5 Alasan Penting Mengapa Pengangguran di Indonesia Harus Diturunkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengangguran , baik di negara maju maupun berkembang, merupakan masalah serius yang perlu segera diatasi. Jika tidak, hal ini akan berdampak pada berbagai bidang, mulai dari perekonomian, sosial, hingga individu itu sendiri.
Tuna Karya atau yang biasa kita dengar sebagai pengangguran adalah sebutan bagi seseorang yang telah berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja, yaitu berumur 15 sampai 64 tahun, tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, menunggu proyek berikutnya, sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mempunyai pekerjaan. mulai bekerja atau seseorang yang berusaha mencari pekerjaan yang layak.
Pengangguran di Indonesia
Di bawah pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi menciptakan banyak lapangan kerja baru di Indonesia, sehingga membantu mengurangi tingkat pengangguran nasional. Sektor-sektor utama yang mengalami peningkatan lapangan kerja (sebagai pangsa terhadap total lapangan kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa, sedangkan sektor pertanian mengalami penurunan.
Pada tahun 1980-an, sekitar 55% angkatan kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, namun belakangan jumlah tersebut menurun hingga di bawah 40%. Namun, krisis keuangan Asia (Krisis moneter) yang terjadi pada akhir tahun 1990an merugikan pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara waktu) dan menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia meningkat hingga lebih dari 20% persen dan jumlah pekerja yang terpaksa bekerja di bawah tingkat keterampilan mereka (underemployment) juga meningkat, sementara banyak orang yang menginginkan pekerjaan penuh waktu hanya dapat memperoleh pekerjaan paruh waktu.
Sementara itu, mayoritas angkatan kerja kehilangan pekerjaan di perkotaan karena krisis moneter yang terjadi pindah ke pedesaan dan berpartisipasi di sektor informal (khususnya pertanian). Meskipun Indonesia telah menikmati pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak tahun 2000an (telah pulih dari krisis), sektor informal baik di perkotaan maupun pedesaan masih memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia.
Meskipun angka pastinya sulit ditentukan, diperkirakan sekitar 55 hingga 65 persen pekerjaan di Indonesia bersifat informal. Saat ini, sekitar 80% pekerjaan informal terkonsentrasi di daerah pedesaan, khususnya di sektor konstruksi dan pertanian.
Bekerja di sektor informal mempunyai risiko tertentu karena pekerja di sektor informal sering kali memiliki pendapatan yang lebih rendah dan tidak stabil. Selain itu, mereka tidak memiliki akses terhadap perlindungan dan layanan dasar. Pada saat yang sama, aliran keuangan di sektor informal tidak dikenakan pajak dan kegiatan informal tidak dapat dimasukkan dalam penghitungan produk nasional bruto (GNP) atau produk domestik bruto (PDB). Jadi pada dasarnya, sektor informal berdampak buruk bagi pekerja dan buruk bagi perekonomian.
Alasan Mengapa Angka Pengangguran Harus Diturunkan Angkanya
Tuna Karya atau yang biasa kita dengar sebagai pengangguran adalah sebutan bagi seseorang yang telah berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja, yaitu berumur 15 sampai 64 tahun, tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, menunggu proyek berikutnya, sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mempunyai pekerjaan. mulai bekerja atau seseorang yang berusaha mencari pekerjaan yang layak.
Pengangguran di Indonesia
Di bawah pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi menciptakan banyak lapangan kerja baru di Indonesia, sehingga membantu mengurangi tingkat pengangguran nasional. Sektor-sektor utama yang mengalami peningkatan lapangan kerja (sebagai pangsa terhadap total lapangan kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa, sedangkan sektor pertanian mengalami penurunan.
Pada tahun 1980-an, sekitar 55% angkatan kerja Indonesia bekerja di bidang pertanian, namun belakangan jumlah tersebut menurun hingga di bawah 40%. Namun, krisis keuangan Asia (Krisis moneter) yang terjadi pada akhir tahun 1990an merugikan pembangunan ekonomi Indonesia (untuk sementara waktu) dan menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia meningkat hingga lebih dari 20% persen dan jumlah pekerja yang terpaksa bekerja di bawah tingkat keterampilan mereka (underemployment) juga meningkat, sementara banyak orang yang menginginkan pekerjaan penuh waktu hanya dapat memperoleh pekerjaan paruh waktu.
Sementara itu, mayoritas angkatan kerja kehilangan pekerjaan di perkotaan karena krisis moneter yang terjadi pindah ke pedesaan dan berpartisipasi di sektor informal (khususnya pertanian). Meskipun Indonesia telah menikmati pertumbuhan makro ekonomi yang kuat sejak tahun 2000an (telah pulih dari krisis), sektor informal baik di perkotaan maupun pedesaan masih memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia.
Meskipun angka pastinya sulit ditentukan, diperkirakan sekitar 55 hingga 65 persen pekerjaan di Indonesia bersifat informal. Saat ini, sekitar 80% pekerjaan informal terkonsentrasi di daerah pedesaan, khususnya di sektor konstruksi dan pertanian.
Bekerja di sektor informal mempunyai risiko tertentu karena pekerja di sektor informal sering kali memiliki pendapatan yang lebih rendah dan tidak stabil. Selain itu, mereka tidak memiliki akses terhadap perlindungan dan layanan dasar. Pada saat yang sama, aliran keuangan di sektor informal tidak dikenakan pajak dan kegiatan informal tidak dapat dimasukkan dalam penghitungan produk nasional bruto (GNP) atau produk domestik bruto (PDB). Jadi pada dasarnya, sektor informal berdampak buruk bagi pekerja dan buruk bagi perekonomian.
Alasan Mengapa Angka Pengangguran Harus Diturunkan Angkanya