Piyama-Daster Batik Cap Kekinian, Pengusaha Ini Gabungkan Unsur Tradisional dan Modern
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berangkat dari skill dan passionnya di bidang desain , seorang pengusaha fashion asal Jakarta, Gerry Riyadi, menciptakan model baru piyama-daster kekinian. Ia mengkreasikan kain batik cap sebagai bahan utama model piyama-daster. Kreasinya ini telah dipatenkan dengan nama brand Bathek Buana dan telah dipasarkan secara luas.
Dengan latar belakang lulusan Fakultas Seni Rupa Desain, Gerry adalah sosok yang memiliki ketertarikan kuat di bidang desain dan fashion. Ia pun memiliki bisnis fashion dengan memproduksi kain batik cap untuk menyuplai beberapa toko di kawasan Tanah Abang, Jakarta. Namun seiring waktu, Gerry memiliki ide dan inovasi untuk menciptakan produk jadi.
Ia pun melihat adanya potensi besar dari kain batik cap. Lalu Gerry berinisiatif menggabungkan unsur tradisional dan sentuhan modern, dengan mengkreasikan batik cap menjadi model piyama-daster kekinian. Produk piyama-daster hasil kreasinya dikemas secara eksklusif dengan menyasar target kalangan perempuan, terutama kaum ibu muda.
Gerry mengakui, ia memilih batik cap karena melihat adanya peluang pasar yang besar di kalangan muda. Biasanya, batik cap lebih banyak dikaitkan dengan produk untuk usia 40-60 tahun. Namun, Gerry merasa tertantang untuk mengubah persepsi tersebut.
"Tren batik cap ini bisa untuk kalangan muda, terutama untuk produk piyama dan daster. Ini yang membuat saya tergerak memilih batik cap. Saya suka karena tantangannya. Rata-rata mindset batik cap produk daster dan piyama ini kan biasanya untuk kalangan usia 40-60,” jelasnya.
Dengan inovasi piyama dasternya, Gerry pun berharap dapat melestarikan batik cap sebagai budaya yang diwariskan kepada generasi berikutnya. Bahkan ia memiliki ambisi menjadikan batik cap sebagai pilihan utama dalam berbusana di kalangan anak-anak hingga dewasa untuk beberapa tahun ke depan.
"Dengan target pasar ibu-ibu muda dan usia lanjut, melalui produk ini saya berharap kebudayaan batik cap akan terbawa ke anak-anaknya, dan budaya batik cap sebagai sebuah karya seni akan tetap tumbuh," terangnya.
Sejak diperkenalkan beberapa tahun lalu, piyama dan daster Bathek Buana mendapatkan respons positif dari masyarakat. Menurut Gerry, permintaan piyama-daster ini cukup besar, namun penjualan produk ini dibatasi dari jumlah motifnya agar tetap menjadi karya seni yang unik.
Produk piyama-daster Bathek Buana dipasarkan melalui berbagai platform, mulai dari media sosial seperti Instagram @bathekbuana, marketplace Tokopedia dengan nama toko Bathek Buana, dan channel Youtube. Bahan kain untuk Bathek Buana saat ini diproduksi di sebuah pabrik di kawasan Balaraja, Tangerang. Sedangkan untuk pesanan produk dikirim dari gudang di Jakarta Selatan.
Dengan latar belakang lulusan Fakultas Seni Rupa Desain, Gerry adalah sosok yang memiliki ketertarikan kuat di bidang desain dan fashion. Ia pun memiliki bisnis fashion dengan memproduksi kain batik cap untuk menyuplai beberapa toko di kawasan Tanah Abang, Jakarta. Namun seiring waktu, Gerry memiliki ide dan inovasi untuk menciptakan produk jadi.
Ia pun melihat adanya potensi besar dari kain batik cap. Lalu Gerry berinisiatif menggabungkan unsur tradisional dan sentuhan modern, dengan mengkreasikan batik cap menjadi model piyama-daster kekinian. Produk piyama-daster hasil kreasinya dikemas secara eksklusif dengan menyasar target kalangan perempuan, terutama kaum ibu muda.
Gerry mengakui, ia memilih batik cap karena melihat adanya peluang pasar yang besar di kalangan muda. Biasanya, batik cap lebih banyak dikaitkan dengan produk untuk usia 40-60 tahun. Namun, Gerry merasa tertantang untuk mengubah persepsi tersebut.
"Tren batik cap ini bisa untuk kalangan muda, terutama untuk produk piyama dan daster. Ini yang membuat saya tergerak memilih batik cap. Saya suka karena tantangannya. Rata-rata mindset batik cap produk daster dan piyama ini kan biasanya untuk kalangan usia 40-60,” jelasnya.
Dengan inovasi piyama dasternya, Gerry pun berharap dapat melestarikan batik cap sebagai budaya yang diwariskan kepada generasi berikutnya. Bahkan ia memiliki ambisi menjadikan batik cap sebagai pilihan utama dalam berbusana di kalangan anak-anak hingga dewasa untuk beberapa tahun ke depan.
"Dengan target pasar ibu-ibu muda dan usia lanjut, melalui produk ini saya berharap kebudayaan batik cap akan terbawa ke anak-anaknya, dan budaya batik cap sebagai sebuah karya seni akan tetap tumbuh," terangnya.
Sejak diperkenalkan beberapa tahun lalu, piyama dan daster Bathek Buana mendapatkan respons positif dari masyarakat. Menurut Gerry, permintaan piyama-daster ini cukup besar, namun penjualan produk ini dibatasi dari jumlah motifnya agar tetap menjadi karya seni yang unik.
Produk piyama-daster Bathek Buana dipasarkan melalui berbagai platform, mulai dari media sosial seperti Instagram @bathekbuana, marketplace Tokopedia dengan nama toko Bathek Buana, dan channel Youtube. Bahan kain untuk Bathek Buana saat ini diproduksi di sebuah pabrik di kawasan Balaraja, Tangerang. Sedangkan untuk pesanan produk dikirim dari gudang di Jakarta Selatan.
(akr)