5 Kesalahpahaman Soal Gunung Utang AS Senilai Rp510.412 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tumpukan utang Amerika Serikat (AS) mungkin terlihat seperti masalah yang mengerikan bagi negara adidaya tersebut, tapi para ahli mengatakan, ada beberapa kesalahpahaman umum. Salah satunya tentang apa arti dari gunung utang AS yang terus bertambah besar.
Utang nasional AS baru saja melampaui USD33 triliun atau setara Rp510.412 triliun (Kurs Rp15.467 per USD) untuk pertama kalinya, imbas lonjakan pengeluaran setelah pandemi. Beban utang negara kemungkinan bakal melonjak lebih tinggi, dimana menurut proyeksi dari Kantor Anggaran Kongres bisa tembus USD50 triliun dalam 10 tahun ke depan.
Kondisi tersebut mungkin menimbulkan masalah di kemudian hari bagi AS, terutama dalam konteks kenaikan suku bunga. Tetapi para ahli menjelaskan, bahwa ada kesalahpahaman besar yang beredar di sekitar masalah utang AS yang dapat membuat beban utang negara tampak lebih mengerikan daripada yang sebenarnya.
AS hanya mengeluarkan USD395 miliar untuk membayar utangnya tahun lalu, menurut Kantor Manajemen dan Anggaran. Angka itu sekitar 1% dari PDB tahun lalu.
Namun para ekonom mengatakan, biaya pembayaran utang bisa meningkat secara dramatis di tahun-tahun mendatang. Biaya utang tahunan AS mencapai USD1 triliun per kuartal terakhir, menurut analisis Bloomberg.
Sementara itu ada sekitar USD7,6 triliun obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo selama tahun depan, menurut analisis September dari perusahaan riset Apollo. Itu sekitar sepertiga dari total saldo, atau seperempat dari seluruh PDB Amerika.
"(USD33 triliun] tidak ada artinya. Ini benar-benar dalam konteks PDB, sumber daya yang tersedia untuk memanfaatkan bunga pembayaran pokok utang itu," menurut kepala ekonom Moody's Analytics, Mark Zandi.
"Kesalahan umum yang dilakukan orang adalah mereka mengutip angka-angka besar ini, tetapi gagal mengenali bahwa ada beberapa angka sangat besar yang mendukung utang itu," tambahnya.
Dalam artian, bisa disebutkan bahwa AS mempunyai kemampuan untuk membayar utang tersebut.
"Dalam kasus pemerintah, menggunakan utang adalah cara yang sangat tepat dan dibutuhkan untuk membiayai banyak (proyek) dari apa yang mereka lakukan," tambah Zandi.
"Orang-orang menjadi sangat cemas ketika pemerintah meminjam, dan itu adalah kesalahan. Pemerintah butuh untuk berada di luar sana meminjam uang, karena investasi jangka panjang yang dibuatnya dalam perekonomian," bebernya.
AS dapat memadamkan kekhawatiran di kalangan investor pasar obligasi dengan memoderasi pengeluarannya sehubungan dengan PDB dan tingkat suku bunga saat ini, atau dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Beberapa meramalkan, AS masih terlalu cepat untuk jatuh ke dalam krisis utang, dimana Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan PDB capai 5% selama kuartal ketiga.
"Ini lebih merupakan masalah utang negara yang lebih luas yang mulai berkembang. Jadi saya pikir ini menjadi masalah, kecuali pembuat kebijakan mengubah kebijakan atau ekonomi jauh lebih baik daripada yang diantisipasi," kata Zandi.
Utang nasional AS baru saja melampaui USD33 triliun atau setara Rp510.412 triliun (Kurs Rp15.467 per USD) untuk pertama kalinya, imbas lonjakan pengeluaran setelah pandemi. Beban utang negara kemungkinan bakal melonjak lebih tinggi, dimana menurut proyeksi dari Kantor Anggaran Kongres bisa tembus USD50 triliun dalam 10 tahun ke depan.
Kondisi tersebut mungkin menimbulkan masalah di kemudian hari bagi AS, terutama dalam konteks kenaikan suku bunga. Tetapi para ahli menjelaskan, bahwa ada kesalahpahaman besar yang beredar di sekitar masalah utang AS yang dapat membuat beban utang negara tampak lebih mengerikan daripada yang sebenarnya.
Berikut 5 kesalahpahaman tentang beban utang negara AS:
1. AS Harus Melunasi USD33 Triliun
Secara teknis, AS perlu membayar bunga utangnya, dan pokok obligasi pemerintah yang jatuh tempo. Tapi sebenarnya, negara-negara secara umum tidak sepenuhnya membayar utang setelah menghasilkan saldo besar, seperti disampaikan oleh ekonom, Nobel Paul Krugman. Seperti halnya Inggris Raya, yang masih memegang utang yang ditimbulkannya selama perang Napoleon.AS hanya mengeluarkan USD395 miliar untuk membayar utangnya tahun lalu, menurut Kantor Manajemen dan Anggaran. Angka itu sekitar 1% dari PDB tahun lalu.
Namun para ekonom mengatakan, biaya pembayaran utang bisa meningkat secara dramatis di tahun-tahun mendatang. Biaya utang tahunan AS mencapai USD1 triliun per kuartal terakhir, menurut analisis Bloomberg.
Sementara itu ada sekitar USD7,6 triliun obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo selama tahun depan, menurut analisis September dari perusahaan riset Apollo. Itu sekitar sepertiga dari total saldo, atau seperempat dari seluruh PDB Amerika.
2. Saldo Utang Terlalu Tinggi
Neraca utang publik sebenarnya perlu dievaluasi dalam kaitannya dengan PDB. Rasio utang terhadap PDB AS melayang sekitar 97% tahun lalu, di bawah ambang batas yang menjadi kunci 100%."(USD33 triliun] tidak ada artinya. Ini benar-benar dalam konteks PDB, sumber daya yang tersedia untuk memanfaatkan bunga pembayaran pokok utang itu," menurut kepala ekonom Moody's Analytics, Mark Zandi.
"Kesalahan umum yang dilakukan orang adalah mereka mengutip angka-angka besar ini, tetapi gagal mengenali bahwa ada beberapa angka sangat besar yang mendukung utang itu," tambahnya.
Dalam artian, bisa disebutkan bahwa AS mempunyai kemampuan untuk membayar utang tersebut.
3. Utang Buruk bagi Ekonomi AS
Utang membantu pemerintah menjalankan fungsi-fungsi penting. Selain itu utang juga membantu mendanai investasi penting seperti inisiatif perubahan iklim dan membangun infrastruktur baru."Dalam kasus pemerintah, menggunakan utang adalah cara yang sangat tepat dan dibutuhkan untuk membiayai banyak (proyek) dari apa yang mereka lakukan," tambah Zandi.
"Orang-orang menjadi sangat cemas ketika pemerintah meminjam, dan itu adalah kesalahan. Pemerintah butuh untuk berada di luar sana meminjam uang, karena investasi jangka panjang yang dibuatnya dalam perekonomian," bebernya.
4. AS Perlu Melunasi Utang dengan Cepat untuk Mencegah Krisis
Zandi menerangkan, AS tidak berisiko langsung mengalami krisis utang, meskipun beberapa masalah kemungkinan muncul di sepanjang jalan mengingat tingkat pengeluaran saat ini.AS dapat memadamkan kekhawatiran di kalangan investor pasar obligasi dengan memoderasi pengeluarannya sehubungan dengan PDB dan tingkat suku bunga saat ini, atau dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Beberapa meramalkan, AS masih terlalu cepat untuk jatuh ke dalam krisis utang, dimana Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan PDB capai 5% selama kuartal ketiga.
5. Masalah Utang Amerika itu Unik
Meningkatnya tingkat utang adalah masalah di seluruh dunia. Masalah utang China sekarang menggerogoti sektor properti negara Tirai Bambu tersebut. Negara-negara Timur Tengah juga bermain-main dengan krisis utang, dan neraca utang di seluruh dunia kemungkinan akan cenderung naik untuk tahun-tahun mendatang, menurut ekonom Dana Moneter Internasional (IMF)."Ini lebih merupakan masalah utang negara yang lebih luas yang mulai berkembang. Jadi saya pikir ini menjadi masalah, kecuali pembuat kebijakan mengubah kebijakan atau ekonomi jauh lebih baik daripada yang diantisipasi," kata Zandi.
(akr)