Miliarder Raksasa Teknologi Rusia Kecam Perang Barbar Putin di Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Arkady Volozh, yang merupakan salah satu pendiri perusahaan raksasa teknologi Rusia Yandex, menggambarkan invasi skala penuh Moskow ke Ukraina sebagai 'perang barbar'. Dalam sebuah pernyataan, miliarder asal Rusiamengatakan, banyaknya rumah-rumah orang Ukraina yang dibom setiap hari sebagai pemandangan yang mengerikan.
Miliarder yang saat ini tinggal di Israel itu, sebelumnya menghadapi kritik karena tidak berbicara secara terbuka terkait perang Rusia Ukraina . Dia meninggalkan Yandex tahun lalu, usai perusahaan dituduh menyembunyikan informasi tentang perang dari publik Rusia.
Yandex yang sering dijuluki Google Rusia adalah, mesin pencari internet terbesar dalam bahasa Rusia.
"Invasi Rusia ke Ukraina adalah barbar, dan saya dengan tegas menentangnya," kata Volozh (usia 59 tahun).
"Meskipun saya pindah ke Israel pada tahun 2014, saya harus mengambil bagian tanggung jawab atas tindakan negara Rusia. Ada alasan untuk tetap diam selama proses panjang ini. Meskipun akan ada pertanyaan kenapa saya baru berbicara saat ini, seharusnya tidak ada pertanyaan tentang esensinya. Saya menentang perang," tegasnya.
Volozh - yang menggambarkan dirinya di situs web pribadi "sebagai pengusaha teknologi, ilmuwan komputer, investor, dan philanthropist Israel kelahiran Kazakhstan" - berhenti sebagai CEO Yandex pada Juni 2022. Keputusan itu terjadi tidak lama setelah dia secara pribadi dikenai sanksi oleh Uni Eropa.
Pada saat itu blok Eropa mengatakan, Volozh "bertanggung jawab untuk mendukung tindakan atau kebijakan yang merusak atau mengancam integritas teritorial, kedaulatan dan kemerdekaan Ukraina".
"Yandex juga bertanggung jawab untuk mempromosikan media dan narasi pemerintah (Rusia) dalam hasil pencariannya, dan menurunkan peringkat dan menghapus konten yang kritis terhadap Kremlin, seperti konten yang terkait dengan perang agresi Rusia terhadap Ukraina," kata Uni Eropa.
Volozh adalah salah satu dari sedikit pengusaha top Rusia yang secara terbuka mengutuk keputusan Presiden Vladimir Putin untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
November lalu, Oleg Tinkov, seorang bankir yang juga miliarder, melepaskan kewarganegaraan Rusia-nya karena perang dan mengutuk "fasisme Putin".
Lihat Juga: Diplomasi Ekonomi ke Eropa dan AS, Ketum Kadin: Indonesia Terbuka dengan Investasi Asing
Miliarder yang saat ini tinggal di Israel itu, sebelumnya menghadapi kritik karena tidak berbicara secara terbuka terkait perang Rusia Ukraina . Dia meninggalkan Yandex tahun lalu, usai perusahaan dituduh menyembunyikan informasi tentang perang dari publik Rusia.
Yandex yang sering dijuluki Google Rusia adalah, mesin pencari internet terbesar dalam bahasa Rusia.
"Invasi Rusia ke Ukraina adalah barbar, dan saya dengan tegas menentangnya," kata Volozh (usia 59 tahun).
"Meskipun saya pindah ke Israel pada tahun 2014, saya harus mengambil bagian tanggung jawab atas tindakan negara Rusia. Ada alasan untuk tetap diam selama proses panjang ini. Meskipun akan ada pertanyaan kenapa saya baru berbicara saat ini, seharusnya tidak ada pertanyaan tentang esensinya. Saya menentang perang," tegasnya.
Volozh - yang menggambarkan dirinya di situs web pribadi "sebagai pengusaha teknologi, ilmuwan komputer, investor, dan philanthropist Israel kelahiran Kazakhstan" - berhenti sebagai CEO Yandex pada Juni 2022. Keputusan itu terjadi tidak lama setelah dia secara pribadi dikenai sanksi oleh Uni Eropa.
Pada saat itu blok Eropa mengatakan, Volozh "bertanggung jawab untuk mendukung tindakan atau kebijakan yang merusak atau mengancam integritas teritorial, kedaulatan dan kemerdekaan Ukraina".
"Yandex juga bertanggung jawab untuk mempromosikan media dan narasi pemerintah (Rusia) dalam hasil pencariannya, dan menurunkan peringkat dan menghapus konten yang kritis terhadap Kremlin, seperti konten yang terkait dengan perang agresi Rusia terhadap Ukraina," kata Uni Eropa.
Volozh adalah salah satu dari sedikit pengusaha top Rusia yang secara terbuka mengutuk keputusan Presiden Vladimir Putin untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
November lalu, Oleg Tinkov, seorang bankir yang juga miliarder, melepaskan kewarganegaraan Rusia-nya karena perang dan mengutuk "fasisme Putin".
Lihat Juga: Diplomasi Ekonomi ke Eropa dan AS, Ketum Kadin: Indonesia Terbuka dengan Investasi Asing
(akr)