Ini yang Membuat Harga Karet di PALI Anjlok

Rabu, 03 Mei 2017 - 03:10 WIB
Ini yang Membuat Harga Karet di PALI Anjlok
Ini yang Membuat Harga Karet di PALI Anjlok
A A A
TALANG UBI - Kualitas hasil getah karet dari petani di beberapa daerah kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatra Selatan, sangat mengecewakan pengusaha karet. Seperti yang dikatakan Mohd Rabi Ahkmar, presiden direktur PT Felda Indo Rubber, satu-satu perusahaan perkebunan karet yang ada di Bumi Serepat Serasan.

Dirinya mengaku selama ini karet yang datang dari petani banyak yang kurang bagus kualitasnya. "Ada yang dimasukkan sagu, ada yang dimasukkan botol, ada juga yang dimasukkan kain, karung, air, dan lainnya. Menurut mereka, dengan begitu akan menambah berat dari karet tersebut. Padahal aktivitas seperti itu yang membuat harga karet di PALI serta di Indonesia terendah atau murah," ungkap Rabi saat dijumpai Koran SINDO, Selasa (2/5/2017).

Pria yang merupakan warga asli negeri Jiran itu terpaksa harus kejam terhadap petani karet yang nakal tersebut.

"Kami tegas, perusahaan sudah menegaskan tidak akan membeli karet yang sudah dicampur bahan-bahan seperti itu. Makanya, dalam penyortiran karet, kami sangat ketat. Bahkan tak jarang, saya turut melakukan sortir karet terhadap suplier yang menjual karet kepada kami," tambahnya.

Tercatat, dari 109 suplier karet yang aktif setiap bulan hanya 20 suplier. Dan dari 258 daerah hanya sekitar 40 daerah yang menjual ke PT Felda Indo Rubber.

"Karena memang, kalau karet yang banyak campuran seperti itu langsung kami kembalikan," tegasnya.

Secara rinci, Rabby juga menjelaskan bahwa karet yang dibelinya harus memiliki Kandungan Karet Kering (KKK) yang tinggi. "Makanya, kalau karet getah yang direndam kami tidak mau beli. Kalau kualitasnya bagus, harga beli perusahaan Felda juga akan tinggi," tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PALI, Torus Simbolon mengaku pihaknya telah melakukan sosialisasi yang berkesinambungan, namun belum juga membuahkan hasil.

"Pembinaan tetap continue namun prilaku yang seperti ini sangat sulit kita benahi, mengingat ini merupakan kebiasaan masyarakat. Dan pihak kami (dinas pertanian, red) terus membandingkan dengan masyarakat terkait mana hasil yang bagus dan yang buruk dan apa dampak dari semuanya," kata Torus saat bincang di depan kantor DPRD Kabupaten PALI, Selasa (2/5/2017).

Dia berharap masyarakat mau bermitra agar ada ikatan yang bertujuan baik untuk mereka sendiri. Sebab masyarakat masih menjual bebas karet yang dihasilkan, dan tidak ada standar khusus, yang membuat salah satu faktor terjadinya perilaku buruk untuk hasil karet.

"Kita juga mempunyai koperasi-koperasi yang bermitra pada masyarakat bebas, yang mempunyai standar khusus dan memiliki Kandungan Karet Kering (K3) yang sesuai dengan pasaran luar," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2754 seconds (0.1#10.140)