Menjaga dan Melestarikan Tradisi Berbagi di Perusahaan

Kamis, 22 Februari 2018 - 12:47 WIB
Menjaga dan Melestarikan Tradisi Berbagi di Perusahaan
Menjaga dan Melestarikan Tradisi Berbagi di Perusahaan
A A A
INDUSTRI jasa pengiriman, ekspres, dan logistik di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir kian menggeliat. Faktor pendukungnya mulai dari tren belanja online atau e-commerce, pembangunan infrastruktur, hingga bisnis maskapai penerbangan yang semakin ramai.

Sebagai salah satu pemain senior di bisnis jasa pengiriman dan pendistribusian, JNE tak mau kalah saing dengan pemain baru. Berbagai inovasi dilakukan mulai dari kemitraan dengan ribuan agen dan pemain belanja online, perluasan usaha, hingga pembangunan mega hub dengan sistem automasi. Di sisi lain, perusahaan yang berdiri sejak 1990 ini juga tetap melestarikan budaya positif, seperti umrah bagi karyawan dan menyantuni anak yatim.

Menurut Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi, pendekatan kerohanian itu ternyata juga meningkatkan loyalitas dan produktivitas karyawan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang visi, target, dan budaya di JNE, berikut petikan wawancara KORAN SINDO dengan Mohamad Feriadi.

Sedikit kilas balik, bagaimana tantangan dan kinerja JNE di bisnis jasa pengiriman tahun lalu?
Tantangan tahun lalu tidak hanya eksternal, tapi juga internal, seperti tren teknologi yang berkembang pesat. Tahun lalu, kami sudah membangun pusat data atau teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tapi kami masih harus terus kembangkan. Kami punya middleware atau software yang menghubungkan beberapa sistem. Alat ini ingin kami maksimalkan. Kami ingin bangun infrastruktur, TIK, dan sumber daya manusia (SDM).

Seberapa ketat kompetisi di bis nis kurir dan lo gistik saat ini, lalu bagaimana stra tegi JNE untuk memenangi persaingan?
Pemain di industri ini sudah semakin banyak. Oleh karenanya, perusahaan ini juga dituntut melakukan peningkatan dalam kapasitas dan kapabilitas. Salah satu rencana besar kami pada 2018 ini adalah membangun mega hub di Cengkareng. Persiapannya semakin matang karena lahan seluas 40.000 meter persegi sudah tersedia. Kami juga aktif mengunjungi vendor untuk melakukan cek operasional alat sehingga akhir 2019 diharapkan bisa beroperasi.

Apa dampak dari keberadaan sarana terbaru itu terhadap operasional JNE?
Kondisi saat ini memang operasionalnya masih banyak dikerjakan dengan proses manual. Tapi, nanti dengan proses automation akan banyak perubahan signifikan. Mayoritas operasional akan dilakukan dengan mesin. Bayangkan kemampuan yang ditawarkan oleh mesin tersebut. Kami yakin bakal menjadi yang pertama melakukannya di Indonesia. Kemampuan alat tersebut melakukan sortir mencapai 60.000 kiriman per jam. Sementara saat ini jumlah kiriman yang masuk hampir 19 juta kiriman per bulan. Kecepatan tentu akan bertambah dan akurasi meningkat dibandingkan yang manual. Semoga strategi ini bisa menjawab kebutuhan JNE di masa depan.

Berapa nilai investasinya?

Kami belum dapat menginformasikan karena berbagai proses masih terus berjalan. Vendor peralatannya juga belum final. Ada kandidat dari Amerika Serikat, Korea, China, Eropa, dan Malaysia. Kami masih harus teliti lagi bagaimana contoh kinerja mesin yang sudah beroperasi. Ini demi menambah keyakinan kami. Impian kami dengan benchmark yang teruji seperti yang digunakan China Post atau Alibaba di China. Survei berikutnya ke Malaysia.

Apa pertimbangan JNE dalam melakukan ekspansi?
Kapasitas produksi kami saat ini sudah di atas 90% sehingga mesin sudah terlalu panas. Tentu ini tidak baik terutama dalam pelayanan pada momentum spesial. Momen besar tidak hanya saat Lebaran namun juga Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang bisa mendongkrak pengiriman hingga 200%. Dari normalnya 600.000 per hari, bisa menjadi satu juta per hari saat Harbolnas. Ini kami lihat berbeda, karena dulu hanya melihat Lebaran. Sekarang momen Harbolnas dan Hari Bebas Ongkos Kirim (Harbokir) bisa mengalahkan momen Lebaran.

Untuk perluasan jaringan ke luar negeri bagaimana?
Pengiriman luar negeri belum bisa dilakukan sendiri sehingga kami harus bekerja sama dengan mitra. Mitra kami bukan pemain Big 4 yang terkenal itu. Skala internasional kami memang belum sebaik domestik. Namun, dengan tren e-commerce ada harapan dan potensi untuk ekspansi ke luar.

Saat ini model bisnis dari JNE sendiri seperti apa?
Model bisnis kami yang utama justru di segmen ritel dibandingkan dengan korporasi. Dulu tumpuannya banyak melalui moda transportasi udara, tapi sekarang ada JNE Trucking yang perkembangannya baik. Sumber pemasukan dari pick up dan delivery yang lebih banyak dilakukan maskapai udara. Segmen ritel dan ekspres menjadi kontributor terbesar bagi JNE, sekitar 60% dari seluruh lini bisnis.

Apakah hal itu juga sebagai dampak tren belanja online atau e-commerce?
Salah satunya memang dipicu e-commerce yang sedang tumbuh sehingga peningkatan kiriman juga terasa sangat tinggi dan ini akan mendukung bisnis JNE. Untuk kiriman dokumen memang menurun karena digantikan aplikasi di internet, tapi untuk kurir masih akan terus dibutuhkan. Oleh karena itu, bisnis kami masih sangat diperlukan untuk jasa kurir dan logistik.

Seperti apa peningkatan jumlah kiriman dalam lima tahun terakhir sebagai dampak dari tren e-commerce?
Selama enam tahun terakhir atau sejak 2010, di mana e-commerce mulai berkembang di Tanah Air, jumlah transaksi pengiriman JNE meningkat konsisten sekitar 30% per tahun. Berawal dari mulai maraknya jual-beli online di forum-forum di internet sampai dengan kemunculan beragam online market place seperti saat ini.

Bagaimana Bapak melihat potensi di 2018?
Kami merasakan pertumbuhan bisnis di atas 30% terus, sedangkan kinerja industri di bawah itu. Hal ini yang dalam lima tahun terakhir kami dirasakan. Pada 2018 rasanya kami masih akan melihat hal yang sama karena prediksi untuk penetrasi baru sekitar 2% atau kurang. Sekarang kami banyak bermitra dengan e-commerce, baik level korporasi, seperti Lazada atau Blibli, juga marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Jaringan JNE tersebar di banyak daerah di Indonesia, kota mana yang kontribusinya tertinggi?
Kontribusi Jabodetabek masih 55% dan sisanya 45% daerah secara keseluruhan. Untuk agen kami sudah ada di 6.000 titik dan sekitar 600 di antaranya di Jabodetabek. Untuk pangsa pasar JNE sendiri, kami menguasai sekitar 22% pasar di Indonesia.

Bagaimana dengan perkembangan layanan Pesanan Oleh-Oleh Nusantara (Pesona) JNE?
Pesona adalah program yang dijalankan dengan semangat untuk mendorong kemajuan usaha kecil dan menengah (UKM) dengan memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki JNE. Harapannya, Pesona dapat menjadi wadah bagi produk-produk khas asal daerah di seluruh Nusantara untuk memperluas pangsa pasar. Ada 2000 mitra UKM dan 6.000 varian produk dari berbagai daerah. Rata-rata pengiriman Pesona setiap bulannya lebih dari 3.000 paket.

Bicara leadership, prinsip atau gaya kepemimpinan seperti apa yang Bapak terapkan di perusahaan?
Saya ingin menjadi pemimpin yang tidak berjarak, istilahnya tidak ada dusta di antara kita. Pemimpin yang memberikan contoh. Tidak sekedar ngomong, tapi ada buktinya sehingga bisa dicontoh. Saya juga menggunakan pendekatan agama, misalnya yang selalu dikenalkan acara sosial santunan untuk anak yatim. Sejak memimpin mulai 2015, saya jaga tradisi seperti mengumrahkan karyawan, sedekah beras, dan program lainnya. Dampak nya, loyalitas dan produktivitas karyawan meningkat. Kami punya hampir 19.000 pekerja full time dan kalau digabung dengan pekerja lepas bisa mencapai 50.000 orang.

Bagaimana cara membangun komunikasi atau kekompakan dengan karyawan?
Ada banyak cara. Kami mendukung karyawan menekuni hobinya. Olahraga juga bisa membangun kekompakan. Agar lebih semangat, hari Senin dress code kami pakaian kasual. Tidak masalah yang penting rapi.

Apa tantangan yang Bapak rasakan selama berkiprah di bisnis ini?

Bisnis ini tantangannya dalam mengelola manusia. Kuncinya komunikasi. Kita harus rajin berinteraksi dan berdiskusi. Maka itu, saya tidak mau ada gap atau jarak.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7902 seconds (0.1#10.140)