Reaktivasi Pariwisata Bali Butuh Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan

Kamis, 13 Agustus 2020 - 09:05 WIB
loading...
Reaktivasi Pariwisata Bali Butuh Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan
Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kebijakan reaktivasi pariwisata Bali menjadi pertaruhan. Pemerintah harus menunjukkan bukti protokol kesehatan telah dilakukan. Ini adalah kunci keberhasilan.

Pengamat Kebijakan Publik Wijayanto Samirin mengatakan sukses tidaknya reaktivasi pariwisata Bali sangat tergantung pada kedisplinan protokol kesehatan. Risikonya sangat besar bila terdapat kelalaian yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.

“Kuncinya protokol kesehatan dari ujung ke ujung. Semua harus disiplin menjalankan, jangan ada satupun yang cuek. Karena kerugiannya bisa lebih besar lagi. Khususnya kepercayaan wisatawan internasional yang sedang dipertaruhkan,” ujar Wijayanto hari ini dalam diskusi di IDX Channel, kemarin. (Baca: Zona hijau, Pariwisata Pulau Karimun Jawa Siap Hadapi New Normal)

Menurutnya, kebijakan reaktivasi pariwisata Bali sudah tepat. Ini karena perekonomian Bali terpukul paling keras di kuartal dua tahun ini. Perekonomian Bali bergantung sektor jasa, sama seperti Jakarta. Karena itu, menurut dia, dalam protokol kesehatan hal yang paling utama harus dijaga adalah social distancing.

Reaktivasi Pariwisata Bali Butuh Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan


“Kapasitas tidak boleh diisi lebih dari 50%. Aturan ini harus terapkan sejak naik pesawat atau kapal bagi turis lokal. Disiplin membatasi penting karena animo berwisata pasti sangat tinggi akibat bosan di rumah,” ujarnya.

Dia juga menambahkan reaktivasi sektor pariwisata sangat baik untuk melakukan efek jump start pada perekonomian yang sedang tiarap kini. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat harus terjalin untuk melaksanakan protokol kesehatan di area wisata.

“Kuncinya pemerintah harus meyakinkan wisata dengan disiplin protokol itu aman dilakukan. Menurut saya antispasinya cukup dengan pakai masker, jaga kesehatan, rajin cuci tangan, dan jaga jarak. Pemerintah harus memastikan itu sudah berjalan,” ujarnya. (Baca juga: Postingan Menghujat Nabi Muhammad Picu Bentrokan di India, Tiga Tewas)

Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Junaedi mengatakan sangat sulit memprediksi kapan pariwisata Indonesia akan pulih seperti sebelumnya. Karena semua akan tergantung pada ketersediaan vaksin dan angka penularan di Indonesia.

“Saat ini sulit untuk memprediksi pariwisata akan optimistis hingga akhir tahun ini. Selama angka positif masih tinggi, tentu fokusnya pada hal tersebut,” ujar Didin menambahkan.

Saat ini melihat tren pariwisata Bali khususnya masyarakat domestik lebih memilih lokasi alternatif Bali ke pegunungan dan Kintamani. Mereka sekarang menghindari kunjungan ke pantai. “Harus terus fokus mendorong kunjungan dari turis lokal. Diperkirakan izin turis asing baru dibuka Desember,” katanya.

Menurutnya, potensi lain untuk reaktivasi Bali dengan mendorong penikmat hobi seperti biker motor besar dari Bandung. Para biker bisa mengarahkan kunjungan mereka ke Bali. (Baca juga: Kemendikbud Luncurkan Gerakan 1 Juta Masker)

Tidak cukup itu, dia juga mengingatkan para pelaku pariwisata Bali sangat butuh dana talangan. Tujuannya untuk bridging sehingga bisa memiliki cash flow atau modal berusaha kembali.

“Bali harus jadi ikon kebangkitan reaktivasi. Garap dulu turis lokal Bali dulu. Berikutnya baru dari Jawa. Sementara masih sulit mengandalkan turis internasional, kemungkinannya baru Desember,” ujarnya.

Bali menjadi provinsi yang paling menderita akibat virus corona di Indonesia. Pada kuartal II/2020, saat pertumbuhan ekonomi nasional minus 5,32%, produk domestik bruto Bali merosot hingga -10,98% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Reaktivasi Pariwisata Bali Butuh Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan


Bali yang menggantungkan hidup dari kunjungan turis asing lebih dulu merasakan dampak pandemi global Covid-19 dibandingkan provinsi lain di Nusantara. Pada kuartal I/2020, saat ekonomi Indonesia masih tumbuh 2,97% secara nasional, ekonomi Bali telah minus 1,14%.

Agar ekonomi tak terlalu lama mengalami kontraksi, pemerintah membuka pariwisata Bali secara bertahap. Merujuk Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 15243 Tahun 2020, wisatawan domestik boleh berkunjung ke Bali mulai 31 Juli 2020. Sementara kunjungan wisatawan asing akan dibuka pada 11 September 2020.

Tentu ada syarat yang harus dipenuhi oleh para pelancong. Misalnya, wisatawan harus menyiapkan hasil negatif tes cepat (rapid test) atau tes usap (swab test) dan mengisi formulir di aplikasi Love Bali yang dapat diakses pada laman https://lovebali.baliprov.go.id . (Lihat videonya: Jaksa Cantik Pinangki Jadi Tersangka, Diduga Terima Suap Rp7 Miliar)

Pemerintah juga menggerakkan masyarakat adat untuk mengawal pembukaan kembali berbagai destinasi wisata. Di Pantai Jimbaran, misalnya, pecalang berkeliling untuk memastikan penerapan protokol kesehatan. (Hafid Fuad)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1622 seconds (0.1#10.140)