Erick Thohir Ungkap Utang BUMN Karya di Bank Milik Negara Tinggal Rp70 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Utang BUMN Karya di Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) terpantau turun drastis, dari sebelumnya Rp120 triliun kini tinggal tersisa Rp70 triliun. Penurunan nilai pinjaman tersebut dikonfirmasi langsung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir .
Dia pun meminta publik tidak membangun persepsi bahwa perseroan di sektor infrastruktur itu terlilit banyak utang dan merugi.
"Dari Rp120 triliun sudah turun, tinggal Rp70 triliun. Tentu ada arus kas yang harus dikejar, konteks kadang kita selalu lihat ini banyak utang macet," ungkap Erick Thohir saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Kamis (25/5/2023).
Meski membukukan utang bernilai fantastis, Erick mengatakan bahwa BUMN Karya juga mampu memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Salah satunya melalui pembangunan sejumlah ruas tol di Tanah Air. Karena itu, publik seyogyanya tidak hanya melihat pada sisi utang saja, namun juga pada peran dan kontribusi perusahaan.
"Jadi, jangan dilihat masalah utang, seakan paradigma bangkrut, tetapi solusi yang sudah diberikan karya kepada rakyat Indonesia luar biasa dan ini bukan proyek mercusuar, kebutuhan jalan itu mandatory," ucap dia.
Secara agregat, BUMN konstruksi masih menanggung utang atau liabilitas bernilai jumbo. Hingga akhir Maret 2023 ada empat perusahaan negara yang membukukan utang hingga puluhan triliun rupiah.
Empat BUMN Karya terdiri dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, (WIKA), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, (PTPP), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, (ADHI).
BUMN bersandi saham WSKT membukukan liabilitas, termasuk utang, senilai Rp84,37 triliun per 31 Maret 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari posisi 31 Desember 2022 yang berada di angka Rp83,98 triliun.
Lalu, Wijaya Karya dengan jumlah liabilitas, termasuk utang, mencapai Rp55,76 triliun. Angka tersebut membuat emiten bersandi saham WIKA itu menduduki posisi kedua setelah WSKT, sebagai BUMN konstruksi dengan status terbuka (Tbk) yang membukukan utang bernilai fantastis.
PT Pembangunan Perumahan membukukan liabilitas, termasuk utang hingga 31 Maret tahun ini senilai Rp43,81 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari posisi 31 Desember 2022 yang berada di angka Rp42,79 triliun.
Utang ini merupakan akumulasi dari utang jangka pendek sebesar Rp26,61 triliun dan utang jangka panjang yang mencapai Rp17,19 triliun.
Kemudian, Adhi Karya menduduki posisi keempat sebagai emiten konstruksi pelat merah yang mencatat utang jumbo. Dari laporan keuangan per 31 Maret 2023, utang perusahaan, termasuk liabilitas, sebesar Rp30,29 triliun.
Adapun utang jangka pendek perusahaan nilai Rp23,37 triliun. Sedangkan utang jangka panjang mencapai Rp6,91 triliun.
Dia pun meminta publik tidak membangun persepsi bahwa perseroan di sektor infrastruktur itu terlilit banyak utang dan merugi.
"Dari Rp120 triliun sudah turun, tinggal Rp70 triliun. Tentu ada arus kas yang harus dikejar, konteks kadang kita selalu lihat ini banyak utang macet," ungkap Erick Thohir saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Kamis (25/5/2023).
Meski membukukan utang bernilai fantastis, Erick mengatakan bahwa BUMN Karya juga mampu memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Salah satunya melalui pembangunan sejumlah ruas tol di Tanah Air. Karena itu, publik seyogyanya tidak hanya melihat pada sisi utang saja, namun juga pada peran dan kontribusi perusahaan.
"Jadi, jangan dilihat masalah utang, seakan paradigma bangkrut, tetapi solusi yang sudah diberikan karya kepada rakyat Indonesia luar biasa dan ini bukan proyek mercusuar, kebutuhan jalan itu mandatory," ucap dia.
Secara agregat, BUMN konstruksi masih menanggung utang atau liabilitas bernilai jumbo. Hingga akhir Maret 2023 ada empat perusahaan negara yang membukukan utang hingga puluhan triliun rupiah.
Empat BUMN Karya terdiri dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, (WIKA), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, (PTPP), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, (ADHI).
BUMN bersandi saham WSKT membukukan liabilitas, termasuk utang, senilai Rp84,37 triliun per 31 Maret 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari posisi 31 Desember 2022 yang berada di angka Rp83,98 triliun.
Lalu, Wijaya Karya dengan jumlah liabilitas, termasuk utang, mencapai Rp55,76 triliun. Angka tersebut membuat emiten bersandi saham WIKA itu menduduki posisi kedua setelah WSKT, sebagai BUMN konstruksi dengan status terbuka (Tbk) yang membukukan utang bernilai fantastis.
PT Pembangunan Perumahan membukukan liabilitas, termasuk utang hingga 31 Maret tahun ini senilai Rp43,81 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari posisi 31 Desember 2022 yang berada di angka Rp42,79 triliun.
Utang ini merupakan akumulasi dari utang jangka pendek sebesar Rp26,61 triliun dan utang jangka panjang yang mencapai Rp17,19 triliun.
Kemudian, Adhi Karya menduduki posisi keempat sebagai emiten konstruksi pelat merah yang mencatat utang jumbo. Dari laporan keuangan per 31 Maret 2023, utang perusahaan, termasuk liabilitas, sebesar Rp30,29 triliun.
Adapun utang jangka pendek perusahaan nilai Rp23,37 triliun. Sedangkan utang jangka panjang mencapai Rp6,91 triliun.
(akr)