Trump Cari Bukti Kecurangan Perdagangan, RI Tak Perlu Cemas
A
A
A
JAKARTA - Perintah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mencari akar masalah negara-negara mana saja yang menyebabkan defisit neraca perdagangan AS mencapai USD 50 miliar. Negara-negara ini disebutnya sebagai negara yang curang terhadap perdagangan AS dan dalam daftar tersebut salah satunya adalah Indonesia.
Meski begitu menurut Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, hal ini tidak perlu dikhawatirkan Indonesia. Pasalnya ekspor Indonesia ke Negeri Peman Sam -julukan AS- relatif stabil dan tidak terlalu besar.
(Baca Juga: Trump Sebut Indonesia Curang dalam Perdagangan, Ini Penjelasan Kedubes AS
Menurutnya, dengan Indonesia berada pada urutan ke 15 sebagai negara yang dicurigai telah bermain curang dalam perdagangan ekspor impor ke AS, kecil kemungkinannya Trump akan memeriksa Indonesia. Sebelumnya pejabat Tinggi AS mengatakan bahwa Donald Trump akan mengeluarkan dua perintah eksekutif untuk mencari akar masalah penyebab defisit neraca perdagangan AS.
"Kalau itu, memang Indonesia ada surplus dengan Amerika. Kalau enggak salah sekitar USD8 juta. Itu konsisten, terutama memang yang kita ekspor kesana barang-barang tradisional seperti teksil dan sepatu. Tapi sebenarnya kalau dari sisi size, saya tidak terlalu khawatir. Karena kita urutan 15," kata dia kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (15/4/2017).
(Baca Juga: Trump Anggap Indonesia Curang dalam Perdagangan, BI Angkat Bicara
Lebih lanjut dia menambahkan menambahkan, seharusnya yang lebih menjadi target AS yakni China, Jepang, Korea dan Jerman. Karena 4 negara tersebut surplusnya terhadap AS memang besar. "Empat negara itu sebetulnya kalau menurut saya yang harus menjadi fokus Amerika Serikat," imbuhnya.
Dia juga menegaskan selama ini Indonesia selalu mengikuti aturan dagang yang fair dan tidak pernah memanipulasi data perdagangan hingga akhirnya bisa surplus besar, sehingga tidak perlu cemas. "Selama ini kita enggak ada tuduhan bermain dalam perdagangan juga. Jadi saya pikir kita hanya ada dalam list, tapi implementasinya seperti nya akan hanya ke 4 negara itu tadi," pungkasnya.
Sebagai informasi sebelumnya Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan, salah satu perintah Trump berupa analisa negara per negara dan produk per produk yang menjadi penyebab defisit perdagangan AS. Hasilnya akan dilaporkan pada Trump dalam 90 hari.
Selanjutnya mereka akan melihat bukti kecurangan, perilaku tak pantas, kesepakatan dagang yang tidak sesuai dengan janji, kurangnya penegakan hukum, persoalan mata uang dan kendala dengan Organisasi Perdagangan Dunia. Ada beberapa negara di antaranya China, ada belasan negara lain dinilai menjadi penyebab defisit perdagangan AS.
Negara tersebut ialah Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Meski begitu ditegaskan, Amerika Serikat tidak akan lantas melakukan aksi balasan.
Meski begitu menurut Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, hal ini tidak perlu dikhawatirkan Indonesia. Pasalnya ekspor Indonesia ke Negeri Peman Sam -julukan AS- relatif stabil dan tidak terlalu besar.
(Baca Juga: Trump Sebut Indonesia Curang dalam Perdagangan, Ini Penjelasan Kedubes AS
Menurutnya, dengan Indonesia berada pada urutan ke 15 sebagai negara yang dicurigai telah bermain curang dalam perdagangan ekspor impor ke AS, kecil kemungkinannya Trump akan memeriksa Indonesia. Sebelumnya pejabat Tinggi AS mengatakan bahwa Donald Trump akan mengeluarkan dua perintah eksekutif untuk mencari akar masalah penyebab defisit neraca perdagangan AS.
"Kalau itu, memang Indonesia ada surplus dengan Amerika. Kalau enggak salah sekitar USD8 juta. Itu konsisten, terutama memang yang kita ekspor kesana barang-barang tradisional seperti teksil dan sepatu. Tapi sebenarnya kalau dari sisi size, saya tidak terlalu khawatir. Karena kita urutan 15," kata dia kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (15/4/2017).
(Baca Juga: Trump Anggap Indonesia Curang dalam Perdagangan, BI Angkat Bicara
Lebih lanjut dia menambahkan menambahkan, seharusnya yang lebih menjadi target AS yakni China, Jepang, Korea dan Jerman. Karena 4 negara tersebut surplusnya terhadap AS memang besar. "Empat negara itu sebetulnya kalau menurut saya yang harus menjadi fokus Amerika Serikat," imbuhnya.
Dia juga menegaskan selama ini Indonesia selalu mengikuti aturan dagang yang fair dan tidak pernah memanipulasi data perdagangan hingga akhirnya bisa surplus besar, sehingga tidak perlu cemas. "Selama ini kita enggak ada tuduhan bermain dalam perdagangan juga. Jadi saya pikir kita hanya ada dalam list, tapi implementasinya seperti nya akan hanya ke 4 negara itu tadi," pungkasnya.
Sebagai informasi sebelumnya Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan, salah satu perintah Trump berupa analisa negara per negara dan produk per produk yang menjadi penyebab defisit perdagangan AS. Hasilnya akan dilaporkan pada Trump dalam 90 hari.
Selanjutnya mereka akan melihat bukti kecurangan, perilaku tak pantas, kesepakatan dagang yang tidak sesuai dengan janji, kurangnya penegakan hukum, persoalan mata uang dan kendala dengan Organisasi Perdagangan Dunia. Ada beberapa negara di antaranya China, ada belasan negara lain dinilai menjadi penyebab defisit perdagangan AS.
Negara tersebut ialah Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Meski begitu ditegaskan, Amerika Serikat tidak akan lantas melakukan aksi balasan.
(akr)