Banyak Negara Disebut Terjebak Utang China, Mitos atau Fakta?

Selasa, 26 September 2023 - 15:03 WIB
loading...
Banyak Negara Disebut...
Belt and Road Initiative telah memicu kritik dari beberapa negara Barat. FOTO/Reuters
A A A
JAKARTA - Sebagai pemberi pinjaman bilateral terbesar di dunia, China menghadapi tantangan dalam menghadapi masalah utang dari beberapa debiturnya di bawah Belt and Road Initiative . Apakah China dapat mendukung para debitur tersebut dan menghindari terjebak dalam utang yang tidak terbayar akan bergantung pada pilihan-pilihan kebijakannya.

Belt and Road Initiative telah memicu kritik dari beberapa negara Barat. Amerika Serikat (AS) tetap khawatir bahwa kebangkitan Tiongkok akan merusak nilai-nilai dan kepentingannya. Dugaan kurangnya transparansi dan syarat-syarat pinjaman yang mahal dari Belt and Road Initiative telah menjadi isu utama.

Narasi jebakan utang masih terus berlanjut meskipun penelitian terbaru menunjukkan bahwa ini adalah mitos yang tidak berdasar. Dikutip dari Asia Times, tidak ada pemenang dalam strategi jebakan utang, karena debitur, yang terjebak dengan utang yang tidak berkelanjutan, membuat krediturnya merugi.



Bangladesh berhutang 53% dari utang publik eksternal kepada kreditur multilateral dan hanya 7% kepada China. Sri Lanka berhutang 35% kepada pemegang obligasi internasional, sementara Laos berhutang 49% kepada China saja.

Memahami klaim debitur sangat penting untuk keberhasilan restrukturisasi utang ketika utang tersebut menjadi tidak berkelanjutan. Hal ini terjadi pada beberapa negara Asia, seperti Sri Lanka yang mengumumkan penangguhan pembayaran utang pada April 2022 dan Laos yang masih mengalami kesulitan membayar utang.

Sri Lanka menerima pinjaman USD1,5 miliar dari China untuk pembangunan Pelabuhan Internasional Hambantota. Dalam kesepakatan utang tersebut, salah satu syaratnya adalah pemberian izin perusahaan konstruksi komunikasi China untuk melakukan pembangunan proyek tersebut.

Seiring berjalannya waktu, terjadi permasalahan internal di Sri Lanka, seperti korupsi dan tekanan politik dari Partai Komunis China. Hal ini mengakibatkan Sri Lanka terpaksa merelakan 99 tahun konsesi pengelolaan pelabuhan serta kepemilikan saham dominan sebesar 70 persen jatuh ke tangan China karena Sri Lanka gagal membayar utang.

Satu dekade lalu, Presiden China Xi Jinping menginisiasi proyek Belt and Road Initiative atau inisiatif sabuk dan jalan yang digadang-gadang akan menjadi Jalur Sutra Baru abad XXI.

Ada tiga ambisi dari proyek tersebut, yakni membangun inisiatif Jalur Sutra Ekonomi, Jalur Sutra Darat, dan Jalur Sutra Maritim meliputi Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, Kepulauan Pasifik, Asia Selatan, serta Asia Tenggara. Melansir Asia Sentinel, negara-negara yang terjerat belitan utang seperti Uganda, Kenya, Sri Lanka, dan Pakistan.

The Belt On Road Initiative atau Klub Inisiatif Jalur Sutra berubah menjadi proyek penagihan utang bagi China. Puluhan negara menegosiasikan kembali pinjaman mereka kepada China.

Triliunan dolar menguap di jalur sutra karena banyak negara anggota yang tidak bisa membayar pinjaman. Bank-bank China menghadapi tekanan global untuk menegosiasikan ulang yang akhirnya merugikan dirinya sendiri.



Seperti yang ditunjukkan oleh data tahunan yang dikompilasi oleh Rhodium Group berbasis AS, tingkat penegosiasian ulang, atau bahkan penghapusan utang, telah meningkat secara signifikan. Antara 2017 dan 2019, China menegosiasikan ulang atau menghapuskan utang senilai USD17 miliar.

Selanjutnya, antara 2020 dan Maret 2023, China menegosiasikan ulang atau menghapuskan pinjaman senilai USD78,5 miliar yang seharusnya diinvestasikan dalam proyek-proyek utama seperti jalan, kereta api, pelabuhan, bandara, dan lainnya.

China juga secara signifikan memotong laju pendanaan proyek-proyek Belt and Road Initiative, terutama karena krisis Covid-19 telah berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global. Kebijakan negosiasi ulang atau penghapusan utang ini ditambah dengan kebijakan baru dengan memberikan pinjaman penyelamatan untuk membantu penerima Belt and Road Initiative menghindari kegagalan pembayaran utang.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Trump Tiba-tiba Bersikap...
Trump Tiba-tiba Bersikap Baik ke China, Iming-iming Turunkan Tarif Impor
10 Negara Penghasil...
10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?
Batasi Impor Baja Murah...
Batasi Impor Baja Murah dari China, India Kenakan Tarif 12%
China Lancarkan Serangan...
China Lancarkan Serangan ke AS, Swasta Jadi Korban Perang Tarif
Bos Raksasa Minuman...
Bos Raksasa Minuman Jepang: Tarif Trump Seret Dunia ke Jurang Resesi
China Tiba-tiba Ngamuk,...
China Tiba-tiba Ngamuk, Beri Peringatan Keras ke 3 Negara Asia Ini
Trump Bongkar 8 Kecurangan...
Trump Bongkar 8 Kecurangan China dalam Praktik Perdagangan Global
China Mengancam Negara-negara...
China Mengancam Negara-negara yang Negosiasi Tarif dengan Trump
AS dan China Masuk 3...
AS dan China Masuk 3 Besar Negara Tujuan Ekspor Indonesia, Ini Datanya
Rekomendasi
GAC Aion Meluncurkan...
GAC Aion Meluncurkan EARTH di Shanghai Auto Show 2025, Berteknologi AI Supercerdas
Terungkap! Sheikh Zayed...
Terungkap! Sheikh Zayed Pernah Ragukan AS Akan Lindungi Pemimpin Arab saat Krisis
LMA Suku Irarutu Kaimana...
LMA Suku Irarutu Kaimana Imbau Peserta Seleksi CPNS dan P3K Sabar Tunggu Pengumuman
Berita Terkini
Prudential Dukung Keberlanjutan...
Prudential Dukung Keberlanjutan Lingkungan di Kepulauan Seribu
6 jam yang lalu
Deretan Gedung Pendidikan...
Deretan Gedung Pendidikan Garapan Waskita, Lengkap dengan Nilai Proyeknya
6 jam yang lalu
Genjot Transformasi...
Genjot Transformasi Digital, Anak Usaha Raksasa Telekomunikasi Jerman Perluas Pasar di RI
7 jam yang lalu
LG Batal Bangun Pabrik...
LG Batal Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di RI, Menteri Rosan Ungkap Penggantinya
7 jam yang lalu
Deposito Emas Pegadaian...
Deposito Emas Pegadaian Capai 1 Ton, Direktur Utama Dorong Masyarakat untuk Investasi Aktif
8 jam yang lalu
Realisasi Investasi...
Realisasi Investasi Kuartal I/2025 Capai Rp465,2 Triliun, Rosan: Sesuai Target
8 jam yang lalu
Infografis
3 Fakta 146 Negara telah...
3 Fakta 146 Negara telah Mengakui Negara Palestina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved