Kayu dan Bambu Lokal Bersertifikasi Jadi Solusi Masalah Iklim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Material kayu dan bambu dari sumber yang berkelanjutan kepada dunia arsitektur , beberapa kelompok petani hutan pengelola hutan lestari dan UKM yang telah bersertifikasi FSC solusi masalah iklim dan keberlanjutan hutan.
Material kayu dan bambu di antaranya adalah Karya Wahan Sentosa (KWaS), UD. Amratani Kekayon Bhumi, Kostajasa, BambooCoop, SOBI, serta Promotional Licence Holder IRCOMM memperkenalkan material kayu dan bambu dari hutan bersertifikasi FSC.
Produk dipamerkan melalui booth exhibition pada Expo ARCH:ID 2024 yang merupakan Architecture Forum, Exhibition & Trade Event yang dinantikan kalangan arsitek di Indonesia.
"Sertifikasi FSC memberikan jaminan kepada publik bahwa sumber kayu dan bambu berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan berstandar FSC," kata Indra Setia Dewi Manager Marketing & Communications FSC Indonesia disela-sela acara pembukaan booth Tree of Life pada ARCH:ID 202, baru-baru ini.
Dengan penggunaan kayu dan bambu maka penanaman dan permudaan kembali menjadi wajib dilakukan dimana hal ini akan meningkatkan penyerapan karbon dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan ini merupakan salah satu solusi adaptasi dunia arsitektur dan konstruksi mengatasi masalah perubahan iklim.
Booth Tree of Life mengedepankan penggunaan material kayu dan bambu dari hutan berkelanjutan berstandar FSC guna menginspirasi dunia konstruksi dan arsitektur atas masalah perubahan iklim dan keberlanjutan hutan.
Penggunaan material kayu dan bambu pada booth hasil kerjasama pengelola hutan dan UKM pemegang sertifikasi FSC di Exhibition ARCH:ID yang diberi nama “Tree of Life” menyiratkan pesan penggunaan material kayu dari sumber yang berkelanjutan merupakan bentuk toleransi dan adaptasi manusia terhadap perubahan iklim.
Partisipasi industri kayu UKM dan petani hutan bersertifikasi FSC di Expo ARCH:ID 2024 ini ingin menyebarluaskan kepada publik khususnya dunia arsitek dan industri bangunan terkait pentingnya penggunaan kayu dari sumber yang berkelanjutan terhadap keberlanjutan hutan.
Pengelolaan hutan yang baik dan bertanggung jawab bertujuan untuk melindungi keberlanjutan hutan sedangkan manusia tetap dapat memanfaatkan hasil hutan baik kayunya, non kayu dan jasa lingkungan.
Berhenti menggunakan kayu bukan merupakan solusi jangka panjang yang diharapkan untuk keberlanjutan hutan. Dengan berhenti menggunakan kayu akan meniadakan manfaat ekonomi hutan bagi pengelola hutan untuk mengelolanya dengan baik dan bertanggung jawab.
"Kami sebagai bagian dari Koperasi Kostajasa menjalankan usaha penggergajian kayu untuk mengolah kayu bulat yang dihasilkan oleh masyarakat petani hutan. Model usaha kami ini made to order, sehingga pembeli dapat memperoleh produk yang unik sesuai pesanan dan mendapatkan nilai tambah berupa nilai kelestarian hutan," tambah Untung Karnanto, pimpinan UD Amratani, sebuah industri kecil penggergajian bagian dari Koperasi Kostajasa.
Adapun produk kitchenware produksi kami yang berlabel FSC sudah beredar di lebih dari 8 retail di Indonesia,” ujar Robertus Agung Prasetya dari Karya Wahana Sentosa (KWaS). Bamboocoop hadir untuk menyempurnakan kehadiran kayu sebagai material yang berketahanan iklim. Dalam bahasa Jawa Kuno dan Bali, kayu berarti kayun atau pikiran; sedangkan bambu berarti ti’ing atau tingkah.
"Manusia yang sempurna terdiri dari unsur pikiran dan tingkah. Dengan memadu kayu dan bambu, kami hendak merespresentasikan sejatinya hidup dalam karya arsitektur," papar Jajang Agus Sonjaya, saat brainstorming konsep.
Material kayu dan bambu di antaranya adalah Karya Wahan Sentosa (KWaS), UD. Amratani Kekayon Bhumi, Kostajasa, BambooCoop, SOBI, serta Promotional Licence Holder IRCOMM memperkenalkan material kayu dan bambu dari hutan bersertifikasi FSC.
Produk dipamerkan melalui booth exhibition pada Expo ARCH:ID 2024 yang merupakan Architecture Forum, Exhibition & Trade Event yang dinantikan kalangan arsitek di Indonesia.
"Sertifikasi FSC memberikan jaminan kepada publik bahwa sumber kayu dan bambu berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan berstandar FSC," kata Indra Setia Dewi Manager Marketing & Communications FSC Indonesia disela-sela acara pembukaan booth Tree of Life pada ARCH:ID 202, baru-baru ini.
Dengan penggunaan kayu dan bambu maka penanaman dan permudaan kembali menjadi wajib dilakukan dimana hal ini akan meningkatkan penyerapan karbon dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan ini merupakan salah satu solusi adaptasi dunia arsitektur dan konstruksi mengatasi masalah perubahan iklim.
Booth Tree of Life mengedepankan penggunaan material kayu dan bambu dari hutan berkelanjutan berstandar FSC guna menginspirasi dunia konstruksi dan arsitektur atas masalah perubahan iklim dan keberlanjutan hutan.
Penggunaan material kayu dan bambu pada booth hasil kerjasama pengelola hutan dan UKM pemegang sertifikasi FSC di Exhibition ARCH:ID yang diberi nama “Tree of Life” menyiratkan pesan penggunaan material kayu dari sumber yang berkelanjutan merupakan bentuk toleransi dan adaptasi manusia terhadap perubahan iklim.
Partisipasi industri kayu UKM dan petani hutan bersertifikasi FSC di Expo ARCH:ID 2024 ini ingin menyebarluaskan kepada publik khususnya dunia arsitek dan industri bangunan terkait pentingnya penggunaan kayu dari sumber yang berkelanjutan terhadap keberlanjutan hutan.
Pengelolaan hutan yang baik dan bertanggung jawab bertujuan untuk melindungi keberlanjutan hutan sedangkan manusia tetap dapat memanfaatkan hasil hutan baik kayunya, non kayu dan jasa lingkungan.
Berhenti menggunakan kayu bukan merupakan solusi jangka panjang yang diharapkan untuk keberlanjutan hutan. Dengan berhenti menggunakan kayu akan meniadakan manfaat ekonomi hutan bagi pengelola hutan untuk mengelolanya dengan baik dan bertanggung jawab.
"Kami sebagai bagian dari Koperasi Kostajasa menjalankan usaha penggergajian kayu untuk mengolah kayu bulat yang dihasilkan oleh masyarakat petani hutan. Model usaha kami ini made to order, sehingga pembeli dapat memperoleh produk yang unik sesuai pesanan dan mendapatkan nilai tambah berupa nilai kelestarian hutan," tambah Untung Karnanto, pimpinan UD Amratani, sebuah industri kecil penggergajian bagian dari Koperasi Kostajasa.
Baca Juga
Adapun produk kitchenware produksi kami yang berlabel FSC sudah beredar di lebih dari 8 retail di Indonesia,” ujar Robertus Agung Prasetya dari Karya Wahana Sentosa (KWaS). Bamboocoop hadir untuk menyempurnakan kehadiran kayu sebagai material yang berketahanan iklim. Dalam bahasa Jawa Kuno dan Bali, kayu berarti kayun atau pikiran; sedangkan bambu berarti ti’ing atau tingkah.
"Manusia yang sempurna terdiri dari unsur pikiran dan tingkah. Dengan memadu kayu dan bambu, kami hendak merespresentasikan sejatinya hidup dalam karya arsitektur," papar Jajang Agus Sonjaya, saat brainstorming konsep.
(nng)