Harga Minyak Naik Dipicu Isu Suplai Venezuela dan Iran

Selasa, 22 Mei 2018 - 10:32 WIB
Harga Minyak Naik Dipicu Isu Suplai Venezuela dan Iran
Harga Minyak Naik Dipicu Isu Suplai Venezuela dan Iran
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah merangkak naik pada perdagangan hari ini, dipicu kekhawatiran bahwa produksi dari Venezuela bisa turun lebih lanjut menyusul sengketa pemilihan presiden, serta potensi sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran.

Seperti diketahui, AS mempertegas sikapnya terhadap Iran dengan membuat daftar tuntutan kepada Negeri Mullah tersebut. Langkah itu dinilai akan dapat semakin mengekang ekspor minyak mentah dari Iran dan memicu meningkatnya harga minyak dunia.

Minyak mentah Brent berjangka kini berada di angka USD79,39 per barel, naik USD17 sen, atau 0,2% dari penutupan terakhir. Minyak Brent menembus angka USD80 per barel untuk pertama kalinya sejak November 2014 pada pekan lalu. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di level USD72,47 per barel, naik USD23 sen, atau 0,3%.

"(Inventori minyak) ketat dan AS mungkin akan memperketat sanksi terhadap Venezuela yang akan membuat situasi di Venezuela lebih buruk dan yang berarti kita dapat mengharapkan terus menurunnya produksi Venezuela," kata Manajer Risiko Minyak di Mitsubishi Corp di Tokyo Tony Nunan seperti dilansir Reuters, Selasa (22/5/2018).

"Dikombinasikan dengan harapan untuk turunnya produksi Iran karena AS menekan sekutu untuk mengurangi impor mereka, ini akan mendorong harga minyak mentah hingga USD80 per barel dan kami pikir itu bisa lebih tinggi," imbuhnya.

Presiden sosialis Venezuela, Nicolas Maduro, menghadapi kecaman internasional yang meluas setelah terpilih kembali akhir pekan lalu. AS secara aktif mempertimbangkan sanksi minyak terhadap Venezuela, di mana output telah turun hingga sepertiga dalam dua tahun ke yang terendah dalam beberapa dekade.

"Memperketat sanksi ekonomi akan sangat melumpuhkan kemampuan Venezuela untuk mengekspor, membuatnya hampir tidak mungkin bagi negara itu untuk memperoleh dolar," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik di broker berjangka OANDA di Singapura.

Sementara, kekhawatiran akan sanksi AS terhadap Iran akan mengekang ekspor minyak mentah negara itu juga telah meningkatkan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir. AS pada hari Senin (21/5) menuntut Iran melakukan perubahan besar - mulai dari menghentikan program nuklirnya hingga menarik diri dari perang saudara Suriah - atau menghadapi sanksi ekonomi yang berat dari pemerintahan Trump.

Hal ini diyakini bisa mengurangi ekspor minyak Iran hingga 200.000 barel per hari pada kuartal keempat.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6544 seconds (0.1#10.140)