Keras, Trump Sebut Tak Tertarik Lagi Bicarakan Perdagangan dengan China
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (14/7) menutup pintu pada negosiasi perdagangan "Fase 2" dengan China. Trump mengatakan ia tidak ingin berbicara dengan Beijing tentang perdagangan karena pandemi virus corona (Covid-19).
"Saya tidak tertarik saat ini untuk berbicara dengan China," jawab Trump ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan CBS News apakah pembicaraan perdagangan Fase 2 sudah mati, yang dikutip Reuters, Rabu (15/7/2020).
"Kami membuat kesepakatan perdagangan yang hebat," kata Trump, dari perjanjian Fase 1 yang ditandatangani pada Januari. "Tapi begitu kesepakatan selesai, tinta itu bahkan tidak kering, dan mereka menghantam kita dengan wabah," katanya, merujuk pada virus corona, yang pertama kali muncul dari kota Wuhan di China.
(Baca Juga: Sri Mulyani: Perang Dagang AS-China Bisa Berdampak ke Pemulihan Ekonomi)
Selama berbulan-bulan, Trump menyalahkan China karena dianggap mengirim virus corona ke Amerika Serikat. Orang nomor satu di AS itu mengatakan bahwa China harus "dimintai pertanggungjawaban" karena gagal menahan penyakit itu. Pandemi Covid-19 telah memakan korban besar pada masyarakat dan ekonomi AS, serta membahayakan harapan Trump untuk terpilih kembali pada November mendatang.
Diketahui, sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase 1, China berjanji untuk meningkatkan pembelian pertanian AS dan barang-barang manufaktur, energi, dan jasa sebesar USD200 miliar selama dua tahun. Akan tetapi Trump mengatakan pandemi mengubah pandangannya tentang perjanjian tersebut.
Di Gedung Putih, Trump mengumumkan bahwa ia menandatangani undang-undang dan perintah eksekutif untuk meminta pertanggungjawaban China atas undang-undang keamanan nasional "opresif" yang diberlakukannya terhadap Hong Kong.
(Baca Juga: Trump Tandatangani UU Sanksi China Atas Intervensi di Hong Kong)
Langkah yang disetujui oleh Kongres, yang terbaru dari serangkaian langkah yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan terhadap Beijing, memberikan administrasi Trump wewenang untuk menghukum bank yang melakukan bisnis dengan pejabat China yang menerapkan undang-undang keamanan nasional baru Beijing di Hong Kong. Trump juga mengatakan dia tidak memiliki rencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
Sebelum pandemi dimulai, beberapa pengamat perdagangan di Washington mengharapkan negosiasi fase 2 akan menghasilkan sesuatu sebelum pemilihan 2020. Sementara Fase 1 berfokus terutama pada pembelian barang-barang AS di China, meningkatkan akses AS ke pasar jasa keuangan China dan beberapa masalah kekayaan intelektual, fase 2 dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang jauh lebih sulit terkait dengan kebijakan transfer teknologi China, spionase industri, dan subsidi pemerintah kepada negara.
"Saya tidak tertarik saat ini untuk berbicara dengan China," jawab Trump ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan CBS News apakah pembicaraan perdagangan Fase 2 sudah mati, yang dikutip Reuters, Rabu (15/7/2020).
"Kami membuat kesepakatan perdagangan yang hebat," kata Trump, dari perjanjian Fase 1 yang ditandatangani pada Januari. "Tapi begitu kesepakatan selesai, tinta itu bahkan tidak kering, dan mereka menghantam kita dengan wabah," katanya, merujuk pada virus corona, yang pertama kali muncul dari kota Wuhan di China.
(Baca Juga: Sri Mulyani: Perang Dagang AS-China Bisa Berdampak ke Pemulihan Ekonomi)
Selama berbulan-bulan, Trump menyalahkan China karena dianggap mengirim virus corona ke Amerika Serikat. Orang nomor satu di AS itu mengatakan bahwa China harus "dimintai pertanggungjawaban" karena gagal menahan penyakit itu. Pandemi Covid-19 telah memakan korban besar pada masyarakat dan ekonomi AS, serta membahayakan harapan Trump untuk terpilih kembali pada November mendatang.
Diketahui, sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase 1, China berjanji untuk meningkatkan pembelian pertanian AS dan barang-barang manufaktur, energi, dan jasa sebesar USD200 miliar selama dua tahun. Akan tetapi Trump mengatakan pandemi mengubah pandangannya tentang perjanjian tersebut.
Di Gedung Putih, Trump mengumumkan bahwa ia menandatangani undang-undang dan perintah eksekutif untuk meminta pertanggungjawaban China atas undang-undang keamanan nasional "opresif" yang diberlakukannya terhadap Hong Kong.
(Baca Juga: Trump Tandatangani UU Sanksi China Atas Intervensi di Hong Kong)
Langkah yang disetujui oleh Kongres, yang terbaru dari serangkaian langkah yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan terhadap Beijing, memberikan administrasi Trump wewenang untuk menghukum bank yang melakukan bisnis dengan pejabat China yang menerapkan undang-undang keamanan nasional baru Beijing di Hong Kong. Trump juga mengatakan dia tidak memiliki rencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
Sebelum pandemi dimulai, beberapa pengamat perdagangan di Washington mengharapkan negosiasi fase 2 akan menghasilkan sesuatu sebelum pemilihan 2020. Sementara Fase 1 berfokus terutama pada pembelian barang-barang AS di China, meningkatkan akses AS ke pasar jasa keuangan China dan beberapa masalah kekayaan intelektual, fase 2 dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang jauh lebih sulit terkait dengan kebijakan transfer teknologi China, spionase industri, dan subsidi pemerintah kepada negara.
(fai)