Langkah BRICS Terbitkan Mata Uang Baru Bakal Tekan Dominasi Dolar
loading...
A
A
A
JAKARTA - BRICS merupakan sebuah forum internasional yang terdiri dari negara-negara dengan ekonomi terdepan di dunia. Baru-baru ini, BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) mengumumkan kabar akan meluncurkan mata uangnya sendiri.
Niat tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Ketua DPR Rusia, Alexander Babakov, pada akhir Maret 2023 saat melakukan kunjungan ke India. Dengan memiliki mata uang sendiri, negara-negara anggota BRICS bisa semakin erat menjalin kerja sama di bidang keuangan.
Selain itu, Babakov juga menyebut bahwa pembahasan lebih lanjut mengenai rencana penerbitan mata uang BRICS akan dilakukan di KTT BRICS 2023. Bukan hanya berupa uang, mata uang BRICS dapat diamankan dalam bentuk logam, emas, tanah jarang, dan komoditas lainnya.
Rencana BRICS untuk menerbitkan mata uangnya sendiri mendapat sorotan tajam dan menjadi ancaman tersendiri bagi dolar Amerika. Banyak pihak menyebut bahwa negara-negara anggota BRICS berusaha untuk menggeser dominasi Amerika Serikat (AS) dengan supremasi dolarnya. Diketahui, dolar AS sudah menjadi mata uang resmi untuk perdagangan internasional sekian lama.
Benarkah dolar dapat tergeser dengan mata uang BRICS ini? Melansir FirstPost, kehadiran mata uang BRICS jelas akan menyaingi dan berpotensi menggeser hegemoni AS.
Dari 5 anggota BRICS, Rusia adalah negara yang paling banyak disorot bersamaan dengan invasi yang dilakukan ke Ukraina. Selain itu, Rusia mendesak negara-negara anggota BRICS untuk melakukan eksplorasi dalam penciptaan mata uang perdagangannya sendiri.
Banyak negara yang menunjukkan minatnya untuk bergabung bersama BRICS. Negara-negara tersebut di antaranya adalah Argentina, Bahrain, Venezuela, Pakistan, Turki, hingga Uni Emirat Arab.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengeklaim bahwa BRICS sudah mewakili sekitar 40% dari perekonomian global. Hal itulah yang menjadi daya tarik negara-negara lain, termasuk negara kaya minyak, untuk menaruh minat bergabung dengan BRICS.
BRICS, yang dibentuk pada Juni 2009, juga mendirikan bank di Shanghai, China pada tahun 2014. Forum internasional itu meluncurkan bank pembangunan dengan nilai USD100 miliar atau setara dengan Rp1.174 triliun.
Pendirian bank itu dimaksudkan untuk membentuk sistem keuangan internasional yang selama ini sudah didominasi Barat. Bank tersebut kemudian dikenal dengan nama Bank Pembangunan Baru.
Niat tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Ketua DPR Rusia, Alexander Babakov, pada akhir Maret 2023 saat melakukan kunjungan ke India. Dengan memiliki mata uang sendiri, negara-negara anggota BRICS bisa semakin erat menjalin kerja sama di bidang keuangan.
Selain itu, Babakov juga menyebut bahwa pembahasan lebih lanjut mengenai rencana penerbitan mata uang BRICS akan dilakukan di KTT BRICS 2023. Bukan hanya berupa uang, mata uang BRICS dapat diamankan dalam bentuk logam, emas, tanah jarang, dan komoditas lainnya.
Rencana BRICS untuk menerbitkan mata uangnya sendiri mendapat sorotan tajam dan menjadi ancaman tersendiri bagi dolar Amerika. Banyak pihak menyebut bahwa negara-negara anggota BRICS berusaha untuk menggeser dominasi Amerika Serikat (AS) dengan supremasi dolarnya. Diketahui, dolar AS sudah menjadi mata uang resmi untuk perdagangan internasional sekian lama.
Benarkah dolar dapat tergeser dengan mata uang BRICS ini? Melansir FirstPost, kehadiran mata uang BRICS jelas akan menyaingi dan berpotensi menggeser hegemoni AS.
Dari 5 anggota BRICS, Rusia adalah negara yang paling banyak disorot bersamaan dengan invasi yang dilakukan ke Ukraina. Selain itu, Rusia mendesak negara-negara anggota BRICS untuk melakukan eksplorasi dalam penciptaan mata uang perdagangannya sendiri.
Banyak negara yang menunjukkan minatnya untuk bergabung bersama BRICS. Negara-negara tersebut di antaranya adalah Argentina, Bahrain, Venezuela, Pakistan, Turki, hingga Uni Emirat Arab.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengeklaim bahwa BRICS sudah mewakili sekitar 40% dari perekonomian global. Hal itulah yang menjadi daya tarik negara-negara lain, termasuk negara kaya minyak, untuk menaruh minat bergabung dengan BRICS.
BRICS, yang dibentuk pada Juni 2009, juga mendirikan bank di Shanghai, China pada tahun 2014. Forum internasional itu meluncurkan bank pembangunan dengan nilai USD100 miliar atau setara dengan Rp1.174 triliun.
Pendirian bank itu dimaksudkan untuk membentuk sistem keuangan internasional yang selama ini sudah didominasi Barat. Bank tersebut kemudian dikenal dengan nama Bank Pembangunan Baru.
(uka)