Pedagang Baju Pasar Tanah Abang Curhat, Mudik Lebaran Bikin Omzet Anjlok 50 Persen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para pedagang baju di pasar Tanah Abang mengeluh lantaran omzet mereka menurun pada Ramadan tahun ini. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penurunan omzet itu bisa mencapai 50%.
Berdasarkan pantauan MNC Portal, kondisi pasar juga mulai terlihat sepi. Masyarakat yang datang tidak banyak yang menenteng barang belanjaan dalam jumlah banyak.
Vina, salah satu pedagang, menuturkan, omzetnya turun 50% pada Ramadan tahun ini. Jika Ramadan tahun lalu omzetnya bisa mencapai Rp15 juta per hari, namun tahun ini hanya mampu meraup Rp7-8 juta per hari.
"Turun, lebih banyak tahun lalu. Kalau tahun lalu itu bisa dapat Rp15 juta, kalau sekarang cuma dapat Rp7-8 juta per hari," ungkapnya saat ditemui MNC Portal, Kamis (20/4/2023).
Vina menuturkan, penurunan pembeli tahun ini diperkirakan karena imbas dari aturan mudik yang sudah tidak ada pembatasan seperti tahun lalu. Sehingga masyarakat lebih memilih mengeluarkan uang untuk keperluan mudik dibandingkan belanja keperluan Lebaran, khususnya baju.
Lanjut dia, pembeli di Pasar Tanah Abang lebih didominasi orang perantau dibandingkan orang lokal. Makanya, ketika tahun ini perantau banyak yang mudik, pembeli Pasar Tanah Abang jadi menurun.
"Tahun ini lebih sepi daripada Lebaran tahun lalu. Karena tahun lalu itu banyak orang daerah yang belanja. Misalnya dari Makasar, Medan. Kalau sekarang jarang. Kebanyakan yang beli orang sini," papar Vina.
"Daya beli masyarakatnya turun. Mungkin karena banyak yang mudik. Jadi uangnya dipake buat mudik. Kalau dulu kan masih ada aturan mudik, jadi enggak semuanya mudik. Makanya sebagian dari mereka uangnya untuk belanja," sambung Vina.
Hal senada juga dikatakan Sahrul. Pedagang baju koko itu menyebut bahwa tahun ini pendapatannya menurun. Ia hanya bisa meraup banyak keuntungan saat sebelum puasa saja. Sedangkan saat puasa pembeli menurun.
Sebelum puasa ia bisa mengantongi pendapatan Rp15 juta per hari, namun kini saat momen puasa hanya bisa mengantongi Rp10 juta per hari.
"Untuk omzet sebelum puasa itu seharinya Rp15 juta, semenjak puasa untuk hari-hari biasa Rp10 juta. Kalau weekend bisa lebih tapi nggak banyak juga. Dibanding tahun lalu lebih enakan tahun lalu, nggak tau kenapa, atau karena isu resesi itu, makanya daya beli masyarakat turun," kata Sahrul.
Dia juga bilang, pembeli ditokonya biasanya didominasi oleh perantau. Namun karena tahun ini banyak yang memilih mudik, jadi para perantau tersebut mengurungkan niatnya untuk berbelanja.
"Sebelum puasa pembeli kebanyakan orang daerah, kaya dari Manado, Makasar, Sumatra. Biasanya mereka beli borongan," jelasnya.
Berdasarkan pantauan MNC Portal, kondisi pasar juga mulai terlihat sepi. Masyarakat yang datang tidak banyak yang menenteng barang belanjaan dalam jumlah banyak.
Vina, salah satu pedagang, menuturkan, omzetnya turun 50% pada Ramadan tahun ini. Jika Ramadan tahun lalu omzetnya bisa mencapai Rp15 juta per hari, namun tahun ini hanya mampu meraup Rp7-8 juta per hari.
"Turun, lebih banyak tahun lalu. Kalau tahun lalu itu bisa dapat Rp15 juta, kalau sekarang cuma dapat Rp7-8 juta per hari," ungkapnya saat ditemui MNC Portal, Kamis (20/4/2023).
Vina menuturkan, penurunan pembeli tahun ini diperkirakan karena imbas dari aturan mudik yang sudah tidak ada pembatasan seperti tahun lalu. Sehingga masyarakat lebih memilih mengeluarkan uang untuk keperluan mudik dibandingkan belanja keperluan Lebaran, khususnya baju.
Lanjut dia, pembeli di Pasar Tanah Abang lebih didominasi orang perantau dibandingkan orang lokal. Makanya, ketika tahun ini perantau banyak yang mudik, pembeli Pasar Tanah Abang jadi menurun.
"Tahun ini lebih sepi daripada Lebaran tahun lalu. Karena tahun lalu itu banyak orang daerah yang belanja. Misalnya dari Makasar, Medan. Kalau sekarang jarang. Kebanyakan yang beli orang sini," papar Vina.
"Daya beli masyarakatnya turun. Mungkin karena banyak yang mudik. Jadi uangnya dipake buat mudik. Kalau dulu kan masih ada aturan mudik, jadi enggak semuanya mudik. Makanya sebagian dari mereka uangnya untuk belanja," sambung Vina.
Hal senada juga dikatakan Sahrul. Pedagang baju koko itu menyebut bahwa tahun ini pendapatannya menurun. Ia hanya bisa meraup banyak keuntungan saat sebelum puasa saja. Sedangkan saat puasa pembeli menurun.
Sebelum puasa ia bisa mengantongi pendapatan Rp15 juta per hari, namun kini saat momen puasa hanya bisa mengantongi Rp10 juta per hari.
"Untuk omzet sebelum puasa itu seharinya Rp15 juta, semenjak puasa untuk hari-hari biasa Rp10 juta. Kalau weekend bisa lebih tapi nggak banyak juga. Dibanding tahun lalu lebih enakan tahun lalu, nggak tau kenapa, atau karena isu resesi itu, makanya daya beli masyarakat turun," kata Sahrul.
Dia juga bilang, pembeli ditokonya biasanya didominasi oleh perantau. Namun karena tahun ini banyak yang memilih mudik, jadi para perantau tersebut mengurungkan niatnya untuk berbelanja.
"Sebelum puasa pembeli kebanyakan orang daerah, kaya dari Manado, Makasar, Sumatra. Biasanya mereka beli borongan," jelasnya.
(uka)