Optimalkan Beyond Sky, GDPS Cari Tenaga Kerja Berkeahlian Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) mengoptimalkan layanan Beyond Sky dengan meningkatkan peluang untuk mencari tenaga kerja terampil berkeahlian tinggi, terutama pada sektor aviasi atau penerbangan . Mereka nantinya akan disalurkan ke luar negeri.
Sebagai langkah awal realisasi hal tersebut, GDPS berencana untuk menempatkan tenaga kerja berkeahlian tinggi berupa Aviation Engineer ke pasar luar negeri untuk memperluas pasar aviasi. GDPS merupakan perusahaan penyedia layanan Business Process Outsourcing (BPO) berbasis teknologi 4.0.
Direktur Utama GDPS Cornelis Radjawane mengatakan, pasar tenaga kerja berkeahlian tinggi di luar negeri ini saat ini terbuka lebar. Setidaknya ada delapan negara yang saat ini membutuhkan tenaga kerja berkeahlian tinggi, terutama di sektor aviasi.
Kedelapan negara tersebut yakni Australia, Singapura, Malaysia, Filipina, Uni Emirat Arab (UEA), Belanda, dan Korea Selatan. “Pengiriman tenaga kerja berkeahlian tinggi ini tidak hanya menguntungkan dari sisi devisa saja, namun juga menyangkut imej bagi bangsa Indonesia. Ini mengingat selama ini kita lebih banyak mengirim tenaga kerja ke luar negeri sebagai asisten rumah tangga (ART),” kata Cornelis Radjawane yang akrab disapa Boy di Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Boy mengatakan tenaga kerja berkeahlian tinggi Indonesia bisa diandalkan dibandingkan tenaga kerja asal negara lain. “Pekerja kita bisa diadu dengan asing. Saya yakin pekerja kita lebih unggul. Orang kita itu kalau kerja tekun. Tipe pekerja kita itu setia. Kita bukan bangsa abal-abal. Kita bisa diandalkan,” ujarnya.
Walaupun dikenal sangat terampil dan tekun, banyak tenaga kerja Indonesia itu kurang fasih berbahasa Inggris. Ini menjadi kendala tersendiri bagi perusahaan yang menyalurkan mereka ke luar negeri. “Untuk soal Bahasa Inggris, pekerja kita itu masih kalah dibandingkan pekerja asal India, Pakistan, maupun Filipina karena memang mereka bekas jajahan Inggris,” lanjutnya.
Tantangan lainnya yakni terkait dengan lisensi. Apalagi untuk pekerjaan di sektor aviasi yang memang dituntut soal safety itu sangat diutamakan.
“Challenge lainnya itu soal regulasi yang diterapkan negara yang bersangkutan. Karena itu perlu peran pemerintah Indonesia untuk melakukan kerja sama atau melakukan lobi dengan pemerintah negara tujuan penempatan,” tuturnya.
Diketahui, GDPS merupakan anak usaha PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (Anak Perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk). Pendapatan usaha GDPS pada 2023 sebesar Rp322,6 miliar. Jumlah ini meningkat 140% jika dibandingkan dengan pendapatan pada 2019 yang mencapai Rp230,4 miliar. Target pendapatan usaha pada 2024 meningkat lagi menjadi Rp387,6 miliar dan keuntungan bersih Rp9,7 miliar.
Direktur SDM & Operasi PT GDPS Vicky Firmansyah menambahkan, GDPS juga memusatkan perhatian pada aspek operational excellence. Untuk itu mereka menerapkan program internalisasi culture Garuda Way kepada lebih dari 6.500 Tenaga Alih Daya (TAD) untuk memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan dan meningkatkan efisiensi operasional.
Selanjutnya, GDPS terus mengembangkan customer solution management dengan menggunakan aplikasi Beyond Care untuk meningkatkan kinerja karyawan. “Dengan langkah-langkah ini, kami yakin dapat memberikan value yang terbaik kepada pelanggan dan memperluas jangkauan GDPS ke pasar luar negeri sehingga mampu mendorong pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan,” katanya.
Sebagai langkah awal realisasi hal tersebut, GDPS berencana untuk menempatkan tenaga kerja berkeahlian tinggi berupa Aviation Engineer ke pasar luar negeri untuk memperluas pasar aviasi. GDPS merupakan perusahaan penyedia layanan Business Process Outsourcing (BPO) berbasis teknologi 4.0.
Direktur Utama GDPS Cornelis Radjawane mengatakan, pasar tenaga kerja berkeahlian tinggi di luar negeri ini saat ini terbuka lebar. Setidaknya ada delapan negara yang saat ini membutuhkan tenaga kerja berkeahlian tinggi, terutama di sektor aviasi.
Kedelapan negara tersebut yakni Australia, Singapura, Malaysia, Filipina, Uni Emirat Arab (UEA), Belanda, dan Korea Selatan. “Pengiriman tenaga kerja berkeahlian tinggi ini tidak hanya menguntungkan dari sisi devisa saja, namun juga menyangkut imej bagi bangsa Indonesia. Ini mengingat selama ini kita lebih banyak mengirim tenaga kerja ke luar negeri sebagai asisten rumah tangga (ART),” kata Cornelis Radjawane yang akrab disapa Boy di Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Boy mengatakan tenaga kerja berkeahlian tinggi Indonesia bisa diandalkan dibandingkan tenaga kerja asal negara lain. “Pekerja kita bisa diadu dengan asing. Saya yakin pekerja kita lebih unggul. Orang kita itu kalau kerja tekun. Tipe pekerja kita itu setia. Kita bukan bangsa abal-abal. Kita bisa diandalkan,” ujarnya.
Walaupun dikenal sangat terampil dan tekun, banyak tenaga kerja Indonesia itu kurang fasih berbahasa Inggris. Ini menjadi kendala tersendiri bagi perusahaan yang menyalurkan mereka ke luar negeri. “Untuk soal Bahasa Inggris, pekerja kita itu masih kalah dibandingkan pekerja asal India, Pakistan, maupun Filipina karena memang mereka bekas jajahan Inggris,” lanjutnya.
Tantangan lainnya yakni terkait dengan lisensi. Apalagi untuk pekerjaan di sektor aviasi yang memang dituntut soal safety itu sangat diutamakan.
“Challenge lainnya itu soal regulasi yang diterapkan negara yang bersangkutan. Karena itu perlu peran pemerintah Indonesia untuk melakukan kerja sama atau melakukan lobi dengan pemerintah negara tujuan penempatan,” tuturnya.
Diketahui, GDPS merupakan anak usaha PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (Anak Perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk). Pendapatan usaha GDPS pada 2023 sebesar Rp322,6 miliar. Jumlah ini meningkat 140% jika dibandingkan dengan pendapatan pada 2019 yang mencapai Rp230,4 miliar. Target pendapatan usaha pada 2024 meningkat lagi menjadi Rp387,6 miliar dan keuntungan bersih Rp9,7 miliar.
Direktur SDM & Operasi PT GDPS Vicky Firmansyah menambahkan, GDPS juga memusatkan perhatian pada aspek operational excellence. Untuk itu mereka menerapkan program internalisasi culture Garuda Way kepada lebih dari 6.500 Tenaga Alih Daya (TAD) untuk memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan dan meningkatkan efisiensi operasional.
Selanjutnya, GDPS terus mengembangkan customer solution management dengan menggunakan aplikasi Beyond Care untuk meningkatkan kinerja karyawan. “Dengan langkah-langkah ini, kami yakin dapat memberikan value yang terbaik kepada pelanggan dan memperluas jangkauan GDPS ke pasar luar negeri sehingga mampu mendorong pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan,” katanya.
(poe)