Komitmen Allianz Menjadi Payung Besar Melindungi Masa Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Biaya kesehatan di Asia diperkirakan terus meningkat. Menurut survei Mercer Marsh Benefits (MMB) Health Trend 2023, biaya kesehatan di Indonesia meningkat sebesar 13,6% setelah pandemi Covid-19. Indonesia memiliki nilai kenaikan lebih tinggi dibanding Asia yang hanya 11%.
Kenaikan biaya kesehatan disebabkan oleh kenaikan harga barang medis dan inflasi umum. Kenaikan biaya kesehatan tidak terhindarkan, bahkan biaya medis selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Salah satu cara menghadapi kenaikan biaya kesehatan dengan memiliki asuransi kesehatan. Asuransi dapat membantu menutup biaya kesehatan yang tinggi. Tak hanya itu, manfaat lainnya dengan terlindungi asuransi, seseorang mendapat jaminan mendapatkan perawatan terbaik sehingga tidak perlu panik akan memengaruhi kondisi keuangan keluarga.
Manfaat itulah yang dirasakan Ika Cahyani , karyawan yang bekerja di perusahaan bidang industri kreatif di Buncit Business Center, Jakarta Selatan. Dia tak menyangka sedang mengidap penyakit serius yang sangat berbahaya, yang bisa mengancam nyawanya. Seperti biasanya, sepulang kerja, dia menghabiskan waktu untuk bersantai bersama suami dan mertuanya di Kompleks Taman Meruya Ilir, Meruya Utara, Jakarta Barat.
Ditemani keripik kentang dan teh hangat, perbincangan pun menjadi penuh warna. Namun, suasana berubah menjelang tengah malam. “Saya mulai merasakan sesak di dada kiri dan tembus ke punggung,” ujarnya saat ditemui di RS Siloam Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (30/11/2023). Ika pun mulai resah, karena apa yang dirasakannya adalah hal yang tak biasa. “Tak ada riwayat penyakit jantung di keluarga saya,” ungkapnya.
Keringat dingin mulai meleleh dan membasahi sekujur tubuh Ika. Suaminya, Ludi Idwan mulai panik. Tak mau mengambil risiko, Ludi langsung menyalakan mobilnya untuk membawa Ika ke Rumah Sakit Siloam Kebun Jeruk yang tak jauh dari rumahnya. “Tiba di rumah sakit oleh dokter jaga diduga karena asam lambung, tapi diminta menginap untuk observasi,” kisahnya.
Keesokan harinya, Ika ditangani dokter spesialis jantung, dr. Friens August Sinaga, SpJP. Serangkaian observasi medis dilakukan, mulai pemeriksaan irama jantung hingga CT Scan untuk melihat kondisi jantungnya. “Dari CT Scan Cardiac diketahui ada saluran yang kena penyempitan 90%. Kemudian diputuskan untuk dipasang satu ring. Karena kondisi naik turun disebabkan faktor tertentu, saya dirawat selama dua pekan,” kenang ibu dari Aliandra itu.
Dia pun merasa bersyukur bisa selamat dari penyakit yang mematikan itu. Andai saja terlambat, mungkin lain cerita. “Saya juga bersyukur perusahaan asuransi membantu seluruh proses administrasi dari masuk hingga keluar rumah sakit. Tak ada prosedur berbelit, semua serba lancar,” katanya.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatannya itu mencapai Rp150 juta. “Tapi saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun karena seluruh biaya ditanggung asuransi Allianz Life Indonesia. Termasuk untuk rawat jalan dan pemulihan juga di cover oleh Allianz,” ungkapnya. Ika pun mengaku beruntung memiliki jaminan kesehatan dari Allianz, selain jaminan kesehatan nasional. “Dengan asuransi swasta, saya tak perlu antre atau minta surat rujukan dulu. Jika harus minta surat rujukan dulu, tentu penanganan akan terlambat,” katanya.
Dia pun tak menyangka di usianya yang terbilang masih muda, 35 tahun, harus pasang ring jantung. “Ini semua karena gaya hidup saya yang tak sehat. Saya suka makan larut malam, dan mengkonsumsi minuman manis,” tuturnya. Dia pun kini sadar pentingnya menjalankan gaya hidup sehat. Meskipun kondisi jantungnya sudah tak lagi normal, namun dia bersyukur masih bisa beraktivitas dengan normal.
“Untuk biaya berobat memang alangkah baiknya jika kita punya jaminan lain selain jaminan kesehatan nasional. Ibaratnya memiliki dua payung, karena akan lebih aman, dan bisa menjalani hidup dengan tenang,” kata Ika. Dia pun menilai anak muda perlu memiliki perlindungan berupa jaminan ikut asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa.
“Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan. Bahkan, kita tidak tahu apa yang terjadi besok, jangan sampai kemudian menyesal karena harus menjual aset yang kita kumpulkan untuk biaya berobat. Biaya premi bisa disesuaikan, bahkan ada yang Rp500 ribu sebulan. Itu sekadar mengurangi biaya hangout, tetapi untuk kebaikan masa depan,” sarannya.
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Paling sering menyerang kelompok usia produktif, sehingga mortalitasnya menyebabkan beban ekonomi dan sosial terhadap masyarakat. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Catatan Kementerian Kesehatan, kematian di Indonesia akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun. Terdiri dari stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, Penyakit jantung hipertensi 50.620 kematian, sisanya berupa penyakit kardiovaskular lainnya.
Menurut Direktur P2P PTM Dr Eva Susanti, tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang. Perilaku tersebut merupakan salah satu kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) serta berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
Tak sekadar penyakit jantung, tingginya biaya berobat juga terjadi untuk penyakit lain yang memerlukan perawatan khusus. Hal itulah yang membuat Ewo Raswa memutuskan untuk memberikan jaminan kesehatan tambahan kepada karyawannya. Ewo bersama tiga rekannya mendirikan sebuah perusahaan pemasaran yang kini memiliki puluhan karyawan.
“Kita memilih asuransi segmen korporat. Jadi tak hanya untuk karyawan, tapi juga keluarganya,” paparnya. Ewo menilai penting membekali karyawannya dengan asuransi tambahan. Hal itu lantaran biaya kesehatan yang semakin meningkat. “Apalagi jika pengobatannya tak maksimal, tentu akan memengaruhi produktivitas,” imbuhnya.
Ewo pun mengaku terkesan dengan asuransi kesehatan dari Allianz Indonesia. Selain memiliki perlindungan yang luas untuk rawat jalan maupun rawat inap, prosedur yang ditetapkan pun tak berbelit. Dia berkisah, saat anaknya, Nasya (15) harus menjalani perawatan di RS Mitra Keluarga Bekasi, semua proses administrasi berjalan cepat. Allianz Indonesia, menurut dia juga menghadirkan coverage yang besar terhadap penyakit kritis. Hal itu membuat Ewo merasa tenang karena tak perlu lagi memikirkan biaya ekstra untuk berobat.
“Salah satu kelebihan yang dimiliki Allianz adalah kecepatan respons, ketika ada hal yang harus dikonfirmasi rumah sakit, langsung saat itu juga direspons,” ungkapnya. Dia pun menilai, saat ini, perlu bagi perusahaan untuk memberikan jaminan kesehatan tambahan bagi karyawannya selain jaminan kesehatan nasional. “Itu sangat penting, karena coverage-nya akan semakin luas dengan kecepatan penanganan. Terkait plafon, tentunya bisa disesuaikan dengan kondisi perusahaan,” paparnya.
Business Director Allianz Indonesia Bianto Surodjo dalam perayaan hari pelanggan beberapa waktu lalu mengatakan, Allianz Indonesia menyadari bahwa pengalaman dan pelayanan yang didapatkan nasabah adalah prioritas utama perusahaan. Sebagai perusahaan asuransi terpercaya di Indonesia, Allianz mendorong dan mendukung penuh peningkatan kualitas hidup nasabah dan masyarakat, terutama dalam mempersiapkan rencana yang ingin dicapai di masa depan dengan perlindungan asuransi. “Hal ini sejalan dengan misi Allianz Indonesia melindungi lebih banyak masyarakat dan keluarga Indonesia,” katanya.
Selain meningkatkan kualitas pelayanan demi mempertahankan kepuasan para nasabah, lanjut dia, Allianz Indonesia selalu aktif memastikan agar setiap perubahan di tengah era digital tidak menjadi sebuah hambatan bagi perusahaan dalam menjawab kebutuhan nasabah yang selalu dinamis. “Sebagai perusahaan asuransi yang telah mendapatkan banyak kepercayaan dan dukungan, Allianz Indonesia selalu memberikan solusi yang terbaik bagi nasabah dan membangun kedekatan yang berkesan,” tegasBianto.
Hingga kini, layanan-layanan yang diperuntukkan bagi nasabah tersedia melalui beberapa channel seperti melalui telepon, e-mail, layanan tatap muka (walk-in services), dan media sosial. Beragam layanan itu dihadirkan untuk mempermudah akses nasabah dalam memperoleh solusi dan layanan asuransi, serta dapat menjangkau lebih banyak keluarga Indonesia.
Investasi Masa Depan
Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa memiliki jaminan berupa asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa hanya membuang uang. Anggapan itu disebabkan masih rendahnya literasi asuransi masyarakat. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan indeks literasi asuransi masyarakat Indonesia pada 2022 sebesar 31,72%, meningkat dibandingkan 2019 yang hanya 19,4%. Namun, lebih rendah dibandingkan literasi perbankan sebesar 49,93%.
Tingkat inklusi asuransi bahkan lebih rendah lagi, pada 2019 mencapai 13,15%, dan pada 2022 mencapai 16,63%, jauh di bawah perbankan yang mencapai 74,03%. Merujuk pada studi yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit, rendahnya inklusi asuransi membuat kondisi finansial masyarakat Indonesia lebih rentan dalam menghadapi krisis akibat kondisi medis.
“Kenapa literasi dan inklusi masih rendah, karena masyarakat masih melihat produk keuangan harus ada hasilnya. Misalnya deposito, hasilnya bisa dirasakan langsung, kalau asuransi tidak langsung. Orang baru sadar perlunya asuransi jika sudah kena musibah. Padahal jika sudah terkena musibah, akan sulit untuk mengajukan perlindungan dari asuransi, persyaratannya akan ketat,” ungkap Perencana Keuangan Safir Senduk.
Padahal, lanjut dia, peran asuransi sangat penting. Safir mengilustrasikan, memiliki jaminan asuransi ibarat seseorang membeli payung. “Memang payung tak menjamin bahwa hujan tidak akan turun. Tapi dengan punya payung, akan menjamin kita tak basah saat hujan turun,” katanya.
Semakin besar payung yang dimiliki, maka semakin besar pula jaminan yang akan didapatkan.
Karenanya, lanjut dia, perlu menyadarkan masyarakat melalui edukasi. Bahwa produk keuangan tidak selalu harus memiliki hasil yang terlihat dan bisa dinikmati dalam waktu cepat. Sebab, ada produk keuangan yang tidak bisa dinikmati secara cepat, namun memberikan manfaat yang lebih besar di masa depan yakni asuransi.
"Kita menginap di rumah sakit dan hotel sama-sama membayar kamar. Tetapi jika di hotel kita tahu kapan check out, sedangkan di rumah sakit kita enggak tahu kapan check out. Ini yang harus diantisipasi," saran Safir.
Dia menyebutkan, banyak keuntungan yang akan diraih oleh masyaraat dengan berasuransi. Misalnya, asuransi kesehatan yang memberikan jaminan penggantian rawat inap. Dari kasus yang pernah dia lihat, seseorang dirawat selama 7 hari, menjalani tindakan operasi satu kali, biaya yang dikeluarkan bisa menembus Rp 80 juta. Jika tak memiliki jaminan asuransi, tentu akan menyulitkan. “Tapi dengan membayar asuransi per bulan yang hanya Rp1,5 juta atau setara Rp18 juta setahun, benefit yang didapatkan sungguh besar,” katanya.
Tak hanya asuransi kesehatan, menurut Safir, memiliki asuransi jiwa juga sangat penting bagi perlindungan masa depan. Terlebih, di Indonesia, penghasilan keluarga berasal dari active income. Apabila si pencari nafkah tidak bekerja, maka tidak ada penghasilan yang masuk. “Kalau pencari nafkah meninggal dunia income otomatis berhenti. Jadi penting sekali keluarga punya asuransi jiwa yang melindungi pencari nafkah, kalau dia meninggal masih ada jaminan masa depan keluarganya dari asuransi,” paparnya.
Jaminan asuransi, juga bisa dijadikan warisan apabila pencari nafkah meninggal dunia. Keluarga yang ditinggalkan memiliki jaminan untuk melanjutkan kehidupan. “Saya sendiri sudah punya asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan. Jadi apabila saya meninggal karena kecelakaan, keluarga bisa dapat dua kali pertanggungan. Setiap hendak bepergian, saya selalu bicara dengan istri supaya menghafalkan nomor polis saya,” kata Safir.
Dia pun menyarankan agar masyarakat menyisihkan pengeluaran bulanannya untuk membeli polis asuransi kesehatan maupun jiwa. “Untuk orang yang enggak tahan antre lama-lama di faskes, lalu harus dirujuk ke RS utama yang antrenya lama, lebih baik punya jaminan juga dari asuransi swasta, untuk berjaga-jaga,” tutupnya.
Rendahnya literasi masyarakat terhadap asuransi menjadi perhatian para stakeholder industri asuransi di Tanah Air. Salah satunya PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Indonesia). Tak sekadar menghadirkan poduk asuransi kesehatan, asuransi jiwa, maupun produk lain, perusahaan asuransi yang berbasis di Jerman ini terus mendorong masyarakat untuk sadar pentingnya berasuransi.
Menurut Direktur Legal & Compliance Allianz Life Indonesia Hasinah Jusuf, Allianz Indonesia mendukung penuh upaya regulator dalam mengakselerasi indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat. “Kami tentunya selalu berupaya untuk menghadirkan inovasi-inovasi yang berguna bagi perluasan literasi, serta akses perlindungan dan layanan asuransi untuk semua kalangan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas, agar lebih banyak masyarakat terproteksi dan dapat mencapai kemerdekaan finansial untuk masa depan bangsa yang lebih baik,” tegasnya.
Berangkat dari empat pilar tanggung jawab sosial perusahaan, yang salah satunya berfokus pada bidang pendidikan, Allianz Indonesia juga berkolaborasi dengan institusi-insitusi pendidikan di berbagai daerah untuk melakukan literasi finansial bagi kaum pelajar. Dengan menggunakan Allianz SmartPlan Board Game, Allianz melakukan edukasi finansial yang diharapkan para pelajar, guru, serta staf sekolah dapat memahami dasar-dasar pengelolaan keuangan, risiko keuangan, pinjaman online, dan faktor eksternal yang dapat memengaruhi kondisi keuangan. Melalui simulasi pembelajaran ini, Allianz Indonesia berupaya untuk mengedukasi para pelajar dalam menentukan serta mencapai tujuan keuangan di masa depan secara bijak.
Allianz Indonesia juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengelola keuangan dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Sebab, biaya kesehatan terus meningkat. Survei Mercer Marsh Benefits (MMB) 2021-2023 inflasi medis di Tanah Air melebihi inflasi ekonomi di angka 3,3% per Agustus 2023. Ini berarti inflasi medis mencapai empat kaliu lipat dari inflasi ekonomi.
Chief Product Officer, Allianz Life Indonesia Himawan Purnama mengatakan, dalam menghadapi kenaikan biaya medis masyarakat perlu mempersiapkan yang terbaik, terlebih saat risiko kesehatan datang. Menurut dia, hal yang paling tepat adalah dengan memiliki proteksi tambahan melalui produk asuransi kesehatan.
Tidak ada kata terlambat untuk memiliki asuransi kesehatan, meskipun kenaikan biaya medis yang didorong inflasi medis sudah terjadi di Indonesia. Calon nasabah tetap akan mendapatkan manfaat dan kenyamanan serta mampu mengelola manajemen risiko di tengah inflasi medis dengan asuransi kesehatan. “Prinsipnya adalah semakin muda, semakin baik. Karena ketika membeli asuransi kesehatan selagi sehat, premi yang dibayarkan pun akan lebih ringan,” lanjutnya. Selain itu, calon nasabah perlu jujur dan rinci dalam mengisi SPAJ agar tidak terjadi kendala kedepannya saat melakukan klaim.
Bagi para nasabah yang sudah memiliki asuransi kesehatan dan mengalami kenaikan biaya medis maupun biaya asuransi, Himawan menyerukan untuk bersikap bijak dan cerdas. Asuransi kesehatan memberikan proteksi tambahan bagi pesertanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika terjadi risiko sehingga peserta lebih terlindungi dari segala risiko finansial jika terjadi suatu penyakit. “Dengan begitu tidak akan membuat tagihan biaya kesehatan membengkak,” katanya.
Himawan juga menyarankan agat peserta asuransi mengetahui limit dan pengecualian dari produk asuransi kesehatan yang dimiliki. Hal itu lantaran asuransi kesehatan tak bisa menjamin semua penyakit, khususnya yang dikecualikan. “Selain itu terapkan prinsip uang besar uang kecil, memahami bahwa mengeluarkan uang untuk kenaikan biaya asuransi pada akhirnya akan membantu nasabah terhindar dari biaya yang lebih besar ketika terjadi risiko sakit,” pungkasnya.
Komitmen Allianz untuk melindungi dan mengedukasi masyarakat juga digelorakan melalui asuransi jiwa syariah. Melalui PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia (Allianz Syariah), Allianz memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin luas dan dinamis, termasuk untuk perlindungan asuransi syariah.
Direktur Utama Allianz Life Syariah Indonesia, Achmad K. Permana mengatakan, Allianz Syariah meluncurkan program perlindungan jiwa untuk 10.000 orang di Indonesia secara cuma-cuma. Melalui program ini, Allianz Syariah menyediakan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan asuransi jiwa mikro syariah Sekoci Amana secara gratis dengan manfaat perlindungan jiwa sebesar Rp2 juta selama 6 bulan yang kelak bermanfaat bagi ahli waris untuk melanjutkan rencana hidup bagi keluarga meski peserta asuransi (pencari nafkah) meninggal dunia. Inisiatif ini menjadi wujud komitmen Allianz Syariah yang harapannya selain mendapatkan perlindungan kelas dunia, masyarakat juga dapat semakin mengenal konsep asuransi secara langsung dengan berpartisipasi sebagai peserta asuransi syariah.
“Dengan menggandeng berbagai komunitas lokal, Allianz Syariah berharap dapat meningkatkan tingkat literasi dan penetrasi asuransi lewat penyediaan solusi keuangan yang inklusif, yang juga mendepankan nilai-nilai yang kami anut yaitu Universal, Trustworthy, Security, Fairness, dan Collaborative,” kata Permana.
Allianz sadar betul bahwa untuk meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat di Indonesia membutuhkan waktu. Karenanya, perusahaan ini terus melakukan edukasi di semua level generasi dan strata ekonomi. Allianz Indonesia memiliki komitmen kuat untuk menjadi perusahaan yang tak sekadar menjual produk asuransi, tetapi juga menjadi payung besar untuk melindungi semua level generasi.
Kenaikan biaya kesehatan disebabkan oleh kenaikan harga barang medis dan inflasi umum. Kenaikan biaya kesehatan tidak terhindarkan, bahkan biaya medis selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Salah satu cara menghadapi kenaikan biaya kesehatan dengan memiliki asuransi kesehatan. Asuransi dapat membantu menutup biaya kesehatan yang tinggi. Tak hanya itu, manfaat lainnya dengan terlindungi asuransi, seseorang mendapat jaminan mendapatkan perawatan terbaik sehingga tidak perlu panik akan memengaruhi kondisi keuangan keluarga.
Manfaat itulah yang dirasakan Ika Cahyani , karyawan yang bekerja di perusahaan bidang industri kreatif di Buncit Business Center, Jakarta Selatan. Dia tak menyangka sedang mengidap penyakit serius yang sangat berbahaya, yang bisa mengancam nyawanya. Seperti biasanya, sepulang kerja, dia menghabiskan waktu untuk bersantai bersama suami dan mertuanya di Kompleks Taman Meruya Ilir, Meruya Utara, Jakarta Barat.
Ditemani keripik kentang dan teh hangat, perbincangan pun menjadi penuh warna. Namun, suasana berubah menjelang tengah malam. “Saya mulai merasakan sesak di dada kiri dan tembus ke punggung,” ujarnya saat ditemui di RS Siloam Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (30/11/2023). Ika pun mulai resah, karena apa yang dirasakannya adalah hal yang tak biasa. “Tak ada riwayat penyakit jantung di keluarga saya,” ungkapnya.
Keringat dingin mulai meleleh dan membasahi sekujur tubuh Ika. Suaminya, Ludi Idwan mulai panik. Tak mau mengambil risiko, Ludi langsung menyalakan mobilnya untuk membawa Ika ke Rumah Sakit Siloam Kebun Jeruk yang tak jauh dari rumahnya. “Tiba di rumah sakit oleh dokter jaga diduga karena asam lambung, tapi diminta menginap untuk observasi,” kisahnya.
Keesokan harinya, Ika ditangani dokter spesialis jantung, dr. Friens August Sinaga, SpJP. Serangkaian observasi medis dilakukan, mulai pemeriksaan irama jantung hingga CT Scan untuk melihat kondisi jantungnya. “Dari CT Scan Cardiac diketahui ada saluran yang kena penyempitan 90%. Kemudian diputuskan untuk dipasang satu ring. Karena kondisi naik turun disebabkan faktor tertentu, saya dirawat selama dua pekan,” kenang ibu dari Aliandra itu.
Dia pun merasa bersyukur bisa selamat dari penyakit yang mematikan itu. Andai saja terlambat, mungkin lain cerita. “Saya juga bersyukur perusahaan asuransi membantu seluruh proses administrasi dari masuk hingga keluar rumah sakit. Tak ada prosedur berbelit, semua serba lancar,” katanya.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk perawatannya itu mencapai Rp150 juta. “Tapi saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun karena seluruh biaya ditanggung asuransi Allianz Life Indonesia. Termasuk untuk rawat jalan dan pemulihan juga di cover oleh Allianz,” ungkapnya. Ika pun mengaku beruntung memiliki jaminan kesehatan dari Allianz, selain jaminan kesehatan nasional. “Dengan asuransi swasta, saya tak perlu antre atau minta surat rujukan dulu. Jika harus minta surat rujukan dulu, tentu penanganan akan terlambat,” katanya.
Dia pun tak menyangka di usianya yang terbilang masih muda, 35 tahun, harus pasang ring jantung. “Ini semua karena gaya hidup saya yang tak sehat. Saya suka makan larut malam, dan mengkonsumsi minuman manis,” tuturnya. Dia pun kini sadar pentingnya menjalankan gaya hidup sehat. Meskipun kondisi jantungnya sudah tak lagi normal, namun dia bersyukur masih bisa beraktivitas dengan normal.
“Untuk biaya berobat memang alangkah baiknya jika kita punya jaminan lain selain jaminan kesehatan nasional. Ibaratnya memiliki dua payung, karena akan lebih aman, dan bisa menjalani hidup dengan tenang,” kata Ika. Dia pun menilai anak muda perlu memiliki perlindungan berupa jaminan ikut asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa.
“Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan. Bahkan, kita tidak tahu apa yang terjadi besok, jangan sampai kemudian menyesal karena harus menjual aset yang kita kumpulkan untuk biaya berobat. Biaya premi bisa disesuaikan, bahkan ada yang Rp500 ribu sebulan. Itu sekadar mengurangi biaya hangout, tetapi untuk kebaikan masa depan,” sarannya.
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Paling sering menyerang kelompok usia produktif, sehingga mortalitasnya menyebabkan beban ekonomi dan sosial terhadap masyarakat. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Catatan Kementerian Kesehatan, kematian di Indonesia akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun. Terdiri dari stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, Penyakit jantung hipertensi 50.620 kematian, sisanya berupa penyakit kardiovaskular lainnya.
Menurut Direktur P2P PTM Dr Eva Susanti, tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang. Perilaku tersebut merupakan salah satu kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) serta berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
Tak sekadar penyakit jantung, tingginya biaya berobat juga terjadi untuk penyakit lain yang memerlukan perawatan khusus. Hal itulah yang membuat Ewo Raswa memutuskan untuk memberikan jaminan kesehatan tambahan kepada karyawannya. Ewo bersama tiga rekannya mendirikan sebuah perusahaan pemasaran yang kini memiliki puluhan karyawan.
“Kita memilih asuransi segmen korporat. Jadi tak hanya untuk karyawan, tapi juga keluarganya,” paparnya. Ewo menilai penting membekali karyawannya dengan asuransi tambahan. Hal itu lantaran biaya kesehatan yang semakin meningkat. “Apalagi jika pengobatannya tak maksimal, tentu akan memengaruhi produktivitas,” imbuhnya.
Ewo pun mengaku terkesan dengan asuransi kesehatan dari Allianz Indonesia. Selain memiliki perlindungan yang luas untuk rawat jalan maupun rawat inap, prosedur yang ditetapkan pun tak berbelit. Dia berkisah, saat anaknya, Nasya (15) harus menjalani perawatan di RS Mitra Keluarga Bekasi, semua proses administrasi berjalan cepat. Allianz Indonesia, menurut dia juga menghadirkan coverage yang besar terhadap penyakit kritis. Hal itu membuat Ewo merasa tenang karena tak perlu lagi memikirkan biaya ekstra untuk berobat.
“Salah satu kelebihan yang dimiliki Allianz adalah kecepatan respons, ketika ada hal yang harus dikonfirmasi rumah sakit, langsung saat itu juga direspons,” ungkapnya. Dia pun menilai, saat ini, perlu bagi perusahaan untuk memberikan jaminan kesehatan tambahan bagi karyawannya selain jaminan kesehatan nasional. “Itu sangat penting, karena coverage-nya akan semakin luas dengan kecepatan penanganan. Terkait plafon, tentunya bisa disesuaikan dengan kondisi perusahaan,” paparnya.
Business Director Allianz Indonesia Bianto Surodjo dalam perayaan hari pelanggan beberapa waktu lalu mengatakan, Allianz Indonesia menyadari bahwa pengalaman dan pelayanan yang didapatkan nasabah adalah prioritas utama perusahaan. Sebagai perusahaan asuransi terpercaya di Indonesia, Allianz mendorong dan mendukung penuh peningkatan kualitas hidup nasabah dan masyarakat, terutama dalam mempersiapkan rencana yang ingin dicapai di masa depan dengan perlindungan asuransi. “Hal ini sejalan dengan misi Allianz Indonesia melindungi lebih banyak masyarakat dan keluarga Indonesia,” katanya.
Selain meningkatkan kualitas pelayanan demi mempertahankan kepuasan para nasabah, lanjut dia, Allianz Indonesia selalu aktif memastikan agar setiap perubahan di tengah era digital tidak menjadi sebuah hambatan bagi perusahaan dalam menjawab kebutuhan nasabah yang selalu dinamis. “Sebagai perusahaan asuransi yang telah mendapatkan banyak kepercayaan dan dukungan, Allianz Indonesia selalu memberikan solusi yang terbaik bagi nasabah dan membangun kedekatan yang berkesan,” tegasBianto.
Hingga kini, layanan-layanan yang diperuntukkan bagi nasabah tersedia melalui beberapa channel seperti melalui telepon, e-mail, layanan tatap muka (walk-in services), dan media sosial. Beragam layanan itu dihadirkan untuk mempermudah akses nasabah dalam memperoleh solusi dan layanan asuransi, serta dapat menjangkau lebih banyak keluarga Indonesia.
Investasi Masa Depan
Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa memiliki jaminan berupa asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa hanya membuang uang. Anggapan itu disebabkan masih rendahnya literasi asuransi masyarakat. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan indeks literasi asuransi masyarakat Indonesia pada 2022 sebesar 31,72%, meningkat dibandingkan 2019 yang hanya 19,4%. Namun, lebih rendah dibandingkan literasi perbankan sebesar 49,93%.
Tingkat inklusi asuransi bahkan lebih rendah lagi, pada 2019 mencapai 13,15%, dan pada 2022 mencapai 16,63%, jauh di bawah perbankan yang mencapai 74,03%. Merujuk pada studi yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit, rendahnya inklusi asuransi membuat kondisi finansial masyarakat Indonesia lebih rentan dalam menghadapi krisis akibat kondisi medis.
“Kenapa literasi dan inklusi masih rendah, karena masyarakat masih melihat produk keuangan harus ada hasilnya. Misalnya deposito, hasilnya bisa dirasakan langsung, kalau asuransi tidak langsung. Orang baru sadar perlunya asuransi jika sudah kena musibah. Padahal jika sudah terkena musibah, akan sulit untuk mengajukan perlindungan dari asuransi, persyaratannya akan ketat,” ungkap Perencana Keuangan Safir Senduk.
Padahal, lanjut dia, peran asuransi sangat penting. Safir mengilustrasikan, memiliki jaminan asuransi ibarat seseorang membeli payung. “Memang payung tak menjamin bahwa hujan tidak akan turun. Tapi dengan punya payung, akan menjamin kita tak basah saat hujan turun,” katanya.
Semakin besar payung yang dimiliki, maka semakin besar pula jaminan yang akan didapatkan.
Karenanya, lanjut dia, perlu menyadarkan masyarakat melalui edukasi. Bahwa produk keuangan tidak selalu harus memiliki hasil yang terlihat dan bisa dinikmati dalam waktu cepat. Sebab, ada produk keuangan yang tidak bisa dinikmati secara cepat, namun memberikan manfaat yang lebih besar di masa depan yakni asuransi.
"Kita menginap di rumah sakit dan hotel sama-sama membayar kamar. Tetapi jika di hotel kita tahu kapan check out, sedangkan di rumah sakit kita enggak tahu kapan check out. Ini yang harus diantisipasi," saran Safir.
Dia menyebutkan, banyak keuntungan yang akan diraih oleh masyaraat dengan berasuransi. Misalnya, asuransi kesehatan yang memberikan jaminan penggantian rawat inap. Dari kasus yang pernah dia lihat, seseorang dirawat selama 7 hari, menjalani tindakan operasi satu kali, biaya yang dikeluarkan bisa menembus Rp 80 juta. Jika tak memiliki jaminan asuransi, tentu akan menyulitkan. “Tapi dengan membayar asuransi per bulan yang hanya Rp1,5 juta atau setara Rp18 juta setahun, benefit yang didapatkan sungguh besar,” katanya.
Tak hanya asuransi kesehatan, menurut Safir, memiliki asuransi jiwa juga sangat penting bagi perlindungan masa depan. Terlebih, di Indonesia, penghasilan keluarga berasal dari active income. Apabila si pencari nafkah tidak bekerja, maka tidak ada penghasilan yang masuk. “Kalau pencari nafkah meninggal dunia income otomatis berhenti. Jadi penting sekali keluarga punya asuransi jiwa yang melindungi pencari nafkah, kalau dia meninggal masih ada jaminan masa depan keluarganya dari asuransi,” paparnya.
Jaminan asuransi, juga bisa dijadikan warisan apabila pencari nafkah meninggal dunia. Keluarga yang ditinggalkan memiliki jaminan untuk melanjutkan kehidupan. “Saya sendiri sudah punya asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan. Jadi apabila saya meninggal karena kecelakaan, keluarga bisa dapat dua kali pertanggungan. Setiap hendak bepergian, saya selalu bicara dengan istri supaya menghafalkan nomor polis saya,” kata Safir.
Dia pun menyarankan agar masyarakat menyisihkan pengeluaran bulanannya untuk membeli polis asuransi kesehatan maupun jiwa. “Untuk orang yang enggak tahan antre lama-lama di faskes, lalu harus dirujuk ke RS utama yang antrenya lama, lebih baik punya jaminan juga dari asuransi swasta, untuk berjaga-jaga,” tutupnya.
Rendahnya literasi masyarakat terhadap asuransi menjadi perhatian para stakeholder industri asuransi di Tanah Air. Salah satunya PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Indonesia). Tak sekadar menghadirkan poduk asuransi kesehatan, asuransi jiwa, maupun produk lain, perusahaan asuransi yang berbasis di Jerman ini terus mendorong masyarakat untuk sadar pentingnya berasuransi.
Menurut Direktur Legal & Compliance Allianz Life Indonesia Hasinah Jusuf, Allianz Indonesia mendukung penuh upaya regulator dalam mengakselerasi indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat. “Kami tentunya selalu berupaya untuk menghadirkan inovasi-inovasi yang berguna bagi perluasan literasi, serta akses perlindungan dan layanan asuransi untuk semua kalangan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas, agar lebih banyak masyarakat terproteksi dan dapat mencapai kemerdekaan finansial untuk masa depan bangsa yang lebih baik,” tegasnya.
Berangkat dari empat pilar tanggung jawab sosial perusahaan, yang salah satunya berfokus pada bidang pendidikan, Allianz Indonesia juga berkolaborasi dengan institusi-insitusi pendidikan di berbagai daerah untuk melakukan literasi finansial bagi kaum pelajar. Dengan menggunakan Allianz SmartPlan Board Game, Allianz melakukan edukasi finansial yang diharapkan para pelajar, guru, serta staf sekolah dapat memahami dasar-dasar pengelolaan keuangan, risiko keuangan, pinjaman online, dan faktor eksternal yang dapat memengaruhi kondisi keuangan. Melalui simulasi pembelajaran ini, Allianz Indonesia berupaya untuk mengedukasi para pelajar dalam menentukan serta mencapai tujuan keuangan di masa depan secara bijak.
Allianz Indonesia juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengelola keuangan dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Sebab, biaya kesehatan terus meningkat. Survei Mercer Marsh Benefits (MMB) 2021-2023 inflasi medis di Tanah Air melebihi inflasi ekonomi di angka 3,3% per Agustus 2023. Ini berarti inflasi medis mencapai empat kaliu lipat dari inflasi ekonomi.
Chief Product Officer, Allianz Life Indonesia Himawan Purnama mengatakan, dalam menghadapi kenaikan biaya medis masyarakat perlu mempersiapkan yang terbaik, terlebih saat risiko kesehatan datang. Menurut dia, hal yang paling tepat adalah dengan memiliki proteksi tambahan melalui produk asuransi kesehatan.
Tidak ada kata terlambat untuk memiliki asuransi kesehatan, meskipun kenaikan biaya medis yang didorong inflasi medis sudah terjadi di Indonesia. Calon nasabah tetap akan mendapatkan manfaat dan kenyamanan serta mampu mengelola manajemen risiko di tengah inflasi medis dengan asuransi kesehatan. “Prinsipnya adalah semakin muda, semakin baik. Karena ketika membeli asuransi kesehatan selagi sehat, premi yang dibayarkan pun akan lebih ringan,” lanjutnya. Selain itu, calon nasabah perlu jujur dan rinci dalam mengisi SPAJ agar tidak terjadi kendala kedepannya saat melakukan klaim.
Bagi para nasabah yang sudah memiliki asuransi kesehatan dan mengalami kenaikan biaya medis maupun biaya asuransi, Himawan menyerukan untuk bersikap bijak dan cerdas. Asuransi kesehatan memberikan proteksi tambahan bagi pesertanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika terjadi risiko sehingga peserta lebih terlindungi dari segala risiko finansial jika terjadi suatu penyakit. “Dengan begitu tidak akan membuat tagihan biaya kesehatan membengkak,” katanya.
Himawan juga menyarankan agat peserta asuransi mengetahui limit dan pengecualian dari produk asuransi kesehatan yang dimiliki. Hal itu lantaran asuransi kesehatan tak bisa menjamin semua penyakit, khususnya yang dikecualikan. “Selain itu terapkan prinsip uang besar uang kecil, memahami bahwa mengeluarkan uang untuk kenaikan biaya asuransi pada akhirnya akan membantu nasabah terhindar dari biaya yang lebih besar ketika terjadi risiko sakit,” pungkasnya.
Komitmen Allianz untuk melindungi dan mengedukasi masyarakat juga digelorakan melalui asuransi jiwa syariah. Melalui PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia (Allianz Syariah), Allianz memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin luas dan dinamis, termasuk untuk perlindungan asuransi syariah.
Direktur Utama Allianz Life Syariah Indonesia, Achmad K. Permana mengatakan, Allianz Syariah meluncurkan program perlindungan jiwa untuk 10.000 orang di Indonesia secara cuma-cuma. Melalui program ini, Allianz Syariah menyediakan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan asuransi jiwa mikro syariah Sekoci Amana secara gratis dengan manfaat perlindungan jiwa sebesar Rp2 juta selama 6 bulan yang kelak bermanfaat bagi ahli waris untuk melanjutkan rencana hidup bagi keluarga meski peserta asuransi (pencari nafkah) meninggal dunia. Inisiatif ini menjadi wujud komitmen Allianz Syariah yang harapannya selain mendapatkan perlindungan kelas dunia, masyarakat juga dapat semakin mengenal konsep asuransi secara langsung dengan berpartisipasi sebagai peserta asuransi syariah.
“Dengan menggandeng berbagai komunitas lokal, Allianz Syariah berharap dapat meningkatkan tingkat literasi dan penetrasi asuransi lewat penyediaan solusi keuangan yang inklusif, yang juga mendepankan nilai-nilai yang kami anut yaitu Universal, Trustworthy, Security, Fairness, dan Collaborative,” kata Permana.
Allianz sadar betul bahwa untuk meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat di Indonesia membutuhkan waktu. Karenanya, perusahaan ini terus melakukan edukasi di semua level generasi dan strata ekonomi. Allianz Indonesia memiliki komitmen kuat untuk menjadi perusahaan yang tak sekadar menjual produk asuransi, tetapi juga menjadi payung besar untuk melindungi semua level generasi.
(fjo)