Ciptakan Astemic, Astra Agro Terus Menggali Potensi Pupuk Non Kimia
loading...
A
A
A
BANDUNG - PT Astra Agro Lestari Tbk terus mendorong penggunaan pupuk dari bahan organik. Langkah yang menjadi bagian dari komitmen perusahaan perkebunan kelapa sawit terhadap penerapan prinsip sustainability (keberlanjutan) itu memiliki banyak keunggulan.
“Penggunaan Astemic sekaligus menjadi wujud komitmen Astra Agro terhadap penerapan prinsip-prinsip sustainability,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Astra Agro Santosa saat Talk to The CEO 2024 di Bandung, Sabtu (17/2/2024).
Sejak 2023 lalu, Astra Agro memang telah meluncurkan penggunaan pupuk Astemic. Pupuk temuan tim Research and Development (R&D) Astra Agro ini 100% berasal dari bahan organik yang ketersediaannya melimpah di Indonesia.
Di samping bahan organik, Astemic juga berasal dari konsorsium agen hayati mikroba yang diperoleh dari lahan-lahan perkebunan Astra Agro dan endofit yang berasal dari dalam tanaman kelapa sawit.
Selain menjawab kelangkaan pupuk NPK, Astemic juga membantu menghambat pertumbuhan penyakit Ganoderma yang menjadi momok di perkebunan sawit.
Astemic lahir dari ide bahwa perbaikan hara tanah sangat dipengaruhi aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Dengan peningkatan aktivitas mikroba tanah dapat membantu tanaman optimal dalam menyerap hara tanah.
Pupuk hayati umumnya digunakan pada komoditas hortikultura. Kemudian diadaptasi untuk tanaman tahunan seperti kelapa sawit. Proses diawali dengan eksplorasi mikroba di lahan perkebunan Astra Agro, selanjutnya dilakukan seleksi mikroba untuk mendapatkan mikroba potensial dan mudah dikembangkan.
Formulasi dilakukan hingga terbentuk konsorsium mikroba Astemic. Uji kualitas dan performa pupuk Astemic dilakukan baik pada tahap bibitan, TBM (tanaman belum menghasilkan), TM (tanaman menghasilkan) hingga tanaman tua (>20 tahun).
Hasilnya diperoleh formula dan prosedur aplikasi Astemic yang mudah dan tepat guna untuk aplikasi di lapangan.
Setelah dilakukan uji produksi, Astemic memperoleh Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) merek dagang yang kemudian didaftarkan ke Kementerian Pertanian untuk mendapatkan izin edar.
Menurut Santosa, pupuk Astemic dapat mereduksi 25% NPK dengan efisiensi penyerapan pupuk yang ada. Sebanyak 25% dosis pupuk ditetapkan setelah melewati pengujian, analisis data yang kompleks pada tanaman menghasilkan selama lebih dari 7 tahun aplikasi pada tanaman sawit remaja. Dengan sejumlah keunggulan ini, Santosa yakin Astemic siap diaplikasikan secara menyeluruh.
“Astemic siap diaplikasikan di 50 ribu hektar lahan mineral Astra Agro di tahun 2024 untuk mereduksi 25% pupuk kimia,” ujarnya.
Pupuk ini disiapkan hanya untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan dan kebun petani mitra Astra Agro.
Hingga saat ini tim riset mikrobiologi Astra Agro masih melakukan improvement untuk pupuk Astemic. Harapannya, pupuk ramah lingkungan ini mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia lebih banyak lagi tanpa mengurangi produksi tanaman sawit.
“Penggunaan Astemic sekaligus menjadi wujud komitmen Astra Agro terhadap penerapan prinsip-prinsip sustainability,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Astra Agro Santosa saat Talk to The CEO 2024 di Bandung, Sabtu (17/2/2024).
Sejak 2023 lalu, Astra Agro memang telah meluncurkan penggunaan pupuk Astemic. Pupuk temuan tim Research and Development (R&D) Astra Agro ini 100% berasal dari bahan organik yang ketersediaannya melimpah di Indonesia.
Di samping bahan organik, Astemic juga berasal dari konsorsium agen hayati mikroba yang diperoleh dari lahan-lahan perkebunan Astra Agro dan endofit yang berasal dari dalam tanaman kelapa sawit.
Selain menjawab kelangkaan pupuk NPK, Astemic juga membantu menghambat pertumbuhan penyakit Ganoderma yang menjadi momok di perkebunan sawit.
Astemic lahir dari ide bahwa perbaikan hara tanah sangat dipengaruhi aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Dengan peningkatan aktivitas mikroba tanah dapat membantu tanaman optimal dalam menyerap hara tanah.
Pupuk hayati umumnya digunakan pada komoditas hortikultura. Kemudian diadaptasi untuk tanaman tahunan seperti kelapa sawit. Proses diawali dengan eksplorasi mikroba di lahan perkebunan Astra Agro, selanjutnya dilakukan seleksi mikroba untuk mendapatkan mikroba potensial dan mudah dikembangkan.
Formulasi dilakukan hingga terbentuk konsorsium mikroba Astemic. Uji kualitas dan performa pupuk Astemic dilakukan baik pada tahap bibitan, TBM (tanaman belum menghasilkan), TM (tanaman menghasilkan) hingga tanaman tua (>20 tahun).
Hasilnya diperoleh formula dan prosedur aplikasi Astemic yang mudah dan tepat guna untuk aplikasi di lapangan.
Setelah dilakukan uji produksi, Astemic memperoleh Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) merek dagang yang kemudian didaftarkan ke Kementerian Pertanian untuk mendapatkan izin edar.
Menurut Santosa, pupuk Astemic dapat mereduksi 25% NPK dengan efisiensi penyerapan pupuk yang ada. Sebanyak 25% dosis pupuk ditetapkan setelah melewati pengujian, analisis data yang kompleks pada tanaman menghasilkan selama lebih dari 7 tahun aplikasi pada tanaman sawit remaja. Dengan sejumlah keunggulan ini, Santosa yakin Astemic siap diaplikasikan secara menyeluruh.
“Astemic siap diaplikasikan di 50 ribu hektar lahan mineral Astra Agro di tahun 2024 untuk mereduksi 25% pupuk kimia,” ujarnya.
Pupuk ini disiapkan hanya untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan dan kebun petani mitra Astra Agro.
Hingga saat ini tim riset mikrobiologi Astra Agro masih melakukan improvement untuk pupuk Astemic. Harapannya, pupuk ramah lingkungan ini mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia lebih banyak lagi tanpa mengurangi produksi tanaman sawit.
(jon)