Maybank Cetak Laba Bersih Rp809,7 Miliar di Semester Pertama 2020

Senin, 03 Agustus 2020 - 02:19 WIB
loading...
Maybank Cetak Laba Bersih Rp809,7 Miliar di Semester Pertama 2020
Maybank Indonesia mencatat kenaikan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar 7,0% menjadi Rp809,7 miliar pada semester pertama yang berakhir 30 Juni 2020 di tengah gejolak dan disrupsi pasar. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) mencatat kenaikan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar 7,0% menjadi Rp809,7 miliar pada semester pertama yang berakhir 30 Juni 2020 di tengah gejolak dan disrupsi pasar yang disebabkan pandemi Covid-19. Kinerja didukung oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dan pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan (sustained strategic cost management).

(Baca Juga: Maybank Membukukan Kenaikan Laba bersih 29,7% di Kuartal I )

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan perseroan mencatat kenaikan pendapatan fee based sebesar 1,4% menjadi Rp1,2 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana terdapat pendapatan fee non rutin sebesar Rp 101,0 miliar dari hasil penyelesaian arbitrase domestik.

"Bila pendapatan fee non rutin tersebut tidak diperhitungkan, maka Bank mencatat kenaikan fee 11,0% yang berasal dari fee Global Market, bancassurance dan Wealth Management, serta biaya transaksi e-channel," kata Taswin di Jakarta, Minggu.

Pendapatan dari fee Global Market naik tajam 116,1% menjadi Rp374,6 miliar pada Juni 2020, sementara pendapatan fee dari Bancassurance dan Wealth Management & investasi terus mencatat pertumbuhan dengan mencatat kenaikan 29,3% menjadi Rp122,6 miliar dari Rp94,8 miliar tahun 2019.

Profil pendanaan Bank terus menguat seperti tercermin dari peningkatan rasio CASA dari 33,1% pada Juni 2019 menjadi 40,0% pada Juni 2020, dimana tabungan meningkat sebesar 9,9%. Menurut dia, peningkatan CASA merupakan hasil penerapan strategi Bank untuk mengurangi pendanaan berbiaya tinggi melalui penyediaan layanan cash management berbasis perbankan digital dimana nasabah-nasabah korporasi mulai beralih menggunakan layanan platform perbankan digital, dan Bank juga fokus pada penyediaan solusi keuangan di situasi saat ini.

(Baca Juga: Bank Maybank Indonesia Bagikan Dividen Rp368 Miliar )

Sementara Rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR-Bank saja) berada pada tingkat yang sehat sebesar 94,2% sementara Rasio Cakupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank saja) berada pada posisi 152,4% per Juni 2020, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%.

Marjin bunga bersih (NIM) naik menjadi sebesar 5,0% per Juni 2020 atau lebih tinggi 18 basis poin dibandingkan dengan 4,8% pada Juni 2019 terutama didukung oleh penurunan biaya dana sebagai hasil dari kedisiplinan dalam penentuan harga (disciplined pricing) dan pengelolaan pendanaan yang lebih baik.

Biaya overhead terkelola dengan efektif yang tercermin dari penuruhan biaya overhead sebesar 4,6% menjadi Rp3,0 triliun per Juni 2020 melalui penerapan inisiatif pengelolaan biaya secara berkelanjutan di seluruh lini bisnis dan unit pendukung yang disertai dengan pengurangan biaya umum dan administrasi sehubungan adanya pengaturan bekerja dari rumah selama pandemi.

Dia melanjutkan, sejalan dengan kondisi pasar saat ini di mana industri menghadapi perlambatan dalam pertumbuhan kredit, total kredit Bank turun 14,6% menjadi Rp115,7 triliun. "Bank terus mempertahankan sikap konservatif dan menyelaraskan pertumbuhan portofolio dengan postur risiko yang makin diperketat mengingat situasi pandemi saat ini," ungkap dia.

Pada Juni 2020, meskipun kredit Perbankan Global turun 5,4% menjadi Rp35,8 triliun, kredit ini berhasil tumbuh sebesar 1,4% dibandingkan kuartal sebelumnya didukung oleh segmen Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sementara, Kredit Non-Ritel Community Financial Services (CFS) turun 22,3% menjadi Rp42,4 triliun karena Bank menerapkan strategi untuk membatasi risiko (de-risking) bagi Perbankan Bisnis untuk mengatur kembali portofolio yang tidak sesuai dengan tingkat risiko (risk appetite) Bank.

Pinjaman Ritel CFS turun 12,9% menjadi Rp37,5 triliun yang disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat di tengah masa yang menantang ini. Sementara tingkat non-performing loan (NPL) Bank sebesar 5,0% (gross) dan 2,9% (net) pada Juni 2020 dibandingkan dengan 3,1% (gross) dan 1,7% (net) pada Juni 2019.

"Hal ini disebabkan oleh menurunnya saldo kredit pada Juni 2020 dan penerapan standar akuntansi baru PSAK 71 atau IFRS 9 secara penuh efektif mulai Januari 2020, serta dampak situasi pandemi yang mempengaruhi beberapa nasabah," kata dia.

Bank terus menempuh langkah proaktif untuk membantu nasabah menghadapi tantangan dan fokus pada restrukturisasi kredit untuk menjaga kualitas aset. Posisi modal Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 22,1% pada Juni 2020 dibandingkan dengan 19,1% pada periode yang sama tahun lalu dan total modal Rp26,4 triliun pada Juni 2020 dibandingkan Rp26,2 triliun pada Juni 2019.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1472 seconds (0.1#10.140)