PGE dan PLN IP Jalin Kemitraan Strategis Melalui Co-Generation
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menjalin kemitraan strategis dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mendorong percepatan pengembangan potensi panas bumi di Indonesia. Kerja sama yang ditandai dengan penandatanganan Joint Development Study Agreement (JDSA) ini menjadi upaya progresif guna mencapai target transisi energi.
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menjelaskan bahwa PGE dan PLN IP mengadopsi skema baru untuk meningkatkan komersialitas proyek panas bumi dengan menambah kapasitas produksi listrik melalui utilisasi air panas hasil pemisahan uap (brine). Kerja sama ini, tegas dia, merupakan salah satu terobosan yang dinantikan
untuk pengembangan bisnis panas bumi.
"Melalui JDSA ini erdapat juga sejumlah target Feasibility Study (FS), di antaranya adalah proyek co-generation yang attractive dan bankable dengan kajian yang dilakukan secara komprehensif dan prudent sehingga mampu mencapai tingkat komersialitas yang optimal," ungkap Julfi melalui keterangan resmi, Sabtu (24/2/2024).
Target berikutnya, lanjut Julfi, adalah proyek Internal Rate of Return (IRR) menarik dengan penyelesaian Power Purchase Agreement (PPA) secara cepat sesuai koridor harga dalam Perpres 112/2022. Dalam hal ini, kata dia, pemanfaatan teknologi yang terbukti dan mature sehingga dapat menghasilkan peningkatan efisiensi, Commercial Operation Date (COD) yang lebih cepat, serta Capex yang lebih rendah.
Kerja sama ini merupakan bentuk kolaborasi dua group BUMN energi di Indonesia dimana PLN sebagai pembeli tunggal (sole off-taker) dan PGE sebagai pemimpin di sektor energi panas bumi untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi panas bumi Indonesia sekaligus untuk meningkatkan komersialitas bisnis ini sebagai upaya strategis meraih target 1 GW kapasitas terpasang dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Potensi penambahan kapasitas terpasang melalui implementasi co-generation ini mencapai 230 MW. Untuk saat ini lokasi yang menjadi prioritas untuk dilakukannya FS adalah Ulubelu Bottoming Unit (BU) 30 MW dan Lahendong BU 15 MW.
Direktur Pengembangan Bisnis Dan Niaga PLN IP Bernadus Sudarmanta menilai, diwujudkannya JDSA ini menjadi bentuk pencapaian penting. Kemitraan ini, kata dia, sebagai langkah awal yang tepat untuk mewujudkan transisi energi dan upaya tinggal landas menuju pertumbuhan bisnis panas bumi yang lebih baik ke depan.
"PGE dan PLN IP berkomitmen untuk mengupayakan percepatan penyelesaian PPA sehingga target operasi juga dapat diraih lebih cepat. Kolaborasi dan sinergi menjadi kunci untuk mempercepat pertumbuhan potensi panas bumi Indonesia," tandasnya.
Kedua pihak bersepakat untuk mempercepat proyek ini dan menjadikannya sebagai model bisnis untuk pengembangan panas bumi ke depan. JDSA ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan PLTP untuk mendukung transisi energi terutama dengan karakteristik panas bumi sebagai beban listrik dasar (baseload).
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menjelaskan bahwa PGE dan PLN IP mengadopsi skema baru untuk meningkatkan komersialitas proyek panas bumi dengan menambah kapasitas produksi listrik melalui utilisasi air panas hasil pemisahan uap (brine). Kerja sama ini, tegas dia, merupakan salah satu terobosan yang dinantikan
untuk pengembangan bisnis panas bumi.
"Melalui JDSA ini erdapat juga sejumlah target Feasibility Study (FS), di antaranya adalah proyek co-generation yang attractive dan bankable dengan kajian yang dilakukan secara komprehensif dan prudent sehingga mampu mencapai tingkat komersialitas yang optimal," ungkap Julfi melalui keterangan resmi, Sabtu (24/2/2024).
Target berikutnya, lanjut Julfi, adalah proyek Internal Rate of Return (IRR) menarik dengan penyelesaian Power Purchase Agreement (PPA) secara cepat sesuai koridor harga dalam Perpres 112/2022. Dalam hal ini, kata dia, pemanfaatan teknologi yang terbukti dan mature sehingga dapat menghasilkan peningkatan efisiensi, Commercial Operation Date (COD) yang lebih cepat, serta Capex yang lebih rendah.
Kerja sama ini merupakan bentuk kolaborasi dua group BUMN energi di Indonesia dimana PLN sebagai pembeli tunggal (sole off-taker) dan PGE sebagai pemimpin di sektor energi panas bumi untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi panas bumi Indonesia sekaligus untuk meningkatkan komersialitas bisnis ini sebagai upaya strategis meraih target 1 GW kapasitas terpasang dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Potensi penambahan kapasitas terpasang melalui implementasi co-generation ini mencapai 230 MW. Untuk saat ini lokasi yang menjadi prioritas untuk dilakukannya FS adalah Ulubelu Bottoming Unit (BU) 30 MW dan Lahendong BU 15 MW.
Direktur Pengembangan Bisnis Dan Niaga PLN IP Bernadus Sudarmanta menilai, diwujudkannya JDSA ini menjadi bentuk pencapaian penting. Kemitraan ini, kata dia, sebagai langkah awal yang tepat untuk mewujudkan transisi energi dan upaya tinggal landas menuju pertumbuhan bisnis panas bumi yang lebih baik ke depan.
"PGE dan PLN IP berkomitmen untuk mengupayakan percepatan penyelesaian PPA sehingga target operasi juga dapat diraih lebih cepat. Kolaborasi dan sinergi menjadi kunci untuk mempercepat pertumbuhan potensi panas bumi Indonesia," tandasnya.
Kedua pihak bersepakat untuk mempercepat proyek ini dan menjadikannya sebagai model bisnis untuk pengembangan panas bumi ke depan. JDSA ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan PLTP untuk mendukung transisi energi terutama dengan karakteristik panas bumi sebagai beban listrik dasar (baseload).
(fjo)