RI Berhasil Keluar dari Kelompok Fragile 5, Sri Mulyani Beberkan Kuncinya

Jum'at, 19 Mei 2023 - 13:09 WIB
loading...
RI Berhasil Keluar dari...
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, perbaikan fondasi ekonomi dalam satu dekade terakhir telah memberikan manfaat signifikan bagi penguatan daya tahan ekonomi RI dari tekanan eksternal yang datang bertubi-tubi.

Sebagai informasi, sebelumnya Indonesia sempat masuk ke dalam kategori Fragile 5 pada tahun 2013 bersama-sama dengan Brazil, India, Afrika, dan Turki.

"Kini, Indonesia telah berhasil keluar dari kelompok Fragile 5 tersebut. Neraca pembayaran, neraca berjalan menguat signifikan," ujarnya dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-23 Masa Persidangan V Tahun 2022-2023 di Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Sri melanjutkan, ekonomi Indonesia yang pernah mengalami defisit 3,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2013 dan menyebabkan Indonesia menjadi rapuh, telah menjadi surplus 0,3% dari PDB pada tahun 2021. Bahkan, surplus meningkat lagi pada Desember 2022 yaitu 1% dari PDB.

"Inilah yang menyebabkan ketahanan perekonomian Indonesia. Menguatnya posisi neraca berjalan Indonesia tidak lepas dari kebijakan struktural dan transformasi ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu hilirisasi sumber daya alam (SDA)," bebernya.

Sejak tahun 2014, pemerintah mencanangkan kebijakan hilirisasi dengan mewajibkan pembangunan smelter bertahap bagi perusahaan tambang mineral.

Pemerintah juga memberikan berbagai dukungan fiskal baik melalui perbaikan ekosistem perpajakan maupun memberikan insentif fiskal lainnya.

Selain karena faktor harga komoditas yang melonjak tajam, Sri bilang, upaya menciptakan nilai tambah tinggi berperan penting dalam meningkatkan ekspor dan neraca perdagangan Indonesia yang signifikan.

"Nilai ekspor Indonesia tahun 2022 melonjak tajam dan mencatat rekor tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia, yaitu USD292 miliar. Angka ini meningkat 66% dari posisi USD176 miliar pada tahun 2014. Tahun 2022, neraca perdagangan juga mencatatkan rekor tertinggi yaitu USD54,5 miliar," papar alumnus Universitas Indonesia itu.



Hingga April 2023, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus 36 bulan beruntun. Menguatnya fondasi ekonomi Indonesia juga tercermin dari stabilnya pasar keuangan domestik di tengah tingginya volatilitas dan ketidakpastian pasar global. Sri menambahkan, rata-rata depresiasi uang rupiah pada tahun 2022 hanya 3,9% dibandingkan negara-negara lain.

“Bahkan dengan negara-negara emerging seperti Turki yang mengalami depresiasi hingga 86,4%. Tak hanya itu, ringgit Malaysia terdepresiasi 6,2%, dan rupee India terdepresiasi 6,4%," imbuh menteri kelahiran Bandar Lampung.



Di sisi lain, instrumen keuangan negara yaitu obligasi pemerintah juga stabil pada posisi 7,0% imbal hasilnya pada periode 2022. Ini lebih rendah dari posisi pra pandemi yang mencapai 7,5%.

"Tahun 2022, tingkat suku bunga global meningkat lebih dari 500 basis poin, dan bahkan kita tetap bertahan, atau bahkan menurun," tutup mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1537 seconds (0.1#10.140)