11 Emiten Cetak Pertumbuhan Laba 1.000% dalam Lima Tahun

Jum'at, 26 Januari 2018 - 00:05 WIB
11 Emiten Cetak Pertumbuhan Laba 1.000% dalam Lima Tahun
11 Emiten Cetak Pertumbuhan Laba 1.000% dalam Lima Tahun
A A A
JAKARTA - Pasar modal Indonesia memiliki 11 emiten dengan pertumbuhan laba di atas 1.000% selama lima tahun terakhir. Biro Riset Infobank mengumumkan terdapat 128 perusahaan go public non-keuangan dan non-BUMN yang berhasil tumbuh positif dalam lima tahun terakhir, dari tahun 2012 hingga 2016 dengan raihan laba double digit.

Direktur Biro Riset Infobank Eko B. Supriyanto menerangkan, 128 emiten dengan pertumbuhan spektakuler tersebut merupakan hasil kajian Biro Riset Infobank (birI) terhadap 355 emiten dari total 537 emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari 355 perusahaan yang dikaji, ada 105 perusahaan yang rapor labanya memerah per Desember 2016, sehingga gugur di kajian awal.

Sedangkan dari 250 perusahaan yang melewati kajian lanjut, tersaring 128 perusahaan dengan catatan pertumbuhan tercepat sesuai metodologi yang digunakan Infobank. “Ke-128 emiten ini berhasil mencatatkan pertumbuhan tercepat dalam lima tahun terakhir dengan pertumbuhan laba double digit,” ujar Eko di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (25/1).

Infobank memberikan awards kepada 100 emiten dengan pertumbuhan tercepat. Ke-100 emiten ini dibagi dalam delapan kategori berdasarkan sektor, yakni (1) sektor pertanian, (2) sektor pertambangan, (3) sektor industri dasar dan kimia, (4) sektor aneka industri, (5) sektor industri barang konsumsi, (6) sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan, (7) sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, serta (8) sektor perdagangan, jasa-jasa, dan investasi.

“Mereka berhasil tumbuh dengan mencetak laba positif di tengah tekanan kelesuan ekonomi, pesimisme mikro, dan gempuran disruption adalah prestasi yang layak diapresiasi,” terangnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan hasil kajian tersebut menunjukkan pertumbuhan selama lima tahun itu bukti keberhasilan manajemen dalam melakukan transformasi. Mereka terus melakukan inovasi dengan mengubah cara berjualan dan meninggalkan cara-cara lama, menghadirkan produk-produk baru, serta menyasar klien-klien baru. “Perusahaan juga harus melakukan efisiensi untuk bisa mengikuti persaingan. Perusahaan yang tidak efisien akan hancur dari dalam, selain karena persaingan,” terang Eko.

Hasil riset juga merekomendasikan, ada empat pendekatan yang bisa dilakukan emiten agar bisa survive, sustain, dan growth. Pertama, perusahaan harus melakukan sharing, bekerja sama atau berdamai dengan teknologi. “Fintech (financial technology) bukan musuh. Mereka harus digandeng,” sarannya.

Kedua, perusahaan harus mulai menggunakan data analitik. Dengan data analitik ini, rencana perusahaan ke depan lebih jelas melihat target yang akan dicapai dan strategi pencapaiannya. Ketiga, perusahaan harus focus on customer. “Perusahaan harus selalu berpikir apa yang saat ini dibutuhkan oleh customer, bukan memaksa customer untuk memahami produk yang kita buat,” ujarnya.

Keempat, perusahaan harus menggunakan media digital untuk komunikasi dan branding value. Era media sosial (medsos) harus benar-benar dimanfaatkan untuk jejaring komukasi secara efektif dan efisien.

“Kalau perusahaan tidak bisa menyesuaikan diri dengan empat pendekatan tersebut, jangan kaget kalau suatu saat nanti akan menjadi ‘dinosaurus’. Belajar dari dinosaur phenomenon, untuk bisa bertahan tidak cukup mengandalkan nama besar dan kekuatan permodalan, tapi juga harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang telah berubah,” paparnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5770 seconds (0.1#10.140)