Siap-siap! Harga Minyak Bisa Sentuh USD120 Tahun Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Laporan yang dikeluarkan lembaga pemeringkat Fitch Ratings menyebutkan, konflik di Timur Tengah berpotensi mendongkrak harga minyak pada tahun 2024 akibat terganggunya pasokan dan selanjutnya menekan pertumbuhan ekonomi global.
Dalam laporan tersebut, lembaga pemeringkat tersebut juga menguraikan skenario potensial pergerakan harga minyak yang lebih tinggi dari perkiraan, yang bakal akan membatasi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 0,4 persen poin pada tahun depan.
Perkiraan Fitch sebelumnya menunjukkan bahwa harga minyak rata-rata akan mencapai USD75 per barel pada tahun 2024 dan USD70 pada tahun 2025. Namun, konflik di Timur Tengah telah mengubah semua itu.
"Skenario kami mengasumsikan bahwa, karena pembatasan pasokan, harga minyak rata-rata (akan mencapai) USD120 per barel pada tahun 2024 dan USD100 per barel pada tahun 2025," tulis laopran Fitch Rating yang dilansir RT, Selasa (14/11/2023).
"Harga minyak yang lebih tinggi akan mengurangi pertumbuhan PDB di hampir semua Fitch 20 (perekonomian yang diperkirakan), meskipun dampaknya sebagian besar akan hilang pada tahun 2025," tulis Fitch.
Lembaga pemeringkat itu juga mencatat bahwa pertumbuhan di AS, Zona Euro dan Jepang akan turun 0,5 persen poin pada tahun 2025. 2024.
Diasumsikan juga bahwa dampak terbesar di antara negara-negara emerging market utama akan terjadi di Afrika Selatan dan Turki. "Rusia, dan pada tingkat lebih rendah Brazil, akan merasakan dampak positif karena peran penting produksi minyak di negara-negara tersebut," kata laporan tersebut.
Menurut lembaga pemeringkat tersebut, harga minyak yang lebih tinggi akan menyebabkan tingkat inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada tahun 2024, diikuti oleh koreksi pada tahun 2025. Dampak inflasi hanya bersifat jangka pendek dan sebagian diimbangi oleh tingkat inflasi yang lebih rendah dari perkiraan pada tahun 2025.
"Guncangan harga minyak terkait konflik Timur Tengah dapat disertai dengan kondisi keuangan yang lebih ketat, kepercayaan bisnis dan konsumen yang lebih rendah, serta koreksi di pasar keuangan," Fitch menyimpulkan.
Timur Tengah mengalami pergolakan kekerasan baru pada tanggal 7 Oktober, ketika pejuang Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menewaskan lebih dari 1.200 orang. Israel kemudian mengebom Gaza yang sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 10.000 korban jiwa, di mana sebagian besar korbannya adalah anak-anak.
Ancaman terbesar terhadap perekonomian global datang dari potensi penyebaran konflik tersebut ke negara-negara lain di kawasan.
Dalam laporan tersebut, lembaga pemeringkat tersebut juga menguraikan skenario potensial pergerakan harga minyak yang lebih tinggi dari perkiraan, yang bakal akan membatasi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 0,4 persen poin pada tahun depan.
Perkiraan Fitch sebelumnya menunjukkan bahwa harga minyak rata-rata akan mencapai USD75 per barel pada tahun 2024 dan USD70 pada tahun 2025. Namun, konflik di Timur Tengah telah mengubah semua itu.
"Skenario kami mengasumsikan bahwa, karena pembatasan pasokan, harga minyak rata-rata (akan mencapai) USD120 per barel pada tahun 2024 dan USD100 per barel pada tahun 2025," tulis laopran Fitch Rating yang dilansir RT, Selasa (14/11/2023).
"Harga minyak yang lebih tinggi akan mengurangi pertumbuhan PDB di hampir semua Fitch 20 (perekonomian yang diperkirakan), meskipun dampaknya sebagian besar akan hilang pada tahun 2025," tulis Fitch.
Lembaga pemeringkat itu juga mencatat bahwa pertumbuhan di AS, Zona Euro dan Jepang akan turun 0,5 persen poin pada tahun 2025. 2024.
Diasumsikan juga bahwa dampak terbesar di antara negara-negara emerging market utama akan terjadi di Afrika Selatan dan Turki. "Rusia, dan pada tingkat lebih rendah Brazil, akan merasakan dampak positif karena peran penting produksi minyak di negara-negara tersebut," kata laporan tersebut.
Menurut lembaga pemeringkat tersebut, harga minyak yang lebih tinggi akan menyebabkan tingkat inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada tahun 2024, diikuti oleh koreksi pada tahun 2025. Dampak inflasi hanya bersifat jangka pendek dan sebagian diimbangi oleh tingkat inflasi yang lebih rendah dari perkiraan pada tahun 2025.
"Guncangan harga minyak terkait konflik Timur Tengah dapat disertai dengan kondisi keuangan yang lebih ketat, kepercayaan bisnis dan konsumen yang lebih rendah, serta koreksi di pasar keuangan," Fitch menyimpulkan.
Timur Tengah mengalami pergolakan kekerasan baru pada tanggal 7 Oktober, ketika pejuang Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menewaskan lebih dari 1.200 orang. Israel kemudian mengebom Gaza yang sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 10.000 korban jiwa, di mana sebagian besar korbannya adalah anak-anak.
Ancaman terbesar terhadap perekonomian global datang dari potensi penyebaran konflik tersebut ke negara-negara lain di kawasan.
(fjo)