Duet Rusia-China Disebut Sebagai Ancaman Bagi Ekonomi Belanda
loading...
A
A
A
AMSTERDAM - Rusia dan China disebut menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan ekonomi nasional Belanda , menurut badan intelijen Belanda.
Beijing sendiri merupakan mitra dagang penting Belanda, tetapi "menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan ekonomi Belanda,". Hal ini disampaikan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Umum atau yang dikenal dengan inisial AIVD dalam laporan tahunan yang diterbitkan pekan ini.
AIVD mengatakan, China menargetkan perusahaan dan institusi teknologi tinggi Belanda melalui "pengambilalihan perusahaan, kerja sama akademis, serta spionase (digital) yang tidak sah, insiders, investasi rahasia dan ekspor ilegal."
Laporan itu muncul ketika Belanda mengumumkan, rencana untuk memperluas pembatasan peralatan semikonduktor di bawah tekanan dari pemerintahan Biden ketika AS (Amerika Serikat) berusaha untuk merusak kapasitas produksi chip China yang terus meningkat.
Hal ini juga mengikuti laporan intelijen sebelumnya oleh AIVD yang mengatakan, Rusia telah secara diam-diam memetakan infrastruktur Belanda di Laut Utara dan "melakukan kegiatan yang mengindikasikan spionase dan persiapan tindakan untuk melakukan gangguan dan sabotase."
Awal tahun ini, ASML Holding NV, roda penggerak penting dalam industri semikonduktor global menuduh seorang mantan karyawan yang berbasis di China mencuri informasi rahasia.
Perusahaan teknologi Belanda itu, yang membuat mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi chip kelas atas yang digunakan dalam segala hal mulai dari kendaraan listrik hingga perlengkapan militer, memulai penyelidikan internal dan memperketat kontrol keamanan setelah menemukan insiden tersebut, yang mungkin telah melanggar pengawasan ekspor.
Badan intelijen mengatakan, banyak perusahaan dan lembaga Belanda merasa sulit untuk membuat penilaian risiko yang tepat dari kerja sama ekonomi dan ilmiah dengan China. "Negara ini sering menyembunyikan bahwa pemerintah China atau tentara China mungkin terlibat di belakangnya dalam kerja sama semacam itu," kata laporan tersebut.
"Kerugian dari kerja sama seringkali hanya menjadi jelas dalam jangka panjang."
Badan itu juga mengatakan Iran dan Korea Utara turut terlibat dalam serangan digital, selain Rusia dan China. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan pada hari Selasa pekan lalu pada konferensi pers reguler di Beijing bahwa "pejabat terkait" harus "berhenti membesar-besarkan apa yang disebut narasi ancaman China."
Beijing sendiri merupakan mitra dagang penting Belanda, tetapi "menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan ekonomi Belanda,". Hal ini disampaikan oleh Badan Intelijen dan Keamanan Umum atau yang dikenal dengan inisial AIVD dalam laporan tahunan yang diterbitkan pekan ini.
AIVD mengatakan, China menargetkan perusahaan dan institusi teknologi tinggi Belanda melalui "pengambilalihan perusahaan, kerja sama akademis, serta spionase (digital) yang tidak sah, insiders, investasi rahasia dan ekspor ilegal."
Laporan itu muncul ketika Belanda mengumumkan, rencana untuk memperluas pembatasan peralatan semikonduktor di bawah tekanan dari pemerintahan Biden ketika AS (Amerika Serikat) berusaha untuk merusak kapasitas produksi chip China yang terus meningkat.
Hal ini juga mengikuti laporan intelijen sebelumnya oleh AIVD yang mengatakan, Rusia telah secara diam-diam memetakan infrastruktur Belanda di Laut Utara dan "melakukan kegiatan yang mengindikasikan spionase dan persiapan tindakan untuk melakukan gangguan dan sabotase."
Awal tahun ini, ASML Holding NV, roda penggerak penting dalam industri semikonduktor global menuduh seorang mantan karyawan yang berbasis di China mencuri informasi rahasia.
Perusahaan teknologi Belanda itu, yang membuat mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi chip kelas atas yang digunakan dalam segala hal mulai dari kendaraan listrik hingga perlengkapan militer, memulai penyelidikan internal dan memperketat kontrol keamanan setelah menemukan insiden tersebut, yang mungkin telah melanggar pengawasan ekspor.
Badan intelijen mengatakan, banyak perusahaan dan lembaga Belanda merasa sulit untuk membuat penilaian risiko yang tepat dari kerja sama ekonomi dan ilmiah dengan China. "Negara ini sering menyembunyikan bahwa pemerintah China atau tentara China mungkin terlibat di belakangnya dalam kerja sama semacam itu," kata laporan tersebut.
"Kerugian dari kerja sama seringkali hanya menjadi jelas dalam jangka panjang."
Badan itu juga mengatakan Iran dan Korea Utara turut terlibat dalam serangan digital, selain Rusia dan China. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan pada hari Selasa pekan lalu pada konferensi pers reguler di Beijing bahwa "pejabat terkait" harus "berhenti membesar-besarkan apa yang disebut narasi ancaman China."
(akr)