Ekspor Nasional Harus Nontradisional, Biar Kecil yang Penting Jadi Raja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom sekaligus Rektor Universitas Trilogi Mudrajad Kuncoro mengatakan, bahwa Indonesia harus menyasar tujuan ekspor ke negara yang tidak banyak dilirik. Menurutnya hal ini bisa menjadi peluang mendongkrak ekspor.
"Jadi meski pasarnya kecil, tapi sebenarnya kita mendominasi. Di situ kita bisa menjadi raja, bahkan memonopoli," kata Mudrajad dalam diskusi secara virtual, Rabu (12/8/2020).
(Baca Juga: Jokowi Bisa Belajar dari Era Soeharto Saat RI Hampir Bangkrut, Ekspor Melesat )
Berdasarkan data paparannya, ekspor nontradisional tujuan Mongolia mengalami pertumbuhan cukup signifikan yang mencapai 450,29%. Selanjutnya ada Zimbabwe sebesar 353,73%, Afrika Tengah sebesar 315,9% serta Sao Tome & Principe 279,4%.
"Tumbuh 450 persen itu kan luar biasa, bahkan ada negara yang saya baru dengar namanya. Ini harus kita kembangkan" terangnya.
(Baca Juga: Indef Bingung, Strategi Perdagangan Indonesia Berorientasi Ekspor atau Impor? )
Sekedar informasi, saat ini ekspor Indonesia hanya terkonsentrasi ke sejumlah negara utama. Seperti China dengan porsi sebesar 17,71%, Amerika Serikat 11,86% dan Jepang 8,64%.
"Jadi meski pasarnya kecil, tapi sebenarnya kita mendominasi. Di situ kita bisa menjadi raja, bahkan memonopoli," kata Mudrajad dalam diskusi secara virtual, Rabu (12/8/2020).
(Baca Juga: Jokowi Bisa Belajar dari Era Soeharto Saat RI Hampir Bangkrut, Ekspor Melesat )
Berdasarkan data paparannya, ekspor nontradisional tujuan Mongolia mengalami pertumbuhan cukup signifikan yang mencapai 450,29%. Selanjutnya ada Zimbabwe sebesar 353,73%, Afrika Tengah sebesar 315,9% serta Sao Tome & Principe 279,4%.
"Tumbuh 450 persen itu kan luar biasa, bahkan ada negara yang saya baru dengar namanya. Ini harus kita kembangkan" terangnya.
(Baca Juga: Indef Bingung, Strategi Perdagangan Indonesia Berorientasi Ekspor atau Impor? )
Sekedar informasi, saat ini ekspor Indonesia hanya terkonsentrasi ke sejumlah negara utama. Seperti China dengan porsi sebesar 17,71%, Amerika Serikat 11,86% dan Jepang 8,64%.
(akr)