Standar Baru Stasiun Kereta Api

Minggu, 07 Januari 2018 - 07:59 WIB
Standar Baru Stasiun Kereta Api
Standar Baru Stasiun Kereta Api
A A A
JAKARTA - Kereta Api (KA) Bandara resmi beroperasi sejak 2 Januari lalu. Dengan beroperasinya jalur KA baru ini, masyarakat bisa pula menikmati Stasiun Sudirman Baru atau BNI City.

Kehadiran stasiun baru ini memicu rasa penasaran karena disebutsebut menghadirkan pengalaman yang tidak bisa dirasakan di stasiun KA yang sudah ada. Dari sisi desain dan fasilitas yang disediakan, Stasiun Sudirman Baru menghadirkan standar baru stasiun KA di Tanah Air.

Hal ini karena stasiun tersebut dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan kenyamanan kepada penumpang dan canggih. Interior Stasiun Sudirman Baru tak ubahnya bandara-bandara baru di Tanah Air. Kenyamanan didukung dengan keberadaan taman-taman, ruang tunggu nyaman-termasuk waiting lounge-, kafetaria, dan desain stasiun yang mendukung terwujudnya kenyamanan.

Adapun perihal kecanggihan misalnya terlihat pada penggunaan mesin tran saksi tiket otomatis (vending machine), penggunaan listrik hemat energi, adanya banyak lift, dan tersedianya mesin check-in penerbangan mandiri. Senior Manager PT KAI Agus Komarudin menjelaskan, Stasiun Sudirman Baru merupakan standar baru stasiun KA.

Menurut dia, pembangun an stasiun berkonsep green building ini merupakan konsep terbaru PT Kereta Api Indo nesia (KAI) dalam pembangunan di beberapa stasiun. “Itu sengaja kami buat. Stasiun jadi lebih modern, sengaja dibuat green agar mengurangi operasional,” ujar Agus kepada KORAN SINDO.

Berdasar pantauan, berbeda dengan stasiun pada umumnya yang lebih berkonsep terbuka, Stasiun Sudirman Baru justru tertutup. Tiga lantai kantor stasiun dibuat sangat tertutup, nyaris angin tak bisa masuk. Kecuali pada lantai bawah yang digunakan sebagai peron kereta. Kendati tertutup, hal ini tidak mengurangi kenyamanan dan pencahayaan ruangan stasiun.

Stasiun terlihat begitu terang lantaran nyaris tidak ditemukan tembok-tembok. Penerangan pun dimaksimalkan menggunakan cahaya matahari dengan konsep jendela lebih besar seperti layaknya bandara udara baru yang ada di Indonesia. Selain memaksimalkan penerangan, konsep ini jelas menghemat dan meminimalkan ongkos perawatan.

Konsep stasiun ini juga ramah, termasuk untuk kelompok difabel dan ramah lingkungan. Memasuki lantai dasar, penumpang, khususnya penyandang disabilitas, akan dimanja dengan eskalator yang men datar sehingga kursi roda akan bisa digunakan pada eskalator ini. Kaum difabel juga mendapat keistimewaan saat melakukan transaksi tiket.

Memasuki lantai dua, barisan taman-taman di sekitar stasiun membuat suanasa Stasiun Sudirman Baru begitu sejuk. Keberadaan sejumlah taman di sejumlah titik, termasuk di waiting room, membuat calon penumpang seolah tengah bersantai di taman kota. Terlebih interior stasiun terasa sangat lapang karena memilik atap yang tinggi, sekitar 20 meter.

Stasiun Sudirman Baru juga serbacanggih. Berbeda dengan stasiun yang masih menggunakan loket, stasiun ini hanya menggunakan vanding machine. Mesin ini terdapat pada lantai 2 dan 3 di sisi kanan dan kiri. Begitu membeli tiket, penumpang kemudian bisa langsung masuk menggunakan pintu otomatis dan diarahkan ke peron menggunakan eskalator dan lift.

Upaya mewujudkan kenyamanan KA di Stasiun Sudirman Baru ini mendapat dukungan dari BNI sehingga PT KAI dan PT Railink menyetujui pemberian hak penggunaan nama (naming right) menjadi Stasiun BNI City.

“Seluruh fasilitas yang kami siapkan itu kami persembahkan untuk Jakarta dan warga pengguna KA Bandara serta sebagai bentuk kontribusi kami dalam mendukung percepatan pembangunan sarana dan prasarana penting bagi masyarakat,” ujar Direktur BNI Achmad Baiquni beberapa waktu lalu.

Salah satu langkah yang dilakukan BNI adalah mengoptimal kan ruang terbuka hijau (RTH) di area Stasiun BNI City, yaitu dengan menanam ratusan pohon untuk meneduhkan dan memperindah kawasan Stasiun BNI City dan sekitarnya. Dengan demikian Stasiun BNI City tidak hanya menjadi cityrailwaystation (CRS) yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern, tetapi juga lebih hijau.

Untuk diketahui, dukungan BNI dalam sindikasi pembiayaan proyek KA Bandara bersama 3 bank lain mengambil porsi pembiayaan dari BNI Rp515,27 miliar (25% dari total kredit sindikasi kepada PT KAI & PT Railink). Kredit sindikasi ini terdiri atas fasilitas kredit investasi (KI) kepada PT KAI sebesar Rp362,27 miliar dan fasilitas KI kepada PT Railink sebesar Rp153 miliar.

Pemberian nama Stasiun BNI City ini merupakan salah satu langkah yang telah disiapkan BNI bekerja sama dengan BUMN lain untuk memaksimalkan kawasan Dukuh Atas se bagai kawasan yang menjadi daerah transit oriented develo p ment (TOD) terbesar di Jakarta.

Langkah ini sangat tepat mengingat jarak Stasiun BNI City ke Gedung Kantor Pusat BNI tidak terpaut jauh, sekitar 300 meter. Dengan demikian, keberadaan Stasiun BNI City menjadi lebih bermakna karena menjadi gedung tinggi pertama yang dibangun di kawasan Dukuh Atas (Kantor Pusat BNI di Jalan Jenderal Sudirman No 1) dan BNI merupakan bank pertama yang didirikan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan RI.

Selain itu kekuatan b randing akan menjadi semakin optimal bagi BNI karena kawasan tersebut dikelilingi nama BNI, yaitu Kantor Pusat BNI, Stasiun BNI City, dan salah satu ikon Jakarta: Gedung Wisma BNI. Pengamat marketing Yuswohady menilai keputusan BNI menggunakan brand BNI City sangat tepat.

Lokasinya persis untuk penumpang sehingga bisa melihat langsung kantor BNI. Namun kekuatan terbesarnya adalah KA Bandara tersebut yang sangat istimewa. Hal ini mengingat keberadaannya yang pertama sehingga menghasilkan berita yang viral di dunia maya.

“Karena ini kereta perdana di Jakarta, maka bisa menghasilkan daya viral yang bergaung positif di media sosial. Keputusannya tepat sekali untuk brand value karena dibicarakan orang banyak. Ada kedalaman dalam brand BNI nantinya,” ujar Yuswohady di Jakarta.

Seperti diketahui, KA Bandara yang diresmikan Presiden RI resmi beroperasi dengan jumlah 82 perjalanan per hari dengan kapasitas penumpang 33.000 penumpang terdiri atas 10 trainset dengan jumlah 12 rangkaian kereta. Setiap rangkaian kereta memiliki 42 kursi penumpang.

Adapun tarif yang dikenakan Rp70.000. Sebelumnya pengoperasian hanya dilakukan sebanyak 42 perjalanan per hari sejak soft operation diluncurkan pada 27 Desember 2017. PT Railink selaku operator KA Bandara menyatakan peng operasian sebanyak 82 perjalanan per hari KA Bandara berimbas pada berkurangnya jumlah perjalanan KRL lintas Tangerang-Duri dari 90 perjalanan menjadi 73 perjalanan per harinya.

Namun itu adalah konsekuensi akibat keterbatasan jalur rel yang dibangun. Untuk perjalanan KA Bandara sendiri baru bisa menyinggahi atau mengangkut penumpang di tiga stasiun. Tiga stasiun tersebut adalah Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Batu Ceper, dan Stasiun Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Tiap persinggahan berjeda 15 menit hingga 30 menit di jam-jam sibuk. Sementara rute atau jalur yang dilewati KA Bandara meliputi Stasiun Manggarai-Stasiun Sudirman Baru-Stasiun Duri-Stasiun Batu Ceper-Stasiun Bandara, begitu pun sebaliknya. (Yan Yusuf/Ichsan Amin/ Hafid Fuad)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4482 seconds (0.1#10.140)