Antisipasi Lonjakan Konsumsi, Pengembangan Lapangan Migas Harus Dipercepat

Kamis, 24 Agustus 2023 - 07:39 WIB
loading...
Antisipasi Lonjakan Konsumsi,  Pengembangan Lapangan Migas Harus Dipercepat
Tanpa dibarengi penemuan cadangan baru dan pengembangan lapangan, lonjakan produksi gas nasional dikhawatirkan hanya terjadi sesaat sebelum kemudian turun menjelang 2040. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Indonesia harus mempercepat pengembangan lapangan minyak dan gas bumi (migas) untuk memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat. Dalam catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), gas alam mendominasi hasil kegiatan eksplorasi di Indonesia dalam satu dekade terakhir.

Lebih dari 50% sumur eksplorasi yang dibor menemukan cadangan gas baru, bahkan di tahun 2022 success ratio mencapai 81% dan hingga semester 1 2023 success ratio mencapai 100%. Sementara 70% dari total Plan of Development (PoD) yang diajukan merupakan pengembangan lapangan gas.

Baca Juga: Produksi Migas Pertamina Hulu Energi Naik 8% di Semester I-2023

“Mengacu pada BP Outlook 2021, Reserves to Production gas Indonesia dua kali lebih besar dibanding minyak bumi. Potensi gas harus segera diproduksikan sehingga kekhawatiran potensi menjadi net importir gas di 2042 tidak terjadi, dan produksi gas terus meningkat memenuhi kebutuhan domestik hingga mampu mendukung pencapaian target net emission zero di 2060,” kata Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf dalam keterangan tertulisnya Rabu (23/8/2023).

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bekerjasama dengan stakeholder terkait melakukan langkah-langkah yang dapat mempercepat realisasi kegiatan di lapangan. Selain mengusahakan percepatan proses, juga diusahakan adanya peraturan yang dapat meningkatnya daya saing industri hulu migas dan dukungan insentif agar kegiatan investasi hulu migas di Indonesia semakin menarik.



Berdasarkan hasil riset dan analisis Rystad Energy, produksi gas alam dari lapangan-lapangan yang ada, diperkirakan hanya berkontribusi sebesar 35% dari total produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam 20 tahun ke depan. Sedangkan 65% berasal dari produksi lapangan-lapangan gas baru. “Data ini menunjukkan peran penting kegiatan eksplorasi secara masif dan pengembangan lapangan migas baru untuk menunda beban impor,” kata Country Head Indonesia Rystad Energy, Sofwan Hadi.

Beberapa lapangan gas baru sedang dalam proses pengembangan, antara lain Lapangan Andaman di lepas pantai Aceh, Lapangan Mako di kawasan Natuna, IDD Fase 2 (Gendalo dan Gendang) di Kalimantan Timur, Asap Kido Merah di Papua dan Lapangan Abadi, Masela di Maluku. Produksi gas dari lapangan-lapangan yang baru dikembangkan tersebut diproyeksikan akan memberikan kontribusi sekitar 60% bagi produksi gas nasional di 2030, dan naik menjadi 80% di 2035.

Namun tanpa dibarengi penemuan cadangan baru dan pengembangan lapangan, lonjakan produksi gas nasional dikhawatirkan hanya terjadi sesaat, sebelum kemudian mengalami penurunan menjelang 2040. Padahal, volume konsumsi gas diperkirakan naik 298 persen pada tahun 2050 seiring target Indonesia untuk menjadi salah satu negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia. Terlebih dalam era transisi energi menuju net zero emission di 2060, peranan gas akan semakin kuat, oleh karena itu pengembangan lapangan gas harus segera di lakukan.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1152 seconds (0.1#10.140)