Industri Sawit Berkomitmen Dukung Program Net Zero Emission

Sabtu, 27 Mei 2023 - 20:24 WIB
loading...
Industri Sawit Berkomitmen...
Industri sawit mendukung target NZE pemerintah. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pemerintah mengajak pemangku kepentingan (stakeholder) terkait untuk mendukung pencapaian target net zero emissions ( NZE ) pada 2060 atau lebih cepat. Kelapa sawit termasuk sektor industri komoditas agro yang mendukung penyerapan emisi karbon dan program NZE.



“Kelapa sawit ini membantu penyerapan emisi karbon. Dalam berbagai literatur, tanaman ini menyerap karbon lebih besar dibandingkan tanaman lain,” ujar Dr. Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM RI, dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/5/2023).

Menurut Dadan, pohon kelapa sawit mampu menyerap 25 ton CO2 per tahun sedangkan pohon lainnya hanya sebesar 6 ton CO2 per tahun. Karena itulah, tanaman kelapa sawit merupakan penyerap CO2 sama dengan tanaman lain seperti tanaman kayu hutan.

Kontribusi sawit menekan emisi karbon sudah diwujudkan melalui implementasi program mandatori biodiesel. Dadan mengatakan Indonesia saat ini menjadi negara terbesar dalam penggunaan biodiesel dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia.

Saat ini, dikatakan Dadan, pemerintah tengah mendorong pendekatan teknologi untuk mengkonversi minyak nabati, misalkan sawit langsung menjadi bensin atau langsung menjadi solar.

Industri sawit menyambut baik ajakan pemerintah untuk menekan emisi karbon dan mencapai target nol emisi karbon. Tunas Sawa Erma, perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit yang beroperasi di Papua, belum lama ini menyampaikan komitmennya untuk menyumbang kontribusi dalam upaya global mencapai NZE sampai dengan tahun 2050.

Direktur Tunas Sawa Erma Group Luwy Leunufna mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mengikuti semua aturan dan ketentuan pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam, TSE Group menyadari pentingnya berkontribusi dalam upaya untuk atau upaya global untuk mencapai NZE.

Sebagai wujud nyata komitmen tersebut, TSE Group menggunakan Science Based Targets initiative (SBTi) sebagai standar untuk menetapkan target net zero emissions. SBTi adalah inisiatif untuk mengembangkan dan mempromosikan metodologi ilmiah dalam rangka menetapkan target emisi sesuai dengan Perjanjian Paris.

“Kami akan menyusun near-term dan long-term target emisi kami dalam waktu 2 tahun ke depan. Target-target ini akan mencakup seluruh aktivitas operasional dan rantai pasokan kami,” ucap Luwy Leunufna.

Sebagai informasi, pada tanggal 23 September 2022, Pemerintah Indonesia mengumumkan ENDC (Enhanced Nationally Determined Contribution)-nya sebesar 31.89% dan 43.20% kepada UNFCC.

Luwy menjelaskan bahwa TSE Group juga mendukung upaya pemerintah mencapai nationally Determined contribution NDC dan siap berkolaborasi untuk mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon. Saat ini, TSE Group akan membangun pembangkit listrik tenaga biogas untuk berkontribusi pada pengurangan gas rumah kaca dengan mencegah pelepasan gas metana ke atmosfer. Kapasita listrik pembangkit ini mencapai 8 MW yang dibangun sampai 2030.
“Kami berencana memanfaatkan listrik dan gas yang dihasilkan dapat digunakan penduduk setempat untuk meningkatkan kualitas hidup,” ujar Luwy.

Langkah berikutnya, perusahaan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang mengeluarkan nitrogen oksida selama proses produksi dan penggunaannya. TSE Group mencari cara untuk menggantikan pupuk kimia dengan pupuk organik dari tandan kosong dan cangkang sawit (produk sampingan dari pabrik kelapa sawit).

Sementara itu, Subkoordinator Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Dwimas Suryanata Nugraha mengatakan, perkebunan sawit tidak bisa dikatakan sepenuhnya penyebab dari kenaikan gas rumah kaca. Banyak isu yang timbul di masyarakat ini terkait dengan sawit ini salah satu penyebab sawit deforestasi lahan dan penyebab kenaikan emisi gas rumah kaca.



"Perkebunan kelapa sawit ini tidak bisa juga dikatakan penyebab dari kenaikan gas rumah kaca," pungkasnya.

(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1535 seconds (0.1#10.140)