Rupiah Keok Lawan Dolar AS, Hari Ini Jatuh ke Rp15.381
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup melemah pada perdagangan, Rabu (20/9/2023). Kurs rupiah turun tipis 1 poin ke level Rp15.381 dari penutupan sebelumnya di Rp15.380 per USD.
Pelemahan rupiah juga terlihat pada data JISDOR BI, dimana untuk hari ini bertengger ke level Rp15.396/USD. Raihan tersebut jatuh semakin dalam dari sesi kemarin di posisi Rp15.381 per USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar telah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat akhir-akhir ini, dengan para pedagang menunggu berita dari Federal Reserve ketika para pejabat menyimpulkan pertemuan penetapan kebijakan terbaru di sesi ini.
"Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya. Namun dengan harga energi yang kembali naik dan data ekonomi yang cenderung menunjukkan perekonomian yang tangguh, Ketua Fed Jerome Powell kemungkinan akan tetap membuka opsi kenaikan suku bunga lagi sebelum akhir tahun," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (20/9/2023).
Inflasi Inggris secara tak terduga turun pada bulan Agustus, meningkatkan kemungkinan bahwa Bank of England akan menunda siklus kenaikan suku bunga yang berkepanjangan dalam waktu dekat. Angka utama CPI turun menjadi 6,7% pada bulan Agustus, dari 6,8% pada bulan Juli, bertentangan dengan ekspektasi kenaikan menjadi 7,0%, didorong oleh penurunan harga hotel dan tarif penerbangan, dan kenaikan harga pangan kurang dari pada waktu yang sama tahun lalu. tahun.
BOE akan melakukan pertemuan pada hari Kamis, dan diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga, mengingat inflasi masih jauh di atas target jangka menengah sebesar 2%. Namun dengan melemahnya perekonomian Inggris, hal ini bisa menjadi yang terakhir dalam siklus pengetatan saat ini.
Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga lagi pada minggu lalu, karena inflasi masih berada di atas targetnya, namun juga mengisyaratkan bahwa kenaikan pada hari Kamis mungkin merupakan yang terakhir untuk saat ini. Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) mempertahankan suku bunga utama pinjamannya stabil pada rekor terendah.
PBOC juga menetapkan titik tengah harian yuan yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Rabu, karena mereka kesulitan menjaga keseimbangan antara mendorong pemulihan ekonomi dan mencegah pelemahan yuan lebih lanjut.
Dari sentimen internal, pasar terus memantau perkembangan perlambatan ekonomi global mulai berdampak terhadap Indonesia, terutama pada ekspor. Tercatat pada Agustus 2023 ekspor RI terkontraksi -21,21 persen secara tahunan (yoy) atau senilai USD22,00 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terutama didorong oleh penurunan ekspor semua sektor.
"Secara kumulatif, ekspor periode Januari – Agustus 2023 mencapai USD171,52 miliar. Penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara, akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia," kata Ibrahim.
Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, namun masih menunjukkan peningkatan secara volume. Permintaan ekspor produk unggulan Indonesia masih kuat, tercermin dari pertumbuhan volume ekspor non migas yang masih tumbuh 9,5 persen pada periode Januari – Agustus 2023.
Sementara itu, impor di bulan Agustus 2023 tercatat USD18,88 miliar, terkontraksi 14,77 persen yoy, terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal, sedangkan impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 15,47 persen yoy. Secara kumulatif impor periode Januari – Agustus 2023 tercatat USD147,18 miliar.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan bulan Agustus 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar USD3,12 miliar. Secara kumulatif dari Januari – Agustus 2023, surplus neraca perdagangan mencapai USD24,34 miliar. Dengan demikian, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 40 bulan berturut-turut.
Berdasarkan sentimen di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan besok masih diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.360 - Rp15.430/USD.
Pelemahan rupiah juga terlihat pada data JISDOR BI, dimana untuk hari ini bertengger ke level Rp15.396/USD. Raihan tersebut jatuh semakin dalam dari sesi kemarin di posisi Rp15.381 per USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar telah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat akhir-akhir ini, dengan para pedagang menunggu berita dari Federal Reserve ketika para pejabat menyimpulkan pertemuan penetapan kebijakan terbaru di sesi ini.
"Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya. Namun dengan harga energi yang kembali naik dan data ekonomi yang cenderung menunjukkan perekonomian yang tangguh, Ketua Fed Jerome Powell kemungkinan akan tetap membuka opsi kenaikan suku bunga lagi sebelum akhir tahun," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (20/9/2023).
Inflasi Inggris secara tak terduga turun pada bulan Agustus, meningkatkan kemungkinan bahwa Bank of England akan menunda siklus kenaikan suku bunga yang berkepanjangan dalam waktu dekat. Angka utama CPI turun menjadi 6,7% pada bulan Agustus, dari 6,8% pada bulan Juli, bertentangan dengan ekspektasi kenaikan menjadi 7,0%, didorong oleh penurunan harga hotel dan tarif penerbangan, dan kenaikan harga pangan kurang dari pada waktu yang sama tahun lalu. tahun.
BOE akan melakukan pertemuan pada hari Kamis, dan diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga, mengingat inflasi masih jauh di atas target jangka menengah sebesar 2%. Namun dengan melemahnya perekonomian Inggris, hal ini bisa menjadi yang terakhir dalam siklus pengetatan saat ini.
Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga lagi pada minggu lalu, karena inflasi masih berada di atas targetnya, namun juga mengisyaratkan bahwa kenaikan pada hari Kamis mungkin merupakan yang terakhir untuk saat ini. Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) mempertahankan suku bunga utama pinjamannya stabil pada rekor terendah.
PBOC juga menetapkan titik tengah harian yuan yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Rabu, karena mereka kesulitan menjaga keseimbangan antara mendorong pemulihan ekonomi dan mencegah pelemahan yuan lebih lanjut.
Dari sentimen internal, pasar terus memantau perkembangan perlambatan ekonomi global mulai berdampak terhadap Indonesia, terutama pada ekspor. Tercatat pada Agustus 2023 ekspor RI terkontraksi -21,21 persen secara tahunan (yoy) atau senilai USD22,00 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terutama didorong oleh penurunan ekspor semua sektor.
"Secara kumulatif, ekspor periode Januari – Agustus 2023 mencapai USD171,52 miliar. Penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara, akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia," kata Ibrahim.
Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, namun masih menunjukkan peningkatan secara volume. Permintaan ekspor produk unggulan Indonesia masih kuat, tercermin dari pertumbuhan volume ekspor non migas yang masih tumbuh 9,5 persen pada periode Januari – Agustus 2023.
Sementara itu, impor di bulan Agustus 2023 tercatat USD18,88 miliar, terkontraksi 14,77 persen yoy, terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal, sedangkan impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 15,47 persen yoy. Secara kumulatif impor periode Januari – Agustus 2023 tercatat USD147,18 miliar.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan bulan Agustus 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar USD3,12 miliar. Secara kumulatif dari Januari – Agustus 2023, surplus neraca perdagangan mencapai USD24,34 miliar. Dengan demikian, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 40 bulan berturut-turut.
Berdasarkan sentimen di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan besok masih diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.360 - Rp15.430/USD.
(akr)