Menteri Susi Akui Tak Bisa Hapus Sifat Tempramental

Senin, 10 Juli 2017 - 14:17 WIB
Menteri Susi Akui Tak Bisa Hapus Sifat Tempramental
Menteri Susi Akui Tak Bisa Hapus Sifat Tempramental
A A A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengakui sulit menghilangkan sifat tempramental dan tidak sabar dalam melaksanakan tugasnya sebagai menteri dan menghadapi seluruh bawahannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

(Baca Juga: Halal Bihalal, Menteri Susi Sindir Soal Reshuffle)

Meski demikian, namun Susi mampu unjuk gigi atas keberhasilannya menciptakan kedaulatan perikanan bagi masyarakat Indonesia. Dia mengakui, sifat tempramentalnya kerap membuat seluruh bawahannya tersebut jengkel dan kesal.

Sebab itu, dalam momen Halal Bihalal yang digelar KKP hari ini, Susi menyempatkan diri untuk mengucapkan permohonan maaf.

"Saya dengan segala ketidaksabaran dan tempramentalnya tentu kadang membuat bapak dan ibu yang bekerja bersama saya merasakan kejengkelan dan kekesalan karena diperintah atau dikomando. Saya yakin AL, Kepolisian juga pasti merasakan hal yang sama," kata dia di Gedung Mina Bahari III, KKP, Jakarta, Senin (10/7/2017).

Menurutnya, sifatnya tersebut sulit untuk diubah karena baginya yang terpenting adalah pekerjaan yang diamanahkan kepadanya dapat diselesaikan dengan baik. Termasuk, untuk menciptakan kemajuan dalam sektor perikanan di Tanah Air.

"Ya saya lahir sudah begini. Saya selalu ingin semua selesai kerja beres, baik supaya negara ini makin maju, dalam berkarya di swasta maupun di mana saja ya susah, kalau bapak dan ibu memohon kepada saya, tolong lah bu berubah yang santun yang sabar, enggak bisa. Sudah susah," tuturnya.

Namun demikian, kata mantan Bos Susi Air ini, sifat tempramentalnya justru mampu menghantarkan Indonesia meraih kedaulatan di sektor perikanan. Ketegasannya memerangi praktik penangkapan ikan secara ilegal (illegal, unreported, unregulated fishing/IUU fishing) juga membuktikan bahwa Indonesia bisa mengubah sesuatu dalam jangka waktu yang cepat.

"Dan itu dirasakan banyak nelayan. Lepas dari kontroversi akhir-akhir ini banyak yang seolah menjadikan semuanya salah dan tidak benar, tapi realita angka tidak bisa kita bantah," tuturnya.

Susi menyebutkan, nilai tukar nelayan naik hampir 5% hingga 7%, nilai tukar usaha perikanan (NTUP) juga naik hingga 20% menjadi di posisi 120. Selain itu, neraca perdagangan perikanan Indonesia untuk pertama kalinya bisa berada di posisi pertama di Asia Tenggara.

Saat ini, tambah dia, stok ikan mencapai 12,51 juta ton atau naik 100% dari 2013 yang hanya sekitar 6,5 juta ton. Konsumsi ikan dalam dua tahun terakhir naik dari 36 kilogram (kg) menjadi 41,6 kg per kapita.

"Angka ini tidak kami buat. Komisi Pengkajian Ikan Nasional yang terdiri dari seluruh pakar, membuat perhitungan dengan teknologi yang rumit dan presistance membuat angka ini muncul. Kenaikan tiga kg kali 250 juta berarti ada 1,75 juta ton ikan. Kalau Anda kalikan USD1 saja itu sudah USD1,75 miliar. Itu sebuah industri. Itu sebuah tata niaga, kegiatan ekonomi perikanan," tuturnya.

Dia menambahkan, impor perikanan turun hingga 70% sementara ekspornya naik meskipun sedikit. Sebab, konsumsi ikan dalam negeri meningkat sangat tinggi.

"Karena konsumsi dalam negeri meningkat luar biasa. Karena hasil tangkapan kita naik. Dan tangkapan yang ditangkap adalah hasil tangkapan kapal dalam negeri, bukan kapal asing. Jumlah tangkapan naik walaupun jumlah kapal di laut kita menurun, tapi tangkapan yang landing dan masuk di darat lebih tinggi daripada sebelumnya," tuturnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5422 seconds (0.1#10.140)