Harga Minyak Dunia Merangkak Naik ke Level USD56,07/Barel

Selasa, 11 April 2017 - 09:19 WIB
Harga Minyak Dunia Merangkak Naik ke Level USD56,07/Barel
Harga Minyak Dunia Merangkak Naik ke Level USD56,07/Barel
A A A
TEXAS - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini meningkat secara beruntun, untuk menyentuh level tertinggi dalam lima pekan. Hal ini didukung oleh ketegangan geopolitik setelah serangan rudal AS ke Suriah serta saat ladang minyak terbesar Libya terhenti.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (11/4/2017) harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) bertambah 10 sen atau setara dengan 0,2% menjadi USD53,18 per barel pada pukul 00.09 GMT. Tren kanikan minyak AS dalam enam sesi beruntun menjadi yang terpanjang tahun ini.

Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan internasional, memperoleh kenaikan 9 sen atau 0,2% di level USD56,07 per barel. Pada akhir pekan kemarin, sumber minyak Libya mengatakan pipa ladang minyak Libya's Sharara yang menghubungkan ke terminal minyak telah ditutup.

Sebelumnya ladang minyak tersebut baru saja kembali berproduksi, setelah penghentian sepekan berakhir pada awal April. Penghentian tersebut membuat rally, ditambah serangan rudal Amerika Serikat ke pangkalan udara pemerintah Suriah untuk sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap pasar minyak.

Meski Suriah merupakan penghasil kecil minyak, tapi Timur Tengah adalah rumah bagi lebih dari seperempat produksi minyak dunia. Harga minyak mentah dunia mulai merangkak naik, meskipun produksi AS terus meningkat.

Catatan Bank ANZ mengatakan ketatnya pergerakan harga minyak, saat investor mulai melupakan meningkatnya pasokan AS untuk memikirkan ke depan di saat musim panas. Persediaan minyak AS sendiri menyentuh rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, menurut data pemerintah US.

Harga minyak juga telah mendapatkan dukungan dari kesepakatan Organisasi Negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) untuk mengurangi produksi mencapai sebesar 1,8 juta barel per hari selama enam bulan pertama di 2017 dalam upaya menghentikan kelebihan pasokan. Bahkan baik OPEC maupun negara-negara non-OPEC berencana untuk melanjutkan pemotongan produksi.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0596 seconds (0.1#10.140)