BTPN Syariah Semakin Matang Setelah Jadi BUKU III
loading...
A
A
A
JAKARTA - BTPN Syariah sukses menjaga kinerja positifnya sejak diresmikan menjadi Bank BUKU III, per 7 Juli 2020 lalu. Fokus perseroan di tengah Pandemi ini sekuat tenaga menjaga kualitas pembiayaan yang disalurkan.
Hingga akhir Juni 2020, perseroan masih mencatatkan kenaikan pembiayaan menjadi Rp8,74 triliun. Ini berarti masih tumbuh positif 2%, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,54 triliun. Total aset perseroan tumbuh 10% menjadi Rp15,27 Triliun dari Rp 13,94 Triliun. Adapun untuk laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp407 miliar.
Sementara rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) tetap terjaga sebesar 1,8%. Untuk kekuatan permodalan dalam rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3%.
Kinerja dalam intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) masih mencapai 92%. Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190% dan 244%. Dana Pihak Ketiga tumbuh 7% menjadi Rp9,46 triliun dari Rp8,88 triliun.
Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan dalam situasi pandemi seperti ini banyak tantangan dengan pembatasan pertemuan fisik. Namun perseroan tetap membangun komunikasi melalui telepon atau pesan singkat.
Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pandemi ini berdampak terhadap usaha yang mereka lakukan, kemudian saling menyemangati, membangun optimisme, dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan mereka.
(Baca Juga: Pembiayaan BTPN Syariah Tumbuh 22,1% di Kuartal I 2020)
"Intinya, dalam situasi sulit ini, kami harus lebih dekat dengan nasabah kami. Dengan komunikasi tersebut terkadang muncul ide baru yang bisa digunakan nasabah untuk keluar dari keterbatasan karena pandemi," ujar Fachmy di Jakarta, Rabu (29/7/2020).
Dia bercerita upaya perseroan dengan mencoba mengubah fokus produksi nasabah. Salah satu contoh nasabah adalah Ibu Ai Rodiah di Cikajang Garut Jawa Barat, yang semula memproduksi seragam sekolah beralih ke produksi APD yang dibutuhkan tenaga medis. Tak jarang, dengan adanya ide ide baru tersebut nasabah kemudian membutuhkan penambahan pembiayaan.
"Jadi berbagai cara kami lakukan agar semangat mereka untuk berusaha terus menyala, inilah hal terpenting dalam melayani mereka saat ini, membuat semangat BDKS (Berani Berusaha, Disipilin, Kerja Keras dan Saling Bantu) yang dibangun selama ini tetap mereka jalankan," ujarnya.
Bagi nasabah yang masih dapat dikunjungi, petugas akan menjalankan protokoler kesehatan yang ketat, seperti selalu membawa thermo gun, dan menyebarluaskan informasi tentang pencegahan Covid melalui berbagai tips kesehatan.
Memahami kebutuhan nasabah prasejahtera ditengah pandemi adalah hal penting yang dapat dilakukan oleh seluruh #bankirpemberdaya, sebutan untuk karyawan BTPN Syariah. Selain tetap memberikan dukungan nonfinansial melalui komunikasi, bank juga tetap memberikan kemudahan bagi nasabah yang terdampak. Mulai dari restrukturisasi, penundaan angsuran, hingga memberikan pembiayaan baru.
"BTPN Syariah memberikan dukungan penuh sesuai kebutuhan nasabah pembiayaan, namun tetap mengedepankan prinsip kehati hatian. Dalam masa menantang seperti ini, bank tentunya selektif mengucurkan pembiayaan baru kepada nasabah baru, agar terhindar dari risiko bermasalah. Kami mempelajari bahwa di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh pembiayaan baru," lanjut Fachmy.
Fachmy juga menjelaskan, dari semua cerita baik ini tidak dapat dipungkiri, seperti informasi yang pernah disampaikan pemerintah bahwa segmen UMKM terdampak karena pandemi ini, dan BTPN Syariah sebagai bank yang fokus melayani ultra mikro tentunya juga merasakan dampaknya, serta mempengaruhi kinerja bank.
Karena fokus melayani prasejahtera yang merupakan nasabah ultra mikro, tentunya secara alamiah pandemi ini memberi dampak terhadap kinerja perusahaan. "Namun kami telah melakukan antisipasi dengan baik, seperti meningkatkan setinggi tingginya pencadangan, dengan demikian Insyaallah kami akan menyerap semua risiko yang mungkin timbul di masa mendatang sebagai akibat perlambatan pertumbuhan bisnis karena pandemi. Ini dilakukan sebagai bagian tanggung jawab kami kepada semua stakeholders," ujarnya.
Hingga akhir Juni 2020, perseroan masih mencatatkan kenaikan pembiayaan menjadi Rp8,74 triliun. Ini berarti masih tumbuh positif 2%, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,54 triliun. Total aset perseroan tumbuh 10% menjadi Rp15,27 Triliun dari Rp 13,94 Triliun. Adapun untuk laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp407 miliar.
Sementara rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) tetap terjaga sebesar 1,8%. Untuk kekuatan permodalan dalam rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3%.
Kinerja dalam intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) masih mencapai 92%. Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190% dan 244%. Dana Pihak Ketiga tumbuh 7% menjadi Rp9,46 triliun dari Rp8,88 triliun.
Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan dalam situasi pandemi seperti ini banyak tantangan dengan pembatasan pertemuan fisik. Namun perseroan tetap membangun komunikasi melalui telepon atau pesan singkat.
Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pandemi ini berdampak terhadap usaha yang mereka lakukan, kemudian saling menyemangati, membangun optimisme, dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan mereka.
(Baca Juga: Pembiayaan BTPN Syariah Tumbuh 22,1% di Kuartal I 2020)
"Intinya, dalam situasi sulit ini, kami harus lebih dekat dengan nasabah kami. Dengan komunikasi tersebut terkadang muncul ide baru yang bisa digunakan nasabah untuk keluar dari keterbatasan karena pandemi," ujar Fachmy di Jakarta, Rabu (29/7/2020).
Dia bercerita upaya perseroan dengan mencoba mengubah fokus produksi nasabah. Salah satu contoh nasabah adalah Ibu Ai Rodiah di Cikajang Garut Jawa Barat, yang semula memproduksi seragam sekolah beralih ke produksi APD yang dibutuhkan tenaga medis. Tak jarang, dengan adanya ide ide baru tersebut nasabah kemudian membutuhkan penambahan pembiayaan.
"Jadi berbagai cara kami lakukan agar semangat mereka untuk berusaha terus menyala, inilah hal terpenting dalam melayani mereka saat ini, membuat semangat BDKS (Berani Berusaha, Disipilin, Kerja Keras dan Saling Bantu) yang dibangun selama ini tetap mereka jalankan," ujarnya.
Bagi nasabah yang masih dapat dikunjungi, petugas akan menjalankan protokoler kesehatan yang ketat, seperti selalu membawa thermo gun, dan menyebarluaskan informasi tentang pencegahan Covid melalui berbagai tips kesehatan.
Memahami kebutuhan nasabah prasejahtera ditengah pandemi adalah hal penting yang dapat dilakukan oleh seluruh #bankirpemberdaya, sebutan untuk karyawan BTPN Syariah. Selain tetap memberikan dukungan nonfinansial melalui komunikasi, bank juga tetap memberikan kemudahan bagi nasabah yang terdampak. Mulai dari restrukturisasi, penundaan angsuran, hingga memberikan pembiayaan baru.
"BTPN Syariah memberikan dukungan penuh sesuai kebutuhan nasabah pembiayaan, namun tetap mengedepankan prinsip kehati hatian. Dalam masa menantang seperti ini, bank tentunya selektif mengucurkan pembiayaan baru kepada nasabah baru, agar terhindar dari risiko bermasalah. Kami mempelajari bahwa di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh pembiayaan baru," lanjut Fachmy.
Fachmy juga menjelaskan, dari semua cerita baik ini tidak dapat dipungkiri, seperti informasi yang pernah disampaikan pemerintah bahwa segmen UMKM terdampak karena pandemi ini, dan BTPN Syariah sebagai bank yang fokus melayani ultra mikro tentunya juga merasakan dampaknya, serta mempengaruhi kinerja bank.
Karena fokus melayani prasejahtera yang merupakan nasabah ultra mikro, tentunya secara alamiah pandemi ini memberi dampak terhadap kinerja perusahaan. "Namun kami telah melakukan antisipasi dengan baik, seperti meningkatkan setinggi tingginya pencadangan, dengan demikian Insyaallah kami akan menyerap semua risiko yang mungkin timbul di masa mendatang sebagai akibat perlambatan pertumbuhan bisnis karena pandemi. Ini dilakukan sebagai bagian tanggung jawab kami kepada semua stakeholders," ujarnya.
(fai)