikan rintangan pembayaran obligasi USD600 juta pada bulan Januari. Negara Amerika Tengah memiliki outstanding sekitar USD6,4 miliar dalam Eurobond.
Sementara pembayaran berikutnya bakal jatuh tempo hingga 2025, kekhawatiran tentang utang El Salvador yang tinggi dan rencana pembiayaan serta kebijakan fiskalnya telah menekan obligasinya ke wilayah yang sangat tertekan.
Langkah negara itu untuk menjadikan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah pada September 2021 secara efektif menutup pintu pembiayaan IMF. Namun risiko atas pelukan El Salvador terhadap bitcoin "belum terwujud", diakui IMF.
- GHANA
Ghana berada dalam krisis ekonomi terburuk dalam satu generasi, dimana menghabiskan lebih dari 40% pendapatan pemerintah untuk pembayaran utang tahun lalu. Negara Afrika Barat itu mendapatkan kesepakatan USD3 miliar dengan IMF pada bulan Desember, meskipun masih perlu mendapatkan jaminan pembiayaan dari pemberi pinjaman bilateral untuk mencapai penandatanganan akhir.
Produsen kakao, emas dan minyak itu telah mencapai kesepakatan untuk menuliskan utang domestik dan pekan lalu memulai pembicaraan utang formal dengan pemegang obligasi internasional.
- LEBANON
Sistem keuangan Lebanon mulai terurai pada 2019 setelah beberapa dekade salah urus dan korupsi, hingga pada awal 2020 terjadi gagal bayar. Lebanon tidak memiliki kepala negara atau kabinet yang sepenuhnya diberdayakan sejak 31 Oktober.
Sementara itu mereka mencapai kesepakatan sementara dengan IMF senilai USD3 miliar pada April 2022, tetapi IMF baru-baru ini memperingatkan Lebanon "dalam situasi yang sangat berbahaya" karena penundaan berbagai reformasi, termasuk perombakan perbankan dan nilai tukar.
Beirut mendevaluasi nilai tukar resmi untuk pertama kalinya dalam 25 tahun pada Februari. Bulan lalu bank sentralnya mengatakan, akan mulai menjual dolar AS dalam jumlah tak terbatas untuk menghentikan devaluasi spiral.
- MALAWI
Malawi bergulat dengan kekurangan devisa dan defisit anggaran sekitar 1,32 triliun kwacha (USD1,30 miliar) atau 8,7% dari PDB.
Negara Afrika selatan yang bergantung pada donor itu sedang berusaha merestrukturisasi utangnya untuk mendapatkan lebih banyak dana dari IMF, yang menyetujui dana darurat pada November.
- PAKISTAN
Gejolak politik dan ekonomi selama berbulan-bulan, diperburuk oleh banjir yang melumpuhkan tahun lalu dan inflasi sentuh rekor untuk menempatkan Pakistan di zona bahaya.
China setuju pembiayaan sebesar USD1,8 miliar yang sudah dikreditkan ke bank sentral Pakistan, dan bulan lalu menggulirkan pinjaman USD2 miliar yang telah jatuh tempo pada awal Maret. Sejauh ini China telah memberikan bantuan selama krisis neraca pembayaran akut Pakistan.
Tetapi pembicaraan dengan IMF untuk tahap pinjaman USD1,1 miliar mengalami penundaan, bagian dari bailout USD6,5 miliar yang disepakati pada 2019. Selain itu cadangan devisa telah turun, setara kurang dari empat minggu impor.
- TUNISIA
Ekonomi Afrika Utara yang bergantung pada pariwisata berada dalam pergolakan krisis yang menyebabkan terjadinya kekurangan barang-barang makanan pokok.
Pinjaman IMF senilai USD1,9 miliar telah terhenti selama berbulan-bulan karena presiden Tunisia telah menunjukkan sedikit pergerakan terkait reformasi utama. Sebagian besar utang bersifat internal tetapi pembayaran pinjaman luar negeri jatuh tempo akhir tahun ini. Lembaga pemeringkat kredit mengatakan, Tunisia berisiko gagal bayar.
- SRI LANKA
Sri Lanka gagal membayar utang internasionalnya tahun lalu setelah salah urus ekonomi, diperburuk oleh pandemi COVID-19 hingga memicu krisis politik dan membiarkannya tanpa dolar bahkan untuk impor penting.
IMF menandatangani paket bailout USD3 miliar bulan lalu untuk membantu negara kepulauan Asia Selatan mengamankan dukungan tambahan hampir USD4 miliar dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan pemberi pinjaman lainnya.
Pejabat pemerintah memasang target menyelesaikan pembicaraan restrukturisasi utang pada bulan September. Sri Lanka juga mengerjakan ulang sebagian dari utang domestiknya dan bertujuan merampungkannya pada bulan Mei.
- UKRAINA
Ukraina baru saja menerima tahap pertama USD2,7 miliar di bawah program pinjaman IMF empat tahun senilai USD15,6 miliar. Ini adalah bagian dari paket dukungan global senilai USD115 miliar yang lebih besar.
Negara ini menangguhkan semua pembayaran utang tahun lalu setelah invasi Rusia, dan perlu merestrukturisasi pinjamannya jika dan ketika situasinya stabil.
IMF memperkirakan Ukraina membutuhkan USD3 hingga USD4 miliar per bulan untuk menjaga negara tetap berjalan. Membangun kembali ekonomi Ukraina saat ini diperkirakan akan menelan biaya USD411 miliar, sebuah laporan Bank Dunia belum lama ini.
- ZAMBIA
Sebagai negara Afrika pertama yang gagal bayar selama era COVID-19 pada tahun 2020, Zambia dipandang sebagai ujian lakmus untuk inisiatif Kerangka Kerja Bersama G20 yang dibentuk selama pandemi untuk merampingkan restrukturisasi utang. Tetapi pembicaraan sangat lambat, dan utang luar negeri merangkak hingga USD18,6 miliar.
Para pejabat Barat menyalahkan China, pemberi pinjaman bilateral terbesarnya, sesuatu yang dibantah China. Ada ketidaksepakatan luas tentang berapa banyak utang yang mampu dibayar negara tersebut ke depannya.
Mata uang Zambia, kwacha telah jatuh lebih dari 10% terhadap dolar AS tahun ini, yang menurut bank sentral menambah inflasi. Penurunan itu dinilai sebagian besar karena penundaan restrukturisasi utang.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
Inflasi yang membengkak, meningkatnya biaya pinjaman dan penguatan dolar membuat pembayaran kembali pinjaman menjadi lebih mahal bagi puluhan negara berkembang, mendorong beberapa di antaranya ke default pada tahun lalu.
Berikut daftar negara-negara yang menghadapi krisis utang atau telah gagal membayar pinjaman internasional.
- MESIR
Ekonomi Mesir yang sangat bergantung pada pariwisata mengalami pukulan keras saat Pandemi Covid-19 melanda, ditambah serta melonjaknya harga pangan dan energi, membuatnya kekurangan dolar dan berjuang untuk membayar utang yang meningkat.
Kairo mengamankan paket pinjaman baru dari IMF senilai USD3 miliar pada bulan Desember dengan berkomitmen pada mata uang yang fleksibel, peran yang lebih besar bagi sektor swasta dan berbagai reformasi moneter dan fiskal.
Pembatasan impor dan mata uang telah membebani aktivitas ekonomi, dan kekurangan mata uang asing terus berlanjut meskipun ada tiga devaluasi yang cukup besar sejak Maret 2022 yang mengurangi separuh nilai pound. Inflasi Mesir saat ini berada pada level tertinggi lebih dari lima tahun di atas 30%.
- EL SALVADOR
El Salvador menyelesaikan rintangan pembayaran obligasi USD600 juta pada bulan Januari. Negara Amerika Tengah memiliki outstanding sekitar USD6,4 miliar dalam Eurobond.
Sementara pembayaran berikutnya bakal jatuh tempo hingga 2025, kekhawatiran tentang utang El Salvador yang tinggi dan rencana pembiayaan serta kebijakan fiskalnya telah menekan obligasinya ke wilayah yang sangat tertekan.
Langkah negara itu untuk menjadikan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah pada September 2021 secara efektif menutup pintu pembiayaan IMF. Namun risiko atas pelukan El Salvador terhadap bitcoin "belum terwujud", diakui IMF.
- GHANA
Ghana berada dalam krisis ekonomi terburuk dalam satu generasi, dimana menghabiskan lebih dari 40% pendapatan pemerintah untuk pembayaran utang tahun lalu. Negara Afrika Barat itu mendapatkan kesepakatan USD3 miliar dengan IMF pada bulan Desember, meskipun masih perlu mendapatkan jaminan pembiayaan dari pemberi pinjaman bilateral untuk mencapai penandatanganan akhir.
Produsen kakao, emas dan minyak itu telah mencapai kesepakatan untuk menuliskan utang domestik dan pekan lalu memulai pembicaraan utang formal dengan pemegang obligasi internasional.
- LEBANON
Sistem keuangan Lebanon mulai terurai pada 2019 setelah beberapa dekade salah urus dan korupsi, hingga pada awal 2020 terjadi gagal bayar. Lebanon tidak memiliki kepala negara atau kabinet yang sepenuhnya diberdayakan sejak 31 Oktober.
Sementara itu mereka mencapai kesepakatan sementara dengan IMF senilai USD3 miliar pada April 2022, tetapi IMF baru-baru ini memperingatkan Lebanon "dalam situasi yang sangat berbahaya" karena penundaan berbagai reformasi, termasuk perombakan perbankan dan nilai tukar.
Beirut mendevaluasi nilai tukar resmi untuk pertama kalinya dalam 25 tahun pada Februari. Bulan lalu bank sentralnya mengatakan, akan mulai menjual dolar AS dalam jumlah tak terbatas untuk menghentikan devaluasi spiral.
- MALAWI
Malawi bergulat dengan kekurangan devisa dan defisit anggaran sekitar 1,32 triliun kwacha (USD1,30 miliar) atau 8,7% dari PDB.
Negara Afrika selatan yang bergantung pada donor itu sedang berusaha merestrukturisasi utangnya untuk mendapatkan lebih banyak dana dari IMF, yang menyetujui dana darurat pada November.
- PAKISTAN
Gejolak politik dan ekonomi selama berbulan-bulan, diperburuk oleh banjir yang melumpuhkan tahun lalu dan inflasi sentuh rekor untuk menempatkan Pakistan di zona bahaya.
China setuju pembiayaan sebesar USD1,8 miliar yang sudah dikreditkan ke bank sentral Pakistan, dan bulan lalu menggulirkan pinjaman USD2 miliar yang telah jatuh tempo pada awal Maret. Sejauh ini China telah memberikan bantuan selama krisis neraca pembayaran akut Pakistan.
Tetapi pembicaraan dengan IMF untuk tahap pinjaman USD1,1 miliar mengalami penundaan, bagian dari bailout USD6,5 miliar yang disepakati pada 2019. Selain itu cadangan devisa telah turun, setara kurang dari empat minggu impor.
- TUNISIA
Ekonomi Afrika Utara yang bergantung pada pariwisata berada dalam pergolakan krisis yang menyebabkan terjadinya kekurangan barang-barang makanan pokok.
Pinjaman IMF senilai USD1,9 miliar telah terhenti selama berbulan-bulan karena presiden Tunisia telah menunjukkan sedikit pergerakan terkait reformasi utama. Sebagian besar utang bersifat internal tetapi pembayaran pinjaman luar negeri jatuh tempo akhir tahun ini. Lembaga pemeringkat kredit mengatakan, Tunisia berisiko gagal bayar.
- SRI LANKA
Sri Lanka gagal membayar utang internasionalnya tahun lalu setelah salah urus ekonomi, diperburuk oleh pandemi COVID-19 hingga memicu krisis politik dan membiarkannya tanpa dolar bahkan untuk impor penting.
IMF menandatangani paket bailout USD3 miliar bulan lalu untuk membantu negara kepulauan Asia Selatan mengamankan dukungan tambahan hampir USD4 miliar dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan pemberi pinjaman lainnya.
Pejabat pemerintah memasang target menyelesaikan pembicaraan restrukturisasi utang pada bulan September. Sri Lanka juga mengerjakan ulang sebagian dari utang domestiknya dan bertujuan merampungkannya pada bulan Mei.
- UKRAINA
Ukraina baru saja menerima tahap pertama USD2,7 miliar di bawah program pinjaman IMF empat tahun senilai USD15,6 miliar. Ini adalah bagian dari paket dukungan global senilai USD115 miliar yang lebih besar.
Negara ini menangguhkan semua pembayaran utang tahun lalu setelah invasi Rusia, dan perlu merestrukturisasi pinjamannya jika dan ketika situasinya stabil.
IMF memperkirakan Ukraina membutuhkan USD3 hingga USD4 miliar per bulan untuk menjaga negara tetap berjalan. Membangun kembali ekonomi Ukraina saat ini diperkirakan akan menelan biaya USD411 miliar, sebuah laporan Bank Dunia belum lama ini.
- ZAMBIA
Sebagai negara Afrika pertama yang gagal bayar selama era COVID-19 pada tahun 2020, Zambia dipandang sebagai ujian lakmus untuk inisiatif Kerangka Kerja Bersama G20 yang dibentuk selama pandemi untuk merampingkan restrukturisasi utang. Tetapi pembicaraan sangat lambat, dan utang luar negeri merangkak hingga USD18,6 miliar.
Para pejabat Barat menyalahkan China, pemberi pinjaman bilateral terbesarnya, sesuatu yang dibantah China. Ada ketidaksepakatan luas tentang berapa banyak utang yang mampu dibayar negara tersebut ke depannya.
Mata uang Zambia, kwacha telah jatuh lebih dari 10% terhadap dolar AS tahun ini, yang menurut bank sentral menambah inflasi. Penurunan itu dinilai sebagian besar karena penundaan restrukturisasi utang.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
(akr)