BI: Ekonomi Syariah Bukan Konsep Eksklusif untuk Muslim

Jum'at, 10 November 2017 - 00:19 WIB
BI: Ekonomi Syariah Bukan Konsep Eksklusif untuk Muslim
BI: Ekonomi Syariah Bukan Konsep Eksklusif untuk Muslim
A A A
SURABAYA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan bahwa ekonomi syariah bukanlah konsep eksklusif yang dikhususkan untuk umat muslim semata. Namun, konsep tersebut merupakan konsep inklusif yang melibatkan seluruh masyarakat dari berbagai kalangan.

Menurutnya, sudah banyak negara yang mengadopsi konsep ekonomi syariah di negaranya. Bahkan, banyak pula negara-negara non-muslim yang turut memasukkan nilai-nilai syariah dalam kegiatan ekonominya.

"Jadi ekonomi dan keuangan syariah bukan konsep eksklusif untuk umat Islam. Konsep ini yang mendorong berkembang pesatnya ekonomi dan keuangan syariah di dunia internasional, termasuk Indonesia," katanya dalam acara Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) 2017 di Grand City Convention Center, Surabaya, Kamis (9/11/2017).

Pesatnya perkembangan ekonomi syariah di dunia, kata dia, terlihat dari volume perdagangan produk halal global dimana pada 2015 mencapai USD3,5 triliun. Bahkan pada 2021 diperkirakan volume perdagangan produk halal dunia bisa mencapai USD6,3 triliun.

"Ini memicu berbagai negara di dunia untuk berlomba memanfaatkan peluang yang ada dan jadi pemain utama di industri halal global. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada penduduk mayoritas muslim, tapi di negara lain seperti Inggris, Jepang, China, Korea Selatan dan Thailand," imbuh dia.

Masih menurut Agus, Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim sejatinya memiliki potensi besar dalam industri halal global. Sayangnya, potensi tersebut belum termanfaatkan dengan baik.

Indonesia justru menjadi importir produk makanan halal terbesar keempat di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjadi pasar terhadap produk wisata dan fashion syariah, serta obat dan kosmetik halal.

Padahal, tambah mantan Bos Bank Mandiri ini, tingginya impor berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan dan menekan posisi neraca pembayaran Indonesia. Lebih jauh lagi, derasnya produk impor akan mengancam ketahanan perekonomian nasional.

"Jadi kita jangan impor saja, harus swasembada dan harus bisa ekspor. Potensi industri halal global yang besar perlu dimanfaatkan sebaiknya untuk kemajuan perekonomian Indonesia, dengan mengoptimalkan dan mengintegrasikan seluruh sumber daya yang dimiliki. Termasuk integrasi antara sumber daya keuangan komersial syariah dengan sektor keuangan sosial syariah yakni zakat infaq, sadaqah, wakaf serta sumber daya insani di bidang keuangan syariah yang berkualitas," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1343 seconds (0.1#10.140)