Negara Terkaya yang Sedang Berperang di Laut Merah, Ada Tetangga Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memburuknya situasi Timur Tengah di awal tahun ini bisa menjadi pertanda buruk bagi situasi perekonomian global. Milisi Houthi yang bermarkas di Yaman secara mengejutkan terlibat dalam konflik antara Israel dan Palestina.
Serangan yang dilakukan oleh kelompok milisi ini merupakan bentuk respons dukungan terhadap warga Gaza atas serangan Israel selama sekitar tiga bulan terakhir. Militer Houthi menyerang kapal-kapal asing pembawa barang yang melintas di Selat Bab al-Mandab .
Sebagai balasan dari aktivitas milisi Houthi dari Yaman di Laut Merah, militer AS dan Inggris dan sekutunya menggempur sejumlah titik di Yaman. Sebagai dampak dari eskalasi ketegangan di kawasan Laut Merah, berbagai perusahaan pengangkutan barang pun tak ingin ambil risiko. Beberapa perusahaan, seperti Mediterranean Shipping Company dan Maersk, telah mengalihkan jalur armada mereka.
Perusahaan-perusahaan mengarahkan kapal mereka jauh ke selatan melalui Tanjung Harapan Baik di Afrika Selatan. Bertambahnya jarak tempuh berimbas pada naiknya ongkos pengiriman. Jalur dagang yang membawa lebih dari USD1 triliun per tahun sudah dapat dipastikan akan terganggu dalam beberapa waktu ke depan.
Analisis dari S&P Global Market Intelligence menyatakan, 15% dari barang impor dan ekspor dari Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dikirim dari Asia melalui jalur laut. Barang yang dikirim melalui jalur ini pun sangat beragam, mulai dari barang elektronik, pakaian, pangan, hingga energi, termasuk olahan minyak dan minyak mentah.
Krisis yang terjadi ini akan memengaruhi perdagangan global. Terhambatnya arus perdagangan ini kemungkinan besar juga akan berdampak pada tingkat inflasi, terutama di kawasan Eropa, Amerika, dan Asia.
AS kemudian membentuk koalisi angkatan laut internasional, Operation Prosperity Guardian, yang bertujuan melindungi jalur menuju Terusan Suez. Jumlah kapal yang melintasi jalur Terusan Suez tidak sedikit.
Setidaknya, 17.000 kapal melintas di sepanjang Terusan Suez sampai Selat Bab al-Mandab. Jika dikalkulasi, tak kurang dari 12% perdagangan global melintas di jalur tersebut. Negara-negara dalam koalisi di antaranya, Inggris, Australia, Bahrain, Belgia, Kanada, Denmark, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Singapura dan Selandia Baru.
Berikut negara-negara kaya yang bergabung dalam koalisi AS berperang di Laut Merah di rangkum SINDOnews dari Wisevoter, Sabtu (3/2/2024).
1. Singapura
Singapura memiliki produk domestik bruto (Gross Domestic Product/GDP) per kapita sebesar USD72.794, menempatkan di peringkat tinggi sebagai negara dengan pendapatan rata-rata per individu yang tinggi. Singapura dikenal dengan ekonomi yang sangat terdiversifikasi.
Negara ini memiliki sektor keuangan yang kuat, industri manufaktur yang maju, serta menjadi pusat perdagangan dan logistik yang penting di kawasan Asia.
2. Amerika Serikat (AS)
Amerika Serikat memiliki GDP per kapita sebesar USD69.288, menunjukkan tingkat produksi barang dan jasa per individu yang tinggi. AS dikenal sebagai ekonomi terbesar di dunia.
Negara ini memiliki berbagai sektor ekonomi yang kuat, termasuk teknologi, keuangan, manufaktur, pertanian, dan layanan. Selain itu, New York City adalah pusat keuangan utama di AS, dan Wall Street menjadi simbol penting dari pasar keuangan global. AS menarik investasi dan bisnis internasional melalui pasar modal yang kuat.
3. Denmark
Denmark dengan GDP USD67.803 ini merupakan salah satu negara maju di Eropa yang memiliki ekonomi yang stabil dan kesejahteraan yang tinggi bagi penduduknya. Negara ini dikenal dengan sistem kesejahteraan sosial yang kuat, layanan kesehatan yang berkualitas, dan sistem pendidikan yang baik.
Serangan yang dilakukan oleh kelompok milisi ini merupakan bentuk respons dukungan terhadap warga Gaza atas serangan Israel selama sekitar tiga bulan terakhir. Militer Houthi menyerang kapal-kapal asing pembawa barang yang melintas di Selat Bab al-Mandab .
Sebagai balasan dari aktivitas milisi Houthi dari Yaman di Laut Merah, militer AS dan Inggris dan sekutunya menggempur sejumlah titik di Yaman. Sebagai dampak dari eskalasi ketegangan di kawasan Laut Merah, berbagai perusahaan pengangkutan barang pun tak ingin ambil risiko. Beberapa perusahaan, seperti Mediterranean Shipping Company dan Maersk, telah mengalihkan jalur armada mereka.
Perusahaan-perusahaan mengarahkan kapal mereka jauh ke selatan melalui Tanjung Harapan Baik di Afrika Selatan. Bertambahnya jarak tempuh berimbas pada naiknya ongkos pengiriman. Jalur dagang yang membawa lebih dari USD1 triliun per tahun sudah dapat dipastikan akan terganggu dalam beberapa waktu ke depan.
Analisis dari S&P Global Market Intelligence menyatakan, 15% dari barang impor dan ekspor dari Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dikirim dari Asia melalui jalur laut. Barang yang dikirim melalui jalur ini pun sangat beragam, mulai dari barang elektronik, pakaian, pangan, hingga energi, termasuk olahan minyak dan minyak mentah.
Krisis yang terjadi ini akan memengaruhi perdagangan global. Terhambatnya arus perdagangan ini kemungkinan besar juga akan berdampak pada tingkat inflasi, terutama di kawasan Eropa, Amerika, dan Asia.
AS kemudian membentuk koalisi angkatan laut internasional, Operation Prosperity Guardian, yang bertujuan melindungi jalur menuju Terusan Suez. Jumlah kapal yang melintasi jalur Terusan Suez tidak sedikit.
Setidaknya, 17.000 kapal melintas di sepanjang Terusan Suez sampai Selat Bab al-Mandab. Jika dikalkulasi, tak kurang dari 12% perdagangan global melintas di jalur tersebut. Negara-negara dalam koalisi di antaranya, Inggris, Australia, Bahrain, Belgia, Kanada, Denmark, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Singapura dan Selandia Baru.
Berikut negara-negara kaya yang bergabung dalam koalisi AS berperang di Laut Merah di rangkum SINDOnews dari Wisevoter, Sabtu (3/2/2024).
1. Singapura
Singapura memiliki produk domestik bruto (Gross Domestic Product/GDP) per kapita sebesar USD72.794, menempatkan di peringkat tinggi sebagai negara dengan pendapatan rata-rata per individu yang tinggi. Singapura dikenal dengan ekonomi yang sangat terdiversifikasi.
Negara ini memiliki sektor keuangan yang kuat, industri manufaktur yang maju, serta menjadi pusat perdagangan dan logistik yang penting di kawasan Asia.
2. Amerika Serikat (AS)
Amerika Serikat memiliki GDP per kapita sebesar USD69.288, menunjukkan tingkat produksi barang dan jasa per individu yang tinggi. AS dikenal sebagai ekonomi terbesar di dunia.
Negara ini memiliki berbagai sektor ekonomi yang kuat, termasuk teknologi, keuangan, manufaktur, pertanian, dan layanan. Selain itu, New York City adalah pusat keuangan utama di AS, dan Wall Street menjadi simbol penting dari pasar keuangan global. AS menarik investasi dan bisnis internasional melalui pasar modal yang kuat.
3. Denmark
Denmark dengan GDP USD67.803 ini merupakan salah satu negara maju di Eropa yang memiliki ekonomi yang stabil dan kesejahteraan yang tinggi bagi penduduknya. Negara ini dikenal dengan sistem kesejahteraan sosial yang kuat, layanan kesehatan yang berkualitas, dan sistem pendidikan yang baik.
(nng)