IATA Bukukan Pendapatan Rp1,5 Triliun di Semester I 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT MNC Energy Investments Tbk ( IATA ) melaporkan kinerja keuangan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2023 dengan pendapatan sebesar USD100,5 juta atau sekitar Rp1,5 triliun di semester I 2023
tumbuh 20,2% year on year (yoy) dari USD 83,6 juta pada H1-2022.
Berdasarkan laporan perusahaan beban langsung Perseroan menyentuh USD 41,1 juta pada H1-2023, dipicu oleh biaya pengapalan yang melonjak sebesar 15,6% yoy serta harga bahan bakar solar yang naik hingga 24,9% bila dibandingkan per akhir Juni 2022 dan 2023.
Peningkatan beban ini seiring dengan peningkatan produksi batu bara Perseroan. Ditambah lagi, biaya royalti kepada pemerintah melambung dari 3% menjadi 8% pada akhir semester pertama tahun ini. Sejumlah hal di atas berdampak pada penyusutan laba bersih sebesar 15,4% yoy menjadi USD22,3 juta.
Perseroan mencatatkan EBITDA sebesar USD28,6 juta pada H1-2023, setara dengan marjin EBITDA 28,4%. Total aset IATA mengalami pertumbuhan 20,9% menjadi USD 218,0 juta pada semester pertama
tahun ini, dibanding USD 180,3 juta pada akhir tahun 2022.
Total liabilitas dan ekuitas Perseroan juga tercatat naik masing-masing sebesar 11,3% dan 34,3% dari FY-2022, menjadi USD 116,8 juta
dan USD 101,2 juta pada H1-2023. Sepanjang semester pertama tahun 2023, IATA telah memproduksi 2,1 juta MT batu bara, meningkat 14,2% yoy atau bertambah 264,4 ribu MT dibandingkan produksi pada H1-2022.
Sedangkan dari sisi penjualan, IATA berhasil memasarkan 2,3 juta MT batu bara pada H1-2023, lebih tinggi 29,2% dari pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Perseroan akan memulai produksi dari IUP yang dimiliki oleh PT Arthaco Prima Energy (APE) pada Q4-2023.
Sejumlah persiapan sedang dilakukan oleh Perseroan untuk memulai pengoperasian tambang APE seperti penandatanganan perjanjian kerja sama dengan pemilik Hak Guna Usaha di tambang APE, pembebasan lahan, serta pembuatan jalan hauling dan pelabuhan.
Ditambah lagi, IATA sedang mempercepat pembangunan Barge Loading Conveyor di jetty IUP milik PT Putra Muba Coal yang ditargetkan selesai pada Agustus 2023. Investasi Perseroan dalam bentuk conveyor dengan kapasitas 1.000 MT/jam ini akan semakin meningkatkan efisiensi waktu loading ke tongkang.
Selain fokus meningkatkan produksi batu bara, Perseroan aktif menambah kontrak penjualan, mencari peluang akuisisi tambang baru, memperhitungkan prospek energi terbarukan, serta memastikan efisiensi dalam setiap aktivitas bisnis untuk pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan. IATA secara konsisten berkontribusi bagi kehidupan sosial kemasyarakatan dan lingkungan, termasuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
IATA mengelola 8 IUP-Operasi Produksi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dan secara agresif meningkatkan hasil produksi untuk menjawab permintaan batu bara yang tinggi. Berdasarkan laporan Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI), saat ini IATA memiliki cadangan batu bara sebanyak 386,6 juta MT. Total tersebut diperoleh dari hanya sekitar 20% luas area penambangan Perseroan sebesar 72.478 Ha.
Di samping itu, kegiatan eksplorasi masih giat dilakukan secara bertahap pada sisa area penambangan seluas 57.793 Ha. IATA meyakini cadangan batu bara akan terus bertambah seiring dengan proses eksplorasi menunjukkan tambahan cadangan terbukti, setidaknya sebanyak 600 juta MT untuk semua IUP.
Selain fokus meningkatkan produksi batu bara, Perseroan aktif menambah kontrak penjualan, mencari peluang akuisisi tambang baru, memperhitungkan prospek energi terbarukan, serta memastikan efisiensi dalam setiap aktivitas bisnis untuk pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan. IATA secara konsisten berkontribusi bagi kehidupan sosial kemasyarakatan dan lingkungan, termasuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
tumbuh 20,2% year on year (yoy) dari USD 83,6 juta pada H1-2022.
Berdasarkan laporan perusahaan beban langsung Perseroan menyentuh USD 41,1 juta pada H1-2023, dipicu oleh biaya pengapalan yang melonjak sebesar 15,6% yoy serta harga bahan bakar solar yang naik hingga 24,9% bila dibandingkan per akhir Juni 2022 dan 2023.
Peningkatan beban ini seiring dengan peningkatan produksi batu bara Perseroan. Ditambah lagi, biaya royalti kepada pemerintah melambung dari 3% menjadi 8% pada akhir semester pertama tahun ini. Sejumlah hal di atas berdampak pada penyusutan laba bersih sebesar 15,4% yoy menjadi USD22,3 juta.
Perseroan mencatatkan EBITDA sebesar USD28,6 juta pada H1-2023, setara dengan marjin EBITDA 28,4%. Total aset IATA mengalami pertumbuhan 20,9% menjadi USD 218,0 juta pada semester pertama
tahun ini, dibanding USD 180,3 juta pada akhir tahun 2022.
Total liabilitas dan ekuitas Perseroan juga tercatat naik masing-masing sebesar 11,3% dan 34,3% dari FY-2022, menjadi USD 116,8 juta
dan USD 101,2 juta pada H1-2023. Sepanjang semester pertama tahun 2023, IATA telah memproduksi 2,1 juta MT batu bara, meningkat 14,2% yoy atau bertambah 264,4 ribu MT dibandingkan produksi pada H1-2022.
Sedangkan dari sisi penjualan, IATA berhasil memasarkan 2,3 juta MT batu bara pada H1-2023, lebih tinggi 29,2% dari pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Perseroan akan memulai produksi dari IUP yang dimiliki oleh PT Arthaco Prima Energy (APE) pada Q4-2023.
Sejumlah persiapan sedang dilakukan oleh Perseroan untuk memulai pengoperasian tambang APE seperti penandatanganan perjanjian kerja sama dengan pemilik Hak Guna Usaha di tambang APE, pembebasan lahan, serta pembuatan jalan hauling dan pelabuhan.
Ditambah lagi, IATA sedang mempercepat pembangunan Barge Loading Conveyor di jetty IUP milik PT Putra Muba Coal yang ditargetkan selesai pada Agustus 2023. Investasi Perseroan dalam bentuk conveyor dengan kapasitas 1.000 MT/jam ini akan semakin meningkatkan efisiensi waktu loading ke tongkang.
Selain fokus meningkatkan produksi batu bara, Perseroan aktif menambah kontrak penjualan, mencari peluang akuisisi tambang baru, memperhitungkan prospek energi terbarukan, serta memastikan efisiensi dalam setiap aktivitas bisnis untuk pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan. IATA secara konsisten berkontribusi bagi kehidupan sosial kemasyarakatan dan lingkungan, termasuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
IATA mengelola 8 IUP-Operasi Produksi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dan secara agresif meningkatkan hasil produksi untuk menjawab permintaan batu bara yang tinggi. Berdasarkan laporan Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI), saat ini IATA memiliki cadangan batu bara sebanyak 386,6 juta MT. Total tersebut diperoleh dari hanya sekitar 20% luas area penambangan Perseroan sebesar 72.478 Ha.
Di samping itu, kegiatan eksplorasi masih giat dilakukan secara bertahap pada sisa area penambangan seluas 57.793 Ha. IATA meyakini cadangan batu bara akan terus bertambah seiring dengan proses eksplorasi menunjukkan tambahan cadangan terbukti, setidaknya sebanyak 600 juta MT untuk semua IUP.
Selain fokus meningkatkan produksi batu bara, Perseroan aktif menambah kontrak penjualan, mencari peluang akuisisi tambang baru, memperhitungkan prospek energi terbarukan, serta memastikan efisiensi dalam setiap aktivitas bisnis untuk pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan. IATA secara konsisten berkontribusi bagi kehidupan sosial kemasyarakatan dan lingkungan, termasuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
(nng)