Dua Bulan Penuh Harap Agar Indonesia Terhindar dari Jurang Resesi

Rabu, 05 Agustus 2020 - 09:15 WIB
loading...
A A A
Vietnam, misalnya, memberikan insentif perpajakan yang sangat agresif. Begitu pula dengan negara di Asia Tenggara lain seperti Thailand dan Filipina. Banyak negara berlomba-lomba memberikan insentif fiskal sebagai pemanis untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya. (Baca juga: Arkeolog Israel Menemukan 'Wajah Tuhan')

Partner of Tax Research and Training Services DDTC, Bawono Kristiaji, mengamini, dalam fase pemulihan ekonomi, otoritas pajak secara global berlomba-lomba memberikan insentif pajak. Di tengah kompetisi tersebut, insentif pajak perlu diberikan dengan lebih tepat sasaran.

Menurut Bawono, korporasi membutuhkan insentif yang berbeda dalam setiap fase pemulihan ekonomi. Karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan kembali jenis insentif, kriteria yang dapat memanfaatkan, durasi insentif, dampak dan efektivitas, serta administrasinya. “Pemberian insentif tidak bisa bersifat permanen dan disamakan dalam waktu lima tahun mendatang,” ungkapnya.

Seperti diketahui, realisasi investasi pada kuartal kedua tahun ini menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu lantaran pandemi Covid-19. Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, BKPM akan terus mengejar investor yang telah menyatakan komitmen untuk menanamkan modal di Indonesia.

Menurut Bahlil, BKPM akan fokus membantu investor mengurus berbagai hal yang dibutuhkan seperti perizinan dari daerah hingga pusat dengan catatan investor tersebut benar-benar serius menanamkan modal di Indonesia. "Investor yang bawa modal, bawa teknologi, izinnya kami bantu,” katanya. BKPM juga berkomitmen untuk memfasilitasi permintaan investor jika mereka serius merealisasikan komitmennya, termasuk mengenai permintaan insentif fiskal. (Baca juga: Obat Kuat Bos OJK Pulihkan Ekonomi, Apa Saja?)

Ciptakan Rasa Aman

Selain penyerapan anggaran PEN, stimulus dan insentif fiskal, yang tak kalah penting agar geliat ekonomi terus berjalan, yakni menciptakan rasa aman. Ekonom senior Raden Pardede menegaskan, pemerintah harus memberikan rasa aman dan sehat kepada masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat percaya diri dalam membelanjakan uangnya. "Guna menghindari resesi ini, prasyarat di awal harus timbul dulu rasa aman dan sehat. Jangan hanya memusatkan perhatian ke ekonomi," harapnya.

Menurut Raden, bila pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal III/2020, maka Indonesia akan mengalami resesi. Begitu pula di kuartal IV, jika negatif maka masih disebut resesi. Manakala resesi berkelanjutan dan berlangsung lama bisa berujung pada depresi atau kebangkrutan dalam perekonomian. "Kalau tahun depan masih negatif berarti depresi ekonomi. Maka, ini harus dilakukan pencegahan di kuartal III agar jangan negatif," desaknya. (Lihat videonya: Menghindari Tabrakan, Sebuah Mobil Tercebur ke Laut)

Depresi ekonomi tentu harus dihindari. Ini bukan tugas pemerintah saja, pengusaha dan masyarakat pun harus punya tanggung jawab menjaga ekonomi Indonesia tetap tumbuh. Saatnya bekerja keras melebihi rutinitas! (Ferdi Rantung/Rina Anggraeni/Rakhmat Baihaqi)
(ysw)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1795 seconds (0.1#10.140)