Bursa Saham Kebakaran, Gara-gara Suhu Politik? Ini Kata Analis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bursa saham memerah. Indeks harga saham gabungan ( IHSG ) bikin ketar-ketir. Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG anjlok 1,63% sehingga kehilangan 109,79 poin dan berada di level 6.642.
Pada penutupan perdagangan, 135 saham menguat, 450 saham melemah, dan 165 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp11,6 triliun dari 25,1 miliar saham yang diperdagangkan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan IHSG babak belur di hari ini. Utamanya adalah faktor eksternal, yaitu kecemasan perang Israel-Hamas kian meluas sehingga mengakibatkan kenaikan harga sejumlah komoditas.
"Kita lihat sentimen pelaku pasar masih merespons negatif konlik Israel. Pelaku pasar melihat perang bisa meluas sehingga menimbulkan ancaman resesi global," kata Reza Priyambada, analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Rabu (1/11/2023).
Reza menambahkan, penyebab selanjutnya adalah peningkatan suku bunga The Fed, bank sentral Amerika Serikat. Kenaikan Fed Fund Rate memengaruhi pelaku pasar sehingga mengakibatkan capital outflow.
"Pelaku pasar panik, menarik dana, terjadi capital outflow," jelas Reza.
Dolar yang naik juga membuat pelaku pasar cemas. Kenaikan dolar direspons oleh sejumlah bank sentral dengan menaikkan suku bunganya sehingga berimbas pada pelarian modal juga.
Salah satu instrumen yang bisa dilepas pelaku pasar, terutama asing adalah saham. Dari situ, asing kemudian memborong dolar untuk dikirim ke AS yang menawarkan imbal hasil lebih menarik sehingga rupiah terjerembab.
Sementara, dari dalam negeri sendiri, sejatinya masih ada sejumlah sentimen positf yang berseliweran. Di antaranya, rilis kinerja sejumlah emiten dan penerimaan negara yang positif.
"Kalah oleh sentimen eksternal," tambah Reza.
Lantas apakah situasi politik saat ini menjadi pemicu anjloknya bursa saham? Menurut Reza, pelaku pasar masih berada pada posisi wait and see, dan mencerna program dari masing-masing pasangan capres dan cawapres.
"Mereka masih menilai program-program itu rill atau tidak. Pelaku pasar masih menilai sejalan dengan pemerintahan sekarang atau tidak, seperti hilirisasi, pembangunan IKN, dan pemerataan. Belum terlalu berpengaruh, dari sisi pasangan masih melakukan pendekatan," tandas Reza.
Pada penutupan perdagangan, 135 saham menguat, 450 saham melemah, dan 165 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp11,6 triliun dari 25,1 miliar saham yang diperdagangkan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan IHSG babak belur di hari ini. Utamanya adalah faktor eksternal, yaitu kecemasan perang Israel-Hamas kian meluas sehingga mengakibatkan kenaikan harga sejumlah komoditas.
"Kita lihat sentimen pelaku pasar masih merespons negatif konlik Israel. Pelaku pasar melihat perang bisa meluas sehingga menimbulkan ancaman resesi global," kata Reza Priyambada, analis dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Rabu (1/11/2023).
Reza menambahkan, penyebab selanjutnya adalah peningkatan suku bunga The Fed, bank sentral Amerika Serikat. Kenaikan Fed Fund Rate memengaruhi pelaku pasar sehingga mengakibatkan capital outflow.
"Pelaku pasar panik, menarik dana, terjadi capital outflow," jelas Reza.
Dolar yang naik juga membuat pelaku pasar cemas. Kenaikan dolar direspons oleh sejumlah bank sentral dengan menaikkan suku bunganya sehingga berimbas pada pelarian modal juga.
Salah satu instrumen yang bisa dilepas pelaku pasar, terutama asing adalah saham. Dari situ, asing kemudian memborong dolar untuk dikirim ke AS yang menawarkan imbal hasil lebih menarik sehingga rupiah terjerembab.
Sementara, dari dalam negeri sendiri, sejatinya masih ada sejumlah sentimen positf yang berseliweran. Di antaranya, rilis kinerja sejumlah emiten dan penerimaan negara yang positif.
"Kalah oleh sentimen eksternal," tambah Reza.
Lantas apakah situasi politik saat ini menjadi pemicu anjloknya bursa saham? Menurut Reza, pelaku pasar masih berada pada posisi wait and see, dan mencerna program dari masing-masing pasangan capres dan cawapres.
"Mereka masih menilai program-program itu rill atau tidak. Pelaku pasar masih menilai sejalan dengan pemerintahan sekarang atau tidak, seperti hilirisasi, pembangunan IKN, dan pemerataan. Belum terlalu berpengaruh, dari sisi pasangan masih melakukan pendekatan," tandas Reza.
(uka)