Daftar 10 Kota Termahal di Dunia, dari Singapura hingga Paris

JAKARTA - Survei biaya hidup di seluruh dunia setengah tahunan dari Economist Intelligence Unit menunjukkan harga-harga naik rata-rata 7,4% dalam mata uang lokal selama setahun terakhir di kota-kota besar dunia . Hal itu disebabkan gangguan rantai pasok dan suku bunga telah meningkat.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Thinkadvisor antara 14 Agustus dan 11 September, terdiri dari lebih dari 50.000 harga pada sekitar 200 produk dan layanan tertentu.

Para ekonom EIU mengonversi data harga ke dalam mata uang utama (dolar AS), menggunakan nilai tukar yang berlaku dan pembobotan untuk mencapai indeks komparatif. Untuk keperluan laporan terbaru, mereka membandingkan semua kota dengan kota dasar, New York, yang memiliki skor indeks 100.

Dari 10 kategori dalam indeks harga EIU, harga utilitas naik paling lambat selama setahun terakhir, karena dampak dari invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 berkurang. Namun, harga bahan makanan terus meningkat tajam.



Beberapa kota di Eropa Barat terdorong ke puncak peringkat kota termahal di dunia versi EIU karena inflasi yang tinggi pada bahan makanan, pakaian, dan perawatan pribadi, serta apresiasi euro dan mata uang lokal lainnya.

Kota-kota di Meksiko, Santiago de Querétaro dan Aguascalientes, merupakan kota-kota yang mengalami kenaikan peringkat terbesar, masing-masing naik 10 poin, karena nilai tukar peso menguat terhadap dolar AS yang didukung oleh kenaikan suku bunga dan kuatnya investasi ke dalam negeri.

Kota-kota di China mengalami penurunan peringkat, dengan empat kota masuk dalam daftar penurunan terbesar menurut EIU di tengah lambatnya pemulihan ekonomi pasca pandemi, permintaan konsumen yang lemah, dan depresiasi mata uang Nanjing dan Wuxi masing-masing turun 31 poin, dan Beijing dan Dailan masing-masing turun 26 poin.



Kota-kota di Rusia, Moskow dan Sankt Peterburg, mengalami penurunan peringkat terbesar karena sanksi yang melemahkan mata uang rubel, turun 49 dan 45 poin.