Pekan Ini IHSG Berpotensi Lanjutkan Tren Penguatan

Senin, 16 April 2018 - 18:00 WIB
Pekan Ini IHSG Berpotensi Lanjutkan Tren Penguatan
Pekan Ini IHSG Berpotensi Lanjutkan Tren Penguatan
A A A
PERGERAKAN Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diprediksi dapat melanjutkan tren penguatan pekan lalu. Sepanjang pekan lalu dari tangal 9 hingga 13 April 2018, IHSG menguat 1,54% ke level 6.270,32 poin dari level 6.175,05 poin pada penutupan akhir pekan sebelumnya.

Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta mengatakan pekan ini diprediksi IHSG masih berpotensi menguat. Secara teknikal, terlihat ada pola mengindikasikan adanya potensi bullish continuation. "IHSG memiliki range 6.160 hingga 6.425 yang berarti ada kesempatan untuk naik," ujar Aji saat dihubungi, Minggu (15/4/2018).

Dia menjelaskan, ada sentimen positif setelah lembaga pemeringkat Moody's menaikkan rating surat utang Indonesia dari level positif ke stabil. Hal ini diyakini akan menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG. "Selain itu, juga akan ada data neraca perdagangan serta keputusan BI dalam menentukan 7DRR yang juga diharapkan akan memberikan sentimen positif bagi IHSG," ujarnya.

Dia juga meminta pelaku pasar mewaspadai sentimen dari luar negeri, terutama terkait serangan unilateral AS (precision missile strikes) pada Suriah. Aksi tersebut didukung juga oleh para sekutu, seperti Inggris dan Prancis, untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad.

"Kita tinggal perlu mencermati bagaimana respons dari pihak Rusia dan Iran karena keduanya memiliki pengaruh kuat di Suriah. Ketegangan di kawasan Timur Tengah kerap akan menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat internasional. Selain itu, data penjualan ritel AS dan data GDP China serta perang dagang antara AS dengan China juga perlu diperhatikan oleh para pelaku pasar," ujarnya.

Sementara itu, Equity Analyst dari PT BNI Sekuritas Dessy Lapagu mengatakan, IHSG sepanjang pekan cenderung menguat. Indeks diperkirakan akan bergerak pada rentang 6.172-6.374. Sentimen positif akan datang dari rilis data perekonomian Indonesia pekan depan, yaitu Neraca Perdagangan serta Laporan Ekspor-Impor. "Sementara dari sisi tingkat suku bunga 7DRR dari BI diperkirakan masih akan dipertahankan pada level 4,25%," ujar Dessy, Minggu (15/4/2018).

Untuk isu geopolitik seperti Suriah kemungkinan besar akan memengaruhi investor di AS terlebih dahulu dengan asumsi ada tindakan lebih lanjut terhadap serangan terhadap Suriah. "Sementara pasar regional dan IHSG kemungkinan akan terpengaruh dalam skala kecil. Karena isu domestik di pekan depan justru yang akan lebih dominan terhadap investor," ujarnya.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan performa IHSG membuat nilai kapitalisasi pasar di bursa akhir pekan ini ikut ditutup positif sebesar 1,59% menjadi Rp6.979,66 triliun dari Rp6.870,15 triliun pada sepekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian saham di BEI selama sepekan terakhir juga mengalami peningkatan 16,55% menjadi Rp6,90 triliun dari Rp5,92 triliun sepekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian saham di BEI pada pekan ini juga naik 12,89% menjadi 9,28 miliar unit saham dari 8,22 miliar unit saham sepekan sebelumnya.

Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian saham di BEI pada pekan ini juga naik 8,24 % menjadi 383,71 ribu kali transaksi dari 354,48 ribu kali transaksi pada pekan sebelumnya. Kenaikan satu level peringkat utang Indonesia menjadi stabil dari sebelumnya positif oleh lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service jelang akhir pekan ini, diharapkan akan semakin memberikan tren positif baik kepada pasar modal Indonesia pada khususnya maupun terhadap perekonomian domestik serta kepercayaan investor akan investasi di Indonesia.

Seperti yang dikatakan dalam risetnya, Moody's menyatakan, dinaikkan level peringkat utang Indonesia disebabkan kerangka kebijakan pemerintah dinilai mengalami peningkatan kredibilitas dan efektivitasnya yang kondusif terhadap stabilitas makroekonomi. Moody's juga menyatakan, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang hati-hati serta pembuatan penyangga keuangan menguatkan keyakinan lembaga pemeringkat itu terhadap ketahanan pemerintah Indonesia dan kapasitasnya untuk merespons guncangan.

Sepanjang pekan kemarin, investor asing kembali melakukan jual bersih dengan nilai Rp1,59 triliun. Dengan begitu, sepanjang tahun ini investor asing telah mengakumulasikan jual bersih senilai Rp26,48 triliun.

Head of Research BNI Sekuritas Norico Gaman memprediksi keluarnya investor asing membuat investor domestik jadi lebih dominan dibandingkan investor asing yang posisi kepemilikannya saat ini sekitar 49% sehingga volatilitas pasar saat ini lebih rendah. Keluarnya pemain asing disebabkan antisipasi mereka pada pelemahan rupiah pada USD. Karena itu, mereka lebih memilih melepaskan portofolio yang memiliki pendapatan berbasis rupiah.

"Ada kekhawatiran rupiah akan menuju Rp14 ribu sehingga mereka lebih memilih melepas portofolio yang memiliki basis pendapatan rupiah sebelum terjadi kerugian nilai tukar," ujar Norico beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, IHSG masih berpeluang mengalami pertumbuhan positif tahun 2018 di level 6.850. Hal tersebut seiring membaiknya pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun ini. "Kami melihat potensi ekonomi Indonesia di antara negara-negara berkembang relatif bagus, sekitar 5,3% tahun ini. Kami cukup positif terhadap prospek IHSG tahun ini secara moderat di 6.850," ujarnya.

Koreksi IHSG yang terjadi beberapa waktu terakhir, menurutnya, hanya karena persepsi global negatif terkait adanya potensi kenaikan suku bunga The Fed yang dinilai akan menyebabkan terjadi perpindahan dana global ke Amerika Serikat (AS) dan mendorong dolar AS menguat.

Selain itu, isu adanya perang dagang juga ikut memberikan sentimen negatif pada IHSG karena dinilai akan menghambat perdagangan dunia dan berdampak pada negara-negara emerging market. "Dengan kondisi itu, kita melihat sentimen negatif dari market global itu lebih dominan dibandingkan isu-isu dalam negeri," ujarnya.

Sejauh ini, katanya, kondisi makroekonomi Indonesia masih bagus dengan jumlah cadangan devisa relatif membaik dan rasio utang luar negeri terhadap GDP yang masih berada di bawah 30%. Laporan keuangan emiten pun selama 2017 rata-rata tumbuh 15%. "Pertumbuhan laba korporasi merefleksikan kepada ekonomi dan saham-saham emiten. Jadi kalau laba tumbuh, apresiasi sahamnya juga naik, dan itu merefleksikan IHSG," ujarnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7627 seconds (0.1#10.140)