Ganjar Bakal Hapus Cucu hingga Cicit BUMN Jika Menang Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Calon Presiden Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo memaparkan rencananya apabila menang dalam Pemilu 2024 mendatang, salah satunya mengenai pemerataan proyek perusahaan BUMN dengan swasta.
Oleh karena itu, dirinya berkeinginan ketika kelak terpilih menjadi Presiden maka ia meminta agar BUMN sebatas memiliki anak usaha dan tidak dengan cucu-cicit usaha.
Demikian diungkapkannya lantaran menurut Ganjar, perusahaan pelat merah berperan sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam menggarap berbagai proyek. Utamanya, bagi proyek-proyek yang butuh insentif dari pemerintah
"BUMN itu masuk ketika yang lain belum siap masuk. Maka sebenarnya pioneering, BUMN itu pionir, nanti kalau sudah, ini seperti stimulan saja, kalau sudah, kita lepas. Kan sebenarnya negara gak mencari uang toh, (tugasnya) memfasilitasi negara itu," tegasnya dalam Dialog Capres bersama Kadin Indonesia, di Jakarta, Kamis (11/1/2024).
Pria yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah itu juga menekankan bahwa peran pemerintah melalui BUMN adalah untuk membangun tata kelola yang baik, hingga menstimulasi agar proyek yang digarap bisa menggerakkan ekonomi. Sebagai langkah lanjutan, dia pun melarang BUMN memiliki cucu atau cicit perusahaan agar porsi perusahaan swasta bisa masuk.
"Jadi kita memang to govern, mengelola, memanage, menstimulasi agar itu tumbuh. Maka kemudian kalau tadi ditanyakan, pak rasanya penting pak, BUMN kamu boleh punya anak perusahaan tapi tak boleh punya cucu, cicit, apalagi? eee ketawa lagi, eee korban-korban lagi sebelah kanan saya ini, betul ya?," tuturnya.
"Maka begitu bicara monopoli, saya coba memahami, memutar otak saya, ini kayaknya yang kayaknya BUMN punya cucu, punya anak, punya cucu, punya cicit, cagak, gantung Siwur kalau kata orang di jawa itu, rame banyak, akhirnya swasta tidak punya peran," lanjut Ganjar.
Ia juga menilai, saat ini porsi proyek di Indonesia perlu dibagi antara perusahaan pelat merah dengan perusahaan swasta. Misalnya, pada proyek yang sudah menunjukkan keuntungan maka kemudian bisa dialihkan ke swasta.
"Dibagi mana yang sudah bisa, kalau memang kemudian swasta sudah bisa muncul jangan-jangan memang BUMN-nya sudah tidak kita perlukan lagi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Ganjar juga mengaku telah mengantongi data perusahaan-perusahaan yang telah bekerja sama dengan BUMN tapi belum mendapatkan bayaran.
"Hari ini saya kumpulin data pak, berapa kemudian suplier itu mitra2 yang tidak terbayar, malu dong, kalau kita punya perusahaan pelat merah gak bayar, malu, gitu lah kira-kira. Ini kok ngangguk semua ini, ini kayaknya korban-korban lagi ini," pungkasnya.
Oleh karena itu, dirinya berkeinginan ketika kelak terpilih menjadi Presiden maka ia meminta agar BUMN sebatas memiliki anak usaha dan tidak dengan cucu-cicit usaha.
Demikian diungkapkannya lantaran menurut Ganjar, perusahaan pelat merah berperan sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam menggarap berbagai proyek. Utamanya, bagi proyek-proyek yang butuh insentif dari pemerintah
"BUMN itu masuk ketika yang lain belum siap masuk. Maka sebenarnya pioneering, BUMN itu pionir, nanti kalau sudah, ini seperti stimulan saja, kalau sudah, kita lepas. Kan sebenarnya negara gak mencari uang toh, (tugasnya) memfasilitasi negara itu," tegasnya dalam Dialog Capres bersama Kadin Indonesia, di Jakarta, Kamis (11/1/2024).
Pria yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah itu juga menekankan bahwa peran pemerintah melalui BUMN adalah untuk membangun tata kelola yang baik, hingga menstimulasi agar proyek yang digarap bisa menggerakkan ekonomi. Sebagai langkah lanjutan, dia pun melarang BUMN memiliki cucu atau cicit perusahaan agar porsi perusahaan swasta bisa masuk.
"Jadi kita memang to govern, mengelola, memanage, menstimulasi agar itu tumbuh. Maka kemudian kalau tadi ditanyakan, pak rasanya penting pak, BUMN kamu boleh punya anak perusahaan tapi tak boleh punya cucu, cicit, apalagi? eee ketawa lagi, eee korban-korban lagi sebelah kanan saya ini, betul ya?," tuturnya.
"Maka begitu bicara monopoli, saya coba memahami, memutar otak saya, ini kayaknya yang kayaknya BUMN punya cucu, punya anak, punya cucu, punya cicit, cagak, gantung Siwur kalau kata orang di jawa itu, rame banyak, akhirnya swasta tidak punya peran," lanjut Ganjar.
Ia juga menilai, saat ini porsi proyek di Indonesia perlu dibagi antara perusahaan pelat merah dengan perusahaan swasta. Misalnya, pada proyek yang sudah menunjukkan keuntungan maka kemudian bisa dialihkan ke swasta.
"Dibagi mana yang sudah bisa, kalau memang kemudian swasta sudah bisa muncul jangan-jangan memang BUMN-nya sudah tidak kita perlukan lagi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Ganjar juga mengaku telah mengantongi data perusahaan-perusahaan yang telah bekerja sama dengan BUMN tapi belum mendapatkan bayaran.
"Hari ini saya kumpulin data pak, berapa kemudian suplier itu mitra2 yang tidak terbayar, malu dong, kalau kita punya perusahaan pelat merah gak bayar, malu, gitu lah kira-kira. Ini kok ngangguk semua ini, ini kayaknya korban-korban lagi ini," pungkasnya.
(nng)