Peredaran Uang di Indonesia pada Desember 2023 Tembus Rp8.824,7 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Desember 2023 tumbuh meningkat. Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, posisi M2 pada Desember 2023 tercatat sebesar Rp8.824,7 triliun atau tumbuh 3,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 3,3% (yoy).
"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 2,1% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,2% (yoy)," kata Erwin dalam keterangannya, Senin (22/1/2024).
Menurut Erwin, perkembangan M2 pada Desember 2023 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). Penyaluran kredit pada Desember 2023 tumbuh sebesar 10,3% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,7% (yoy).
Baca Juga: Uang Beredar di Indonesia Tembus Rp8.505 Triliun Per Oktober 2023
Sementara itu, tagihan bersih kepada Pempus terkontraksi sebesar 6,5% (yoy), setelah terkontraksi sebesar 15,0% (yoy) pada November 2023. Aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 3,6% (yoy), setelah tumbuh sebesar 0,3% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada November tahun lalu mengungkapkan bahwa uang yang beredar di Indonesia saat ini semakin jarang atau kering. Pandangan itu diungkapkannya setelah mendengarkan keluhan dari dari pelaku usaha terkait makin sedikitnya peredaran uang di Indonesia.
"Saya mendengar dari banyak pelaku usaha, kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku pelaku," katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (29/11/2023).
Jokowi menduga bahwa keringnya peredaran uang di Indonesia disebabkan lantaran banyak yang membeli Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI, atau SVBI. "Sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang," katanya.
Tidak hanya itu, Jokowi juga menyebutkan bahwa realisasi belanja baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah masih sedikit. Padahal dalam hitungan minggu sudah pergantian tahun.
"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 2,1% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,2% (yoy)," kata Erwin dalam keterangannya, Senin (22/1/2024).
Menurut Erwin, perkembangan M2 pada Desember 2023 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). Penyaluran kredit pada Desember 2023 tumbuh sebesar 10,3% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,7% (yoy).
Baca Juga: Uang Beredar di Indonesia Tembus Rp8.505 Triliun Per Oktober 2023
Sementara itu, tagihan bersih kepada Pempus terkontraksi sebesar 6,5% (yoy), setelah terkontraksi sebesar 15,0% (yoy) pada November 2023. Aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 3,6% (yoy), setelah tumbuh sebesar 0,3% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada November tahun lalu mengungkapkan bahwa uang yang beredar di Indonesia saat ini semakin jarang atau kering. Pandangan itu diungkapkannya setelah mendengarkan keluhan dari dari pelaku usaha terkait makin sedikitnya peredaran uang di Indonesia.
"Saya mendengar dari banyak pelaku usaha, kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku pelaku," katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (29/11/2023).
Jokowi menduga bahwa keringnya peredaran uang di Indonesia disebabkan lantaran banyak yang membeli Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI, atau SVBI. "Sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang," katanya.
Tidak hanya itu, Jokowi juga menyebutkan bahwa realisasi belanja baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah masih sedikit. Padahal dalam hitungan minggu sudah pergantian tahun.
(akr)